Belum terlambat (#1)

600 38 0
                                    

"Hasil nya positif. Usia kandungan mu sudah 6 minggu."

Mendengar ucapan dokter saat itu rasanya seperti Krist baru saja mendengar vonis hukuman mati untuk nya.

Ia tak tau harus bereaksi seperti apa. Jujur ia takut menerima kenyataan itu, apalagi saat ini ia masih berstatus sebagai pelajar.

"Krist kau tak apa?" tanya New pada nya. Krist menggeleng sebagai jawaban nya.

Lalu, Gun dan PP datang dengan heboh. Mereka berdua memang terkenal sebagai biang onar dan biang gosip.

"Apa kalian tau? Si cantik Jane Ramida katanya sedang hamil." ucap Gun hingga membuat suasana kelas langsung menjadi heboh.

"Jangan menyebarkan gosip yang belum pasti kebenarannya Gun." tukas New.

"Astaga New, aku serius. Aku mendengar nya dari teman satu kelas Jane, benarkah PP?"

Ucapan Gun diangguki oleh PP. Semua orang di kelas pun mulai bergosip dan membicarakan soal Jane.

"Pantas saja aku jarang melihat nya ke sekolah akhir akhir ini." celetuk salah satu teman kelas nya.

"Mungkin dia malu. Secara kan dia masih sekolah tapi sudah hamil."

Mendengar banyak nya ucapan yang seperti sedang mencibir itu membuat Krist meremas tangan nya kuat dan sedikit menundukkan kepala nya.

"Kira-kira anak nya dilahirkan tidak?"

Pertanyaan itu begitu saja keluar dari mulut Krist. Membuat New, Gun dan PP menatap pada nya.

"Tentu saja tidak! Sudah pasti aborsi." jawab PP.

DEG!!

"Kau benar P, usia muda seperti ini mana mau dia punya anak. Pasti nya masih ingin bersenang-senang." timpal Gun.

Hal itu semakin membuat Krist tak karuan. Tangan nya sudah berkeringat dingin, jantung nya berdetak dengan cepat.

"Aborsi? Itu sebuah kejahatan. Memang nya dimana pria yang sudah menghamili nya itu?" tanya New.

"Pria brengsek itu tidak mau bertanggung jawab." balas Gun.

Apa, phi Singto juga akan seperti itu jika ia tau tentang kehamilan ku?

Krist takut. Ia takut jika harus menerima kenyataan nya sendirian.

Dua tahun berpacaran dengan Singto tak pernah terpikirkan oleh nya jika semua ini akan terjadi. Ia selalu berpikir bahwa semua nya akan baik-baik saja. Tapi sekarang? Lihat dirinya yang sedang tidak karuan.

Pulang sekolah Krist meminta bertemu dengan Singto di rumah pria itu, dan langsung saja ia menyetujui nya tanpa bertanya apapun.

"Krist." Singto mendekat kearah Krist dan mencium nya tepat mengenai bibirnya. Hal yang selalu mereka lakukan saat bertemu.

"Aku merindukan mu." ungkap Singto.

Krist hanya membalasnya dengan senyuman. Singto menyuruh Krist masuk kedalam rumah nya yang terlihat sepi karena memang Singto hanya tinggal sendirian. Kedua orang tua nya sudah memiliki keluarga nya masing-masing. Singto memutus kan untuk tidak tinggal dengan salah satu diantara mereka berdua.

"Phi Sing, ada yang ingin ku katakan pada mu."

"Katakan saja. Ada apa?"

Krist menelan ludah nya susah. Ia benar benar takut untuk mengatakan nya. Tapi ia harus mengatakan hal itu pada Singto, karena pria itu juga ikut andil di sana.

Krist menghembus kan nafas nya sejenak. "Phi Singto, aku hamil."

Kepala Krist tertunduk dan tangan nya mengepal erat. Ia takut hanya untuk sekedar melihat reaksi Singto.

Singto Krist (mini story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang