Chapter 18

501 62 9
                                    

Jangan lupa vote dan komennya dear 🥰

Happy reading ❣️







Meni sepi komen teh 🤔
***

Arzeno menaruh barang belanjaannya di kamar yang sudah telah ia persiapkan untuk calon bayinya nanti, seperti baby box, baby bouncer serta beberapa boneka karakter yang imut mengingat calon anak mereka perempuan. Setelah selesai ia baru mendapatkan pesan jika sang istri di rumah mamanya.
Arzeno langsung menelpon nomor istrinya itu

“Hallo” jawab seorang wanita disebrang sana

“Sayang kenapa baru ngabarin sekarang kalau kamu di rumah mama, kenapa ngga  sekalian tadi bilang hmm?”

“iya Zen,aku lupa. Soalnya tadi aku pengen tau  kamu lagi dimana” 

“ tadi aku habis belanja di mothercare buat bayi kita, maafin ya ngga ngajakin kamu, aku cuma takut kamu kecapean aja”

“ngga apa-apa kok”

“ya udah tunggu ya, aku jemput kamu sekarang”

“hhmm”

Setelah telepon terputus Fanira menghampiri menantunya itu “sudah jangan menangis lagi semuanya akan baik-baik saja percaya sama mama” bujuk Fanira mencoba menenangkan Nandini

“lagian kamu kenapa ngga cerita sama Zeno kalau terjadi kelainan letak janin pada kehamilan kamu? hmm

“ngga tahu ma, rasanya sulit sekali berbagi cerita sama Zeno, dia selalu sibuk (dengan sahabatnya itu) ujar Nandini dalam diam

“dulu mama juga punya teman yang selagi hamil letak janinnya tidak sempurna dan juga anak teman mama juga mengalami kasus yang sama, syukur semuanya baik-baik saja, jadi kamu harus yakin kalau semuanya akan baik-baik saja”

Fanira memeluk Nandini mencoba menenangkan wanita muda itu.

Tin..

Tin..

Mobil Pajero Sport putih itu memasuki pekarangan rumah dimana tempat Arzeno dibesarkan, setelah memarkirkan mobilnya pria tampan dengan tungkai yang lebar itu memasuki rumahnya. ia tersenyum melihat mama dan istrinya sedang berpelukan.

Setelah sekitar setengah jam berbincang Arzeno membawa istrinya pulang usai berpamitan dengan orangtuanya. Tak butuh waktu lama untuk pasutri itu sampai di rumah mereka, Arzeno membukakan pintu  mobil sebelahnya.

“Sayang kamu istirahat langsung saja ya, aku mau mandi dulu” pinta Arzeno sesampainya di kamar pribadi mereka

“hmm”

“Drtt..Drtt” ponsel milik Arzeno menyala, Nandini melirik kearah kamar mandi memastikan Arzeno belum keluar.

“Glep”

saat dibukanya pesan tersebut raut wajah Nandini langsung berubah setelah melihat gamabar bayi yang tengah tidur terlelap.

Zen, makasih hadiahnya Amora sepertinya sangat suka tidur di  baby bouncer yang kamu belin

Nandini melempar asal ponsel milik Arzeno, lalu ia kembali berbaring merebahkan badannya.

Setelah selesai dengan mandinya Arzeno langsung berbaring di sebelah istrinya itu, ia mengelus pucuk kepala Nandini.

“kamu ngga mau makan dulu?” tanyanya

namun Nandini nampak diam tak menjawab yang membuat Arzeno berasumsi jika istrinya tersebut sudah terlelap. Arzeno mengambil ponselnya, cukup kaget saat membuka layarnya sudah terpampang foto Amora bayi Jihan, layaknya seperti seorang suami yang mendapatkan foto kiriman sang istri.

Nandini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang