11 s2

640 19 0
                                    

Seperti hari-hari biasa Amel bekerja di kedai pada pagi sampai sore hari, lalu ketika malam tiba wanita itu masih bekerja menjadi wanita panggilan untuk lelaki hidung belang yang membutuhkan jasanya. Saat ini Amel tengah menscroll layar ponselnya, melihat ke dalam grup yang menjadi tempat dia mempromosikan jasanya. Setelah cukup dengan mencantumkan nomor telepon miliknya, Amel keluar dari grup dan mematikan ponselnya lalu meletakan ponsel itu pada meja kecil yang ada disebelah kasurnya. Dia hanya perlu menunggu orang-orang melihat iklannya dan menghubunginya dengan cara itu Amel bisa mendapatkan tamu, walaupun tidak sebanyak dan sesering dulu tapi masih cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Amel juga bisa sedikit menabung untuk Justin dan Jullian. Sudah cukup lama wanita itu tidak menghubungi Baron yang merawat kedua anaknya, bukannya Amel tidak ingin tapi wanita itu menahan dirinya karena jika dia sering menghubungi kedua anaknya, Amel takut dia akan lebih merindukan mereka dan tidak tahan untuk tidak pulang ke tempat mami atau mengunjungi rumah Baron.

Amel bangkit dari duduknya, membuka pintu kamar kosnya, dia bersandar di pintu sambil melihat beberapa orang berlalu lalang di jalan. Hari ini malam sabtu banyak pemuda dan pemudi keluar untuk berkencan atau pun hanya untuk nongkrong dengan teman-temannya.

Hari-hari Amel sangatlah sepi, terkadang dia juga merindukan keluarganya di rumah. Namun Amel tidak cukup berani untuk kembali ke rumah orangtuanya terlebih lagi setelah mereka tahu apa yang Amel lakukan diluar. Karena itu Amel selalu menahan diri untuk tidak kembali dan menguatkan hatinya agar tidak goyah. Sudah cukup dulu dia diinjak-injak oleh orang-orang disekitarnya, dia tidak mau setelah dia memutuskan untuk kembali dan mereka semua tahu pekerjaan apa yang dia lakukan akan semakin merendahkan dirinya dan menertawakannya. Walaupun Amel telah menjual harga dirinya, tapi wanita itu masih sedikit memiliki harga dirinya dan dia tidak mau lagi mendengar hal buruk yang akan semakin membuatnya menderita. Amel hanya ingin dia hidup tenang tanpa harus mendengar cacian orang-orang.

Wanita itu sudah cukup lelah untuk berlari dari kenyataan pahit yang terus mengejarnya. Tapi dia juga tidak bisa berhenti atau dia akan kembali ke masa ketika Amel jatuh terlalu dalam di masa lalu. Perlahan mata wanita itu terpejam, dia menarik napas perlahan lalu menghembuskannya pelan. Ada sedikit sesak kembali menyelimuti hatinya ketika kilasan-kilasan masa lalu kembali membayang dalam pikirannya.

"Aku harus berhenti memikirkan ini, jika ingin hidup normal. " gumamnya pelan lalu berbalik masuk ke dalam kamar kosnya.

.
.
.

Paginya Amel kembali bekerja di kedai, seperti biasanya. Cuaca hari itu juga cukup cerah setelah beberapa hari diguyur hujan. Dengan senyum ramah, Amel melayani pengunjung kedai sampai saat pintu kedai terdorong masuk dan seorang lelaki berjalan memasuki kedai. Amel mengangkat wajahnya dan akan menyapa pengunjung namun tidak ada kalimat yang keluar dari mulutnya. Mata wanita itu terbelalak untuk sesaat, tubuhnya juga mematung di balik meja kasir ketika dia tahu siapa lelaki yabg baru saja masuk ke dalam kedai.

"Rangga ... " bibirnya bergetar ketika menyebut nama lelaki dari masa lalunya.

Rangga, lelaki yang masih bisa dibilang suami Amel itu juga terlihat sama terkejutnya dengan Amel. Dia tidak mengira akan bertemu dengan istrinya yang kabur di kota ini. Dunia benar-benar sesempit itu sampai-sampai mereka kembali dipertemukan lagi.

"Jadi kamu sekarang di sini? " tanya Rangga dengan suara sedikit lembut. Dia juga mengukir senyum pada bibirnya. Sejak hari dimana dia dipukul habis-habisan oleh Baron dan Johan sedikit menyadarkannya tentang bagaimana dia memperlakukan istrinya dengan buruk sampai wanita itu menjadi seperti sekarang. Jelas semua yang wanita di hadapannya itu lalui adalah kesalahannya, namun lelaki itu memiliki gengsi yang tinggi sampai tidak mampu mengucapkan kata maaf dan mencoba memperbaiki kesalahannya. Dia hanya lelaki pengecut yang tidak mau bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan dimasa lalu.

"Anne, bisa kamu gantikan aku? " Amel menoleh pada seorang teman kerjanya yang baru saja keluar dari area dapur. Anne dengan sigap dan tanpa curiga apapun langsung menggantikan posisi Amel sebagai kasir.

"Bahkan kamu masih menghindariku setelah semuanya? "

Kalimat itu membuat Amel berhenti sejenak, namun dia benar-benar tidak bisa berdiri lebih lama dari ini di hadapan Rangga atau dia akan menggila seperti terakhir kali. Dia tidak ingin teman-teman kerjanya tahu betapa buruknya kehidupannya. Jadi Amel mengabaikan Rangga dan masuk ke dapur. Anne yang tidak tahu apa yang baru saja terjadi bertindak seolah tidak terjadi apapun dan mencatat pesanan Rangga.

Di dalam dapur Amel akan ambruk jika saja dia tidak berpegangan pada meja. Hatinya terasa tercekik sakit, atmosfir disekitarnya seakan lenyap dan membuatnya susah bernafas. Amel memegang dadanya yang terasa ngilu, dia benar-benar perlu bernapas saat ini, tapi dia tidak bisa. Amel menepuk-nepuk dadanya agar dia kembali stabil. Mellisha yang waktu itu kebetulan ada di dapur untuk mengontrol kerja pegawainya melihat gelagat aneh Amel. Dia lalu menghampiri Amel dengan khawatir.

"Amel, kamu tidak apa-apa kan? " Mellisha menepuk-nepuk punggung Amel pelan. Dia benar-benar khawatir pada pegawainya itu begitu pula teman kerja Amel yang lain. Mereka tidak tahu harus berbuat apa agar wanita itu merasa baik. Sampai akhirnya Amel ambruk dan pingsan di tempat, mereka yang melihat Amel panik dan segera mencoba membawa Amel ke tempat istirahat pegawai.

Mereka membaringkan Amel di atas sofa, lalu salah satu dari mereka membawakan minyak telon dan mendekatkannya pada hidung Amel agar wanita itu dapat menghirupnya. Mellisha yang tidak tahu apa yang terjadi dengan panik menelepon Max dan mengatakan bahwa Amel pingsan.

Cukup lama Amel tidak sadarkan diri, teman-temannya sudah berusaha membuatnya sadar dengan memijit atau memberikan wanita itu minyak telon. Sampai beberapa saat kemudian Amel tersadar, wanita itu berusaha bangkit dari berbaringnya.

"Kamu bisa berbaring saja Amel, jangan dipaksakan. " ucap Mellisha khawatir.

"Tidak apa-apa. Maaf sudah merepotkan. "

"Jika kamu merasa tidak enak badan harusnya kamu izin libur saja, Mel. Jangan terlalu memaksakan dirimu. "

"Aku sudah tidak apa-apa. "

Mellisha hanya bisa menghela napas pelan. Lalu dia menyuruh salah satu pegawainya untuk membuatkan Amel teh hangat agar menenangkan dirinya. Dan tidak lama setelah itu Max baru saja tiba di kedai, dia lalu mencari Amel berada dan ketika lelaki itu menemukan Amel sudah siuman dia langsung menghampiri Amel dengan raut khawatir.

"Kamu gak apa-apa? " tanya Max cemas.

"Kenapa kamu di sini? " tanya Amel bingung.

"Aku yang menghubunginya. " sahut Mellisha.

"Aku tidak apa-apa tidak perlu khawatir berlebihan. Tapi terima kasih. "

"Harusnya kamu izin libur jika tidak enak badan. " ucap Max sedikit kesal karena wanita di hadapannya selalu memaksakan dirinya.

"Aku tidak apa-apa, Max. " sahut Amel pelan.

"Kamu selalu keras kepala!! "

Setelah itu Mellisha meminta agar Amel pulang lebih awal, dia tidak ingin jika pegawainya itu bekerja terlalu berlebihan apa lagi sampai pingsan di tempat kerja. Awalnya Amel menolak untuk pulang namun ketika Mellisha terus memaksanya, wanita itu tidak memiliki pilihan lain akhirnya dia pulang dan akan di antar oleh Max.

Amel menyelempangkan tasnya. Lalu berpamitan pada Mellisha dan teman kerjanya. Saat akan keluar dari tempat istirahat pegawai, wanita itu masih melihat sosok lelaki yang menyebabkan dirinya kacau. Amel lalu menundukan wajahnya dan menggandeng lengan Max dengan erat. Max cukup terkejut karena tidak biasanya Amel akan seperti ini, namun dia juga tidak keberatan dan malah merasa senang karena perlakuan tidak terduga Amel.

Mereka akan membuka pintu kedai sampai sebuah suara menghentikan langkah mereka. Max menoleh ke seorang lelaki yang cukup familiar diingatannya sedangkan Amel masih menundukan wajahnya. Tiba-tiba saja tubuhnya kembali bergetar dan Max menyadari hal tidak biasa pada Amel lalu seketika itu juga lelaki itu tahu sebab Amel menjadi tidak stabil adalah lelaki yang baru saja memanggil nama Amel.

Kisah Seorang WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang