Rahasia (#3)

213 25 14
                                    

Krist sudah tak perduli jika akhirnya Singto akan membenci nya, tapi ia tak mau Singto juga membenci Namtan. Gadis itu tidak bersalah. Ini adalah murni kesalahan nya jadi Namtan tidak berhak di salah kan.

"Kenapa kau tidak mengatakan nya pada ku? Kenapa kau harus berpura-pura menjadi Namtan?"

Krist menatap Singto dengan takut karena tatapan Singto yang tajam, seolah menusuk nya.

"Ku pikir kau akan mengenali ku saat kau bertemu dengan ku. Kau sendiri yang bilang kalau kau tidak perlu mata untuk melihat, cukup menggunakan hati mu dan kau akan menemukan ku. Tapi, saat itu kau justru melewati ku begitu saja dan menatap Namtan. Lalu, saat kau mengetahui bahwa kita memiliki perasaan ku pikir kau akan menyadari nya, tapi ternyata tidak. Saat itulah aku mengerti kalau selama ini memang tidak ada aku dalam hati mu, dan itu membuat ku sadar bahwa memang lebih baik aku diam. Aku juga takut kau akan membenci ku karena perasaan ku pada mu."

"Bodoh! Idiot! Kau orang terbodoh yang aku kenal." Singto memaki Krist setelah ia mendengar kebenaran nya.

"Bagaimana aku menyadari perasaan ku padamu jika kau menggunakan Namtan sebagai benteng nya? Dan selama ini aku percaya jika memang Namtan lah yang membalas pesan ku, itu sebab nya aku tidak memperhatikan mu. Kenapa kau tidak menggunakan nama mu sendiri saat membalas pesan ku?"

Krist menggeleng. "Aku tidak mau menyakiti hati mu karena aku lah yang membalas pesan mu dan bukan nya Namtan. Aku tau kau mengharapkan dia."

Singto kembali mencebik kesal pada ucapan Krist. "Kau benar-benar orang paling bodoh di dunia ini Krist!"

"Aku hanya tidak ingin menyakiti hati mu." ungkap Krist.

"Dan sekarang apakah itu berhasil? Tidak! Kenyataan nya kau telah menyakiti 3 hati sekaligus Krist. Kau menyakiti hati mu sendiri, aku, dan juga Namtan! Kau egois sekali."

"Bukan maksud ku seperti itu. Aku hanya—"

"Aku akan membatalkan pertunangan nya."

Krist mendongak mendengar ucapan Singto. "Kau tidak akan benar-benar melakukan nya bukan? Kau akan mengecewakan semua orang."

"Persetan dengan semua orang! Karena aku hanya ingin menikah dengan orang yang selama ini membalas semua pesan ku, aku hanya ingin menikah dengan orang yang mengetahui semua tentang ku, orang yang selalu menjadi tempat cerita ku, dan itu adalah KAU!!"

Krist menatap Singto terkejut. Lebih terkejut lagi saat Singto dengan tiba-tiba menempelkan kedua bibir mereka. Singto melepaskan ciuman itu dan menjauhkan wajah nya, membiarkan dahi mereka menyatu.

"Ayo kita menikah."

Krist mendorong Singto menjauh dari nya. Ia menggeleng kuat. "Sudah terlambat. Pertunangan mu dan Namtan sudah di tentukan oleh orang tua kita, aku tidak bisa mengecewakan mereka semua."

Singto meraih kedua sisi wajah Krist, mendongak kan nya agar bisa menatap nya. "Aku tidak perduli. Jika aku harus menikah, itu hanya dengan mu. Bukan Namtan."

Krist menyentuh kedua tangan Singto yang menempel di kedua sisi wajah nya lalu melepaskan nya. Ia menggeleng seraya melangkah mundur secara perlahan.

"Itu tidak mungkin. Aku tidak bisa melakukan nya." Krist berbalik dan melangkah keluar dari gereja, meninggalkan Singto sendirian dengan perasaan yang kacau.

Setelah kejadian di gereja, Krist kembali tanpa berpamitan dengan Singto. Bahkan kedua nya tidak saling menghubungi. Sedangkan Singto di London berubah menjadi orang yang sering melamun dan tak jarang saat sedang bekerja ia kehilangan fokus nya. Jika biasanya ia memikirkan Namtan, kali ini justru Krist lah yang terus berkeliaran di dalam pikiran nya dan juga hati nya.

Singto Krist (mini story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang