Rahasia (#2)

139 22 0
                                    

Krist terlihat diam menikmati makan malam nya. Bahkan ia hanya mengaduk-aduk makanan nya tanpa ada niat untuk memasukkan nya kedalam mulut. Semua orang tak menyadari hal itu, kecuali Namtan.

Mereka semua sedang makan malam bersama, karena besok Singto dan keluarga nya harus kembali ke London.

"Ayah, bunda, ada yang ingin ku katakan pada kalian."

Krist langsung mendongak menatap Namtan dengan wajah khawatir. Ia menggeleng kecil. Apa-apaan itu, bukan kah Namtan sudah berjanji akan menjaga rahasia mereka, apakah Namtan berubah pikiran.

"Ada apa sayang? Katakan saja." ucap ayah nya.

Krist semakin takut saat Namtan melirik pada nya sekilas lalu kembali menatap kedua orang tuanya.

"Aku ingin mengatakan bahwa pertunangan itu—"

"Nam, bukan kah kita sudah membicarakannya."

Semua orang menatap Krist dan Namtan dengan bingung. Apalagi Singto, pria itu menatap Namtan dan Krist secara bergantian.

"Membicarakan apa?" tanya Singto bingung.

"Aku tidak bisa bertunangan dengan mu." ucap Namtan dengan santai.

Semua orang terkejut, bahkan Krist menatap Namtan dengan memohon, ia menggelengkan kepalanya.

"Tapi kenapa?" tanya Singto pada gadis itu.

"Karena, karena bulan depan aku ada pertunjukan ballerina tepat nya di tanggal pertunangan itu."

Ya, semua sudah sepakat untuk mengadakan acara pertunangan nya di tanggal awal bulan depan nanti. Dan juga, pertunangan itu diadakan di London.

Krist hampir tak bisa bernafas karena Namtan, namun alasan gadis itu membuatnya akhirnya bisa bernafas lega. Krist sempat takut jika Namtan nekat mengatakan hal yang sebenarnya, dia tidak siap melihat raut kecewa di wajah semua orang. Apalagi Singto, dia belum siap jika nyatanya pria itu akan menyalahkan semua karena dirinya dan membencinya.

"Tapi Nam, bukan kah itu sudah kita bicarakan. Lebih baik kau tidak ikut andil dalam pertunjukan itu." ujar ayah nya.

"Tidak bisa! Ini pertunjukan perdana ku sebagai tokoh utama di pentas itu, kalau aku tidak ambil, belum tentu akan ada kesempatan lainnya." protes Namtan yang tak setuju dengan usul sang ayah.

"Tapi kau akan bertunangan dengan Singto."

"Ayah!"

"Tidak apa, kita bisa mundur dari tanggal itu. Kita tentukan tanggal lain setelah Namtan selesai dengan pentas nya." usul Singto.

Semua orang nampak berpikir, kemudian mengangguk, menyetujui usul dari Singto itu. Krist menatap curiga pada Namtan, tapi gadis itu mengabaikan tatapan nya dan melanjutkan makan nya.

Selesai makan malam, Krist kembali ke kamar nya dan melanjutkan tugas kuliah nya yang belum selesai. Ia juga menyalakan lagu untuk menemani nya yang mungkin akan begadang lagi.

Lagu Perfect dari Ed Sheeran itu mengalun dengan indah nya di kamar Krist. Singto kembali masuk kedalam kamar Krist dan sedikit terkejut karena lagi-lagi ia memiliki kesamaan dengan Krist. Sama seperti Krist, Singto pun terkadang mendengarkan lagu itu ketika sedang belajar atau pun mengerjakan pekerjaan nya di rumah. Dan ya, Singto pernah mengatakan hal itu pada Namtan.

"Well, kita punya kesamaan lagi."

Krist terkejut menatap kedatangan Singto ke dalam kamar nya. Pria kulit tan itu mengambil tempat duduk di pinggir kasur milik nya.

"Sedang apa kau disini? Pergilah tidur, bukan kah kau akan berangkat siang nanti."

"Aku tidak bisa tidur." ucap Singto.

Singto Krist (mini story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang