• BAB 8 •

97 21 15
                                    

Hardi hanya terdiam, ia masih tidak mengerti apakah ia jatuh cinta pada noni belanda ini? Bagaimana ia bisa jatuh cinta dengan orang yang mempunyai darah dari musuhnya sendiri?

"Ti-dak... Aku hanya ingin bersikap baik dan ramah. Apakah itu tidak di perbolehkan?" tanya Hardi dengan sedikit terbata.

"Boleh saja, tetapi tatapanmu kepada Henzie, menurutku aneh, Hardi," cecar Wirya. "Kau seperti mengagumi dengan hati." Wirya semakin gencar menggodanya.

"Sudah-sudah, aku pergi dulu ya. Sampai bertemu nanti," pamit Henzie, langsung meninggalkan 3 pemuda itu.

Melihat kepergian Henzie, Hardi merasa bersalah dengan jawaban yang dilontakannya itu.

"Salah kau Hardi, kau menyinggung perasaannya," sungut Wirya.

Hardi yang bingung dengan perkataan Wirya yang membuatnya aneh. "Menyinggung apa?"

"Sudah, kita masuk kelas," relai Hans, ia merangkul Hardi dan Wirya untuk masuk ke kelas. "Ayo kita belajar."

Mereka bertiga tidak melanjutkan debatnya, jika terus dilanjutkan mungkin ada perselisihan antara mereka berdua.

Mereka berjalan masuk kedalam, terlihat 3 pemudi itu sedang mengerjain anak Priyayi yang lain dan tentunya Wirya dan Hardi membantu.

"Kau ndak papa?" tanya Hardi.

"Ndak- ndak,"

"Je zoekt problemen, nietwaar, " Sungut Wirya, matanya kini sudah berapi-api. Ia tidak bisa melihat orang ditindas, apalagi dengn orang licik seperti Petter yang dari awal ia masuk HBS sudah mencari gara-gara dengan Wirya.

(Kau ini cari permasalahan terus ya).

Kini mata Wirya dengan pemuda Belanda itu, Petter.
Berdua menatap dengan tajam. Ingin sekali Wirya memukul tubuhnya yang putih dan bertotol itu serta menjambak rambut pirang yang kriting.

"Je hoeft je er niet mee te bemoeien als je niet bij hem wilt zijn," bentak Petter, ia menatap tajam sedikit menunduk ke arah Wirya. Karena Petter lebih tunggu 10cm dibanding Wirya.

(Kau tidak perlu ikut campur jika kau tak ingin sama dengannya).

"Ik moet tussenbeide komen, want hij is mijn broer," serang Wirya.

(Aku perlu ikut campur, karena dia saudaraku).

Akhirnya Wirya bertengkar dengan Petter. Hardipun bantu melerai, ia tak suka Wirya memakai tangan untuk membalas kelakuan Petter. Jadi apa bedanya dia dengan Petter? Mrs. Alice masuk kedalam kelas dan melerai mereka.

Mrs. Alice menghukum Hardi dan Wirya tetapi tidak menghukum Petter. Hardi dan Wirya berdiri didepan serta beberapa buku besar di atas kepalanya sampai jam pelajaran selesai. Sedangkan Hans memang tidak ikut pertikaian mereka.

"Nederlands-Indie heeft veel natuurlijke rijkdom, die we voor de mens kunnen gebruiken, namelijk..." ucap Mrs. Alice saat menjelaskan geografi Hindia Belanda, tetapi dipotong ucapannya oleh Hardi yang masih berdiri di depan dengan buku diatas kepalanya.

(Hindia Belanda mempunyai banyak kekayaan alam, yang bisa kita manfaatkan untuk manusia).

"Onder hen zijn tabak, koffie, suikerriet en heel veel specerijen, om naar Nederland te halen door alle bronnen van onze rijkdom, onze natie, op te zuigen! Het land genaamd Nederlands-Indië," tuntut Hardi, dengan menaikkan nada bicaranya.

(Diantaranya adalah tembakau, kopi, tebu, serta rempah-rempah yang sangat banyak, untuk di bawa ke negeri Belanda dengan menghisap semua sumber kekayaan kita, bangsa kita! Tanah yang di sebut Hindia Belanda).

Mrs. Alice yang mendengar Hardi berbicara didepan dengan suara keras, ia segera menghentikan perkataan Hardi.

Wirya yang terkejut dengan perkataan Hardi, bagaimana bisa Hardi yang terlihat pendiam hanya mengkritik diatas kertas kini melantangkan perkataannya pada seluruh siswa dikelas ini. Ia hanya tersenyum, ternyata Hardi seberani ini. Ia memang tak memakai tangan untuk balas dendam, tetapi ia memakai akal untuk menentang yang tidak adil.

Kau hebat, Hardi. Batin Wirya.

"Stop met praten! Stop!"

(Berhenti berbicara! Berhenti!).

Tetapi Hardi makin gencar melontarkan perdapatnya, ia merasa ini tidak adil dengan perlakuan mereka terhadap Hardi dan Wirya serta ia sudah memendam sejak lama didalam perasaannya bahwa ia menentang semua penjajahan yang dilakukan bangsa Belanda kepada orang-orang Pribumi.

"En maakten de inboorlingen tot slaaf door dag en nacht te werken tot we uitgemergeld en ziekelijk waren. ons wreed onderdrukte en zeer lage lonen kregen, moesten we het lijden en de sluwheid van het Nederlandse volk ervaren, het stelen en beroven van alle rijkdom en vrijheid van de inheemse bevolking," lanjut Hardi, kini nada bicara lebih tinggi dari yang sebelumnya.

(Serta memperbudak kaum pribumi dengan dipaksa kerja siang-malam sampai kami kurus kering dan  sakit-sakitan. Menindas kami dengan kejam serta di beri upah sangat rendah, kami harus mengalami penderitaan dan liciknya orang-orang Belanda, mencuri serta merampas semua kekayaan dan kebebasan dari kaum Pribumi).

Mrs. Alice yang merasa geram dengan perkataan Hardi. "Uitgaan! ga er nu uit!" Suruh Mrs. Alice.

(Keluar! Keluar sekarang!).

•••••

Mohon maaf jika banyak typo bertebaran semoga masih bisa kalian ngerti, akan dilakukan revisi saat sudah tamat 🙏

Dan dimohon jika ada kekeliruan bisa langsung komen ya teman, aku akan sangat terbuka untuk saran serta kritik dari teman-teman aku ❤

Terima kasih sudah mau baca sampai akhir, semoga kalian suka🥰

Selalu dukung aku ya 🖤🖤

Soerat Terakhir Raden Mas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang