Chapter 8

575 71 3
                                    

Bisa dikatakan Minggu ini Nandini cukup sial, baru beberapa hari dia mendapat masalah karena hampir dilecehkan,  sekarang  Mala ayahnya datang lagi padanya meminta uang kembali untuk keperluan berjudi.

Karena menolak dengan tegas, Ayahnya  emosi dan
menyebatkan ikat pinggangnya pada badan Nandini.

"Aaghhh"

"Kau berani melawanku Huh"

"Aku tidak bermaksud membantah, tapi apa yang kau lakukan itu tidak benar ayah" ujar Nandini yang menahan rasa sakit

"Cuihh, jangan sok menjadi guru,sekarang kau mau memberiku uang atau benda ini akan melayang lagi dibadanmu"

"A--ku tidak akan pernah lagi memberi ayah  uang, jika digunakan untuk berjudi" tegas Nandini dengan menatap tajam ayahnya, tatapan yang belum pernah ayahnya lihat sebelumnya.

"Ck, jadi begini didikan paman dan bibimu"

Ayah Nandini tersenyum remeh dan melayangkan kembali ikat pinggangnya ke badan Nandini


"Aghhh"

"Ayah berhenti"

"Ayah sakit"

Hingga akhirnya  Rini kembali dari minimarket dan melayangkan sapu ke arah Ayah Nandini dan mengancam akan menelepon  polisi dan membawanya ke jalur hukum  sebagai tindak kekerasan pada wanita. 

Nandini juga berujar demikian jika Ayahnya tidak pergi sekarang juga dari tokohnya. Karena Nandini juga muak dengan ayahnya, selama ini Nandini selalu mengalah dan menurut berharap ayahnya bisa berubah, namun kejadian ini membuat Nandini berhenti untuk bersikap seperti biasanya pada ayahnya.

"Bu Andin tidak apa-apa ?"
Tanya Rini

"Tidak, tidak apa-apa, hanya nyeri sedikit"

Nandini berbohong, padahal itu sangat sakit dan bukan hanya badannya tapi hatinya juga terluka. Impian tangannya di genggam sang ayah untuk diserahkan kepada laki-laki yang akan menjaganya tidak pernah terwujud. ditambah lagi laki-laki yang berstatus menjadi suaminya saat ini tidak  menaruh hati padanya.

"Bu..Buu Andin ibu tidak apa-apa kan?"

tanya Rini yang menyadarkan Nandini dari lamunannya

"Ehhmm...apa?"

"Ibu tidak apa-apa kan?" Rini mengulang pertanyaannya

"Tidak, jangan khawatir"

"apa aku harus menghubungi Pak Arzen untuk menjemput mu?"

Tawar Rini

"Jangan, tidak usah dia pasti sedang sibuk, lagi pula aku masih sanggup menyetir sendiri"

"Baiklah kalau begitu"

Rini menyapu dan mengepel toko itu, sedangkan Nandini menutup kasir. Kebetulan malam hari ini hanya mereka berdua yang menjaga toko karena ketiga karyawan lainnya ada yang libur dan ada yang izin pulang duluan.

 Kebetulan malam hari ini hanya mereka berdua yang menjaga toko karena ketiga karyawan lainnya ada yang libur dan ada yang izin pulang duluan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nandini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang