Musim panas (#2)

160 21 5
                                    

Hari ini selesai pemotretan Krist dan Singto sudah menjadwalkan untuk bertemu. Krist menjemput Singto di tempat nya.

"Hai." sapa Krist saat Singto berjalan kearah nya, tangan nya melambai.

"Sudah selesai?" tanya Singto yang diangguki oleh Krist.

"Singto, kita jadi pergi ke pameran bersama kan?" tanya seorang perempuan yang datang tiba-tiba merangkul tangan Singto.

Krist menatap sinis pada perempuan itu, ia meneliti penampilan si perempuan dari ujung atas sampai ujung bawah lalu mendesis remeh. Sedangkan Singto yang merasa ada aura tidak enak di sekitar nya pun langsung melepaskan rangkulan perempuan itu.

"Euu, maaf Aki tapi aku sudah ada janji dengan teman ku. Kau pergi sendiri saja." balas Singto.

"Kenapa? Aku bisa pergi dengan kalian kalau begitu." kekeuh si perempuan membuat Krist cukup geram.

Astaga! Menyebalkan sekali hama satu ini. Baiklah, demi Kat akan ku singkirkan si hama pengganggu ini.

Krist mendekat dan menarik paksa perempuan itu untuk menjauh dari Singto dengan kasar. Ia juga menghempaskan perempuan begitu saja.

"Dengar, aku tidak suka ada pengganggu murahan seperti mu. Jadi selagi aku masih menahan tindakan ku, pergi lah dari sini dan Jangan dekat dengan Singto, jika tidak akan ku lempar kau. Lagipula apa kau tidak lihat penampilan mu yang seperti gembel, berani sekali kau ingin mendekati Singto! Mengacalah! Oh, atau kau tidak punya kaca? Kasihan sekali, hanya untuk sebuah kaca kau tidak punya dasar sampah!"

Cecar Krist dengan kata-kata pedas nya yang mampu membuat perempuan itu seperti di rendahkan. Selama ini tidak ada yang tau jika Krist bisa mengeluarkan kalimat pedas seperti itu. Krist selalu menjaga image nya di depan semua orang, tapi untuk satu ini entah kenapa Krist benar-benar lepas.

Perempuan itu pun dengan kesal pergi meninggalkan Krist dan Singto dengan menghentakkan kaki nya.

Singto yang melihat adegan itu hanya merasa cengo dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Krist.

"Sudah. Ayo pergi."

Singto mengangguk saat kesadaran nya sudah kembali. Kedua nya masuk kedalam mobil.

"Lain kali kalau memang tidak nyaman dengan orang seperti dia, lebih baik kau usir dengan jelas." celetuk Krist yang masih membahas perempuan tadi.

"Eh, aku tidak enak. Lagipula dia hanya mengajakku ke pameran bersama."

"Tetap saja. Bagaimana jika kekasih mu tau kau bergandengan dengan perempuan lain, dia akan salah paham pada mu."

Singto melirik pada Krist lalu mengalihkan pandangan nya keluar jendela, tangan nya yang di samping dekat pintu terkepal.

"Jadi, kita mau kemana?" tanya Krist yang menanyakan tujuan mereka pergi.

"Mau nonton?" Krist berpikir sejenak lalu mengangguk.

"Tunjukan jalan nya."

Mobil Krist melaju dengan kecepatan sedang di jalan yang cukup ramai. Kecepatan nya menurun saat mereka hampir sampai dan berhenti tepat didepan sebuah tempat bioskop.

Kedua nya menonton film dengan seru, dan kini hari sudah mulai gelap namun tak ada tanda-tanda mereka akan pulang.

"Sekarang apa?" tanya Krist.

"Mau karaokean?"

Krist mengangguk. Kedua nya berjalan bersama, mereka sengaja tidak naik mobil dan menitip kan nya di basement gedung bioskop karena ini berjalan sambil menikmati udara malam kota Tokyo.

Singto Krist (mini story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang