Belum terlambat (#2)

245 30 0
                                    

Pagi ini Krist sudah berada di rumah sakit. Ia melihat ponsel nya, untuk sejenak Krist membuka blokiran nya di nomor Singto dan menghubungi pria itu.

"Halo, Krist."

Krist menggigit bibir nya saat mendengar suara Singto kembali menyapa pendengaran nya.

"Phi Sing, aku hari ini pergi ke rumah sakit."

"Benarkah? Rumah sakit mana? Aku akan menyusul mu."

Krist menggeleng. "Tidak apa phi Sing, lagipula aku cuma mendaftar operasi saja."

"Tunggu! Apa maksud mu—"

Krist langsung memutuskan panggilan nya dan kembali memblokir nomor Singto. Ia menahan isak tangis nya. Entah kenapa ia merasa takut dengan keputusan yang ia ambil sekarang.

Krist sedang berada di tempat untuk melakukan pemeriksaan dan juga melahirkan. Semua yang ada di sini kebanyakan perempuan, dan hanya dirinya yang laki-laki sendiri.

Untung saja kondisi nya sedang sepi, hanya ada 3 orang ibu hamil yang sedang melakukan pemeriksaan. Krist menatap ketiga nya yang sedang mengobrol bersama, Krist juga mendengar beberapa kali ketiga ibu itu mengucapkan kalimat bahagia atas kehadiran anak didalam perut mereka.

Andai ia juga bisa seperti itu.

"Tuan Krist Perawat."

Krist bangkit dari tempatnya dan masuk kedalam ruangan saat perawat memanggil namanya. Krist duduk di hadapan seorang perawat yang bertugas menangani hal seperti ini.

"Ini surat persetujuan nya, tanpa ini operasi nya tidak bisa di lakukan."

Krist menatap selembar kertas yang bertuliskan PERSETUJUAN ABORSI itu dengan meneguk ludah nya kasar.

"Tuan Krist."

Krist mendongak menatap perawat pria di depan nya.

"Jika kau berubah pikiran atau pun ingin mengubah tanggal nya, segera beritahu kami."

Krist mengangguk. Lalu ia berpamitan dengan perawat itu. Krist sudah memutuskan untuk menemui Singto, entah apa tujuan nya, Krist hanya ingin bertemu dengan Singto.

Sampai di depan pintu rumah Singto Krist mendengar ada suara, seperti suara seorang perempuan. Tanpa permisi Krist langsung membuka pintu dan membuat dua orang yang sedang mengobrol itu terkejut akan kedatangan nya.

"Krist?"

Krist memandang kecewa dengan apa yang ia lihat. Singto sedang berpelukan dengan seorang perempuan yang ia tak tau. Krist kembali berpikir, mungkin kah ini alasan nya Singto menolak anak ini.

Krist dengan cepat langsung berbalik dan pergi dari rumah Singto.

"Apa yang kau lakukan? Kejar dia!" teriak si perempuan itu dengan mendorong Singto untuk mengejar Krist.

Krist menangis dengan kaki nya yang terus berlari. Ia marah dengan keadaan yang seolah tak adil pada nya.

Kenapa? Disaat aku sedang menderita seperti ini!! 

GREP!!

"Tunggu Krist!"

Singto berhasil meraih Krist dan menghentikan pria itu. Singto tau Krist pasti salah paham dengan apa yang dilihat nya tadi, hal itu terlihat jelas dari Krist yang menangis.

"Kau salah paham Krist. Aku hanya sedang meminta pendapatnya mengenai kita."

Krist menatap tajam pada Singto.

"Kau membicarakan hal ini dengan orang lain phi?"

"Maaf Krist, tapi—"

"Berani nya kau! Aku bahkan tidak mampu untuk cerita pada mama soal kondisi ku saat ini. Tapi kau dengan gampang nya bercerita pada orang lain?"

Singto Krist (mini story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang