Jembatan janji (#1)

181 21 2
                                    

Sudah 3 tahun Krist memendam perasaan nya ada Singto, teman sekelas nya yang dingin. Krist tidak tau caranya agar bisa dekat dengan Singto, sehingga ia memilih untuk menyukai Singto secara diam-diam.

Tempat duduk Krist berada tepat di sebelah tempat Singto hingga ia dapat dengan jelas melihat pria itu sedang tertidur saat jam pelajaran masih berlangsung.

Nyenyak sekali tidurnya. Bangunkan tidak ya? Tapi kalau dia marah bagaimana? Yasudah biarkan sajalah mungkin dia sedang lelah.

Krist terus melirik pada Singto dan tak sadar jika seorang guru berjalan kearah tempat nya dan...

"Singto Prachaya! Bagus sekali sikap mu ini. Tidur saat jam pelajaran!"

Krist terkejut saat guru itu memukul kepala Singto dengan buku yang dibawa nya hingga membuat pria itu mengadu kesakitan.

Singto mengusap kepala nya yang masih terasa sakit dengan menatap kearah Krist. Tatapan mereka bertemu membuat Krist menjadi salah tingkah.

Krist mencoba kembali fokus pada buku di atas meja nya, namun ia tidak bisa fokus karena merasa Singto masih menatap nya. Krist pun mencoba untuk melirik sedikit dan ternyata benar, pria itu masih menatap nya dengan tangan yang dijadikan penyangga kepalanya.

Kenapa terus menatap ku seperti itu?

Krist menunduk, tangan nya sedikit gemetaran.

"Kenapa tidak membangunkan ku?"

"Eh?!"

Krist dibuat terkejut karena Singto datang ke tempat nya tepat saat pelajaran itu sudah selesai. Krist benar-benar tidak tau harus mengatakan apa, ia deg-degan melihat Singto dari jarang yang dekat seperti itu. Wangi parfum pria itu pun tercium jelas oleh Krist, bau nya sangat maskulin dan kuat.

"I-itu, anu, a-aku—"

"Apa?"

"Maaf." cicit Krist dengan kepala yang tertunduk.

"Hah sudahlah. Pinjam catatan mu."

Krist kembali dibuat terkejut karena Singto mengambil buku catatan nya begitu saja lalu pergi dari sana. Krist ingin marah dengan tingkah pria itu, tapi kenapa ia tidak bisa? Bahkan ucapan nya selalu terbata-bata saat berhadapan langsung dengan pria itu.

Krist menghembus kan nafas nya, membiarkan Singto melakukan apa yang pria itu mau.

Krist tau kenapa ia selalu tidak bisa berbicara dengan jelas dan baik saat berhadapan dengan Singto. Walaupun pria itu terlihat cuek dan juga dingin, tapi tatapan nya selalu membuat Krist merasakan jantung nya berdebar kencang.

Sore itu harus nya Krist ikut bermain bersama teman nya, tapi ia justru di mintai tolong untuk pergi ke rumah bibi nya oleh sang mama. Langkah Krist terhenti saat melihat sosok Singto yang berada di atas jembatan bersama dua orang lainnya. Ia bisa melihat jelas dua orang itu berpamitan pada Singto dan meninggalkan pria itu sendirian.

Krist terus melangkah kan kaki nya hingga kini ia sudah berada di atas jembatan dan berhadapan dengan Singto. Respon jantung nya selalu saja berdebar kencang.

"Mau kemana?"

Eh! Bertanya padaku?

"Eum, aku mau ke rumah bibi ku. Hari minggu pun masih latihan?"

Krist tau Singto adalah anggota Voli, bahkan Krist selalu hadir menonton pertandingan pria itu. Tapi ya selalu sembunyi.

Singto mengangguk. "Sebentar lagi ada pertandingan, jadi harus lebih ekstra latihan."

Krist mengulum senyum nya saat mendengar Singto berbicara cukup panjang dan tidak terdengar dingin pada nya. Mereka mengobrol seperti teman.

"Kalau begitu aku permisi."

Singto Krist (mini story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang