• BAB 18 •

55 12 2
                                    

Hardi dan Wirya masih menimbang-nimbang penawaran Suharyanta, kakak sepupunya Wirya. Tapi nampaknya pemuda yang sedang menunggu jawaban itu mengetahui apa yang Wirya dan Hardi rasakan.

"Aku tahu setelah kalian membaca surat dariku, pasti kalian ragu dengan tujuan organisasi Sarekat Islam sekarang. Aku mengerti, lagipula kalian seharusnya fokus belajar yang benar," tutur Suharyanta.

"Kami akan ikut," jawab Hardi yakin, dan di beri anggukan oleh Wirya.

"Kalian yakin?" tanya Suharyanta memastikan.

"Yakin," jawab Hardi dan Wirya bersamaan.
Suharyanta memberi anggukan bahwa ia akan memperkenalkan Sarekat Islam pada 2 pemuda yang sedang berambisi untuk menyuarakan kemerdekaan pada negeri ini.

"Aku akan mengurus kalian untuk menjadi anggota. Tetapi kalian harus berjanji dengan saya, bahwa kalian harus berada di sisi Aa. Karena Aa tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan," ucap Suharyanta.

Hardi dan Wirya mengangguk bersamaan, semoga keputusan Hardi dan Wirya tidak berdampak untuk kedepannya.

•••

Sudah 2 bulan berlalu Hardi dan Wirya resmi menjadi anggota Sarekat Islam di bantu oleh Suharyanta, sepupu dari Wirya.

Hardi dan Wirya diajak mengenal organisasi tersebut, bagaimana Tjokroaminoto berorasi di depan kalangan pribumi, Sarekat Islam juga mempunyai jiwa  internasional. Untuk mewujudkan gerakan Pan Islamisme ini Sarekat Islam mencari bantuan kepada Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya.

Selama menjadi anggota Sarekat Islam Hardi dan Wirya ikut bersama Suharyanta. Ke Batavia atau Surabaya dengan  semangat yang bergelora, menghadiri setiap orasi Tjokroaminoto tentang memperbaiki pandangan islam di seluruh pribumi ataupun mengembangkan pendidikan untuk kalangan pribumi.

Dan fakta menarik dari bergabungnya Hardi dan Wirya di organisasi Sarekat Islam ia bisa kenal dengan pejuang-pejuang yang benar membela tanah ini.  Dan menyebut tanah ini adalah tanah Indonesia.

"Tuan Tjokroaminoto sangat bagus sekali orasinya untuk tanah indonesia," seru Hardi, ia sangat bersemangat. 

"Indonesia?" tanya Wirya. Ia bingung kenapa Hardi memakai bahasa 'Indonesia' untuk tanahnya.

Mereka kini sedang berada di rumah joglo kayu milik Suharyanta. Ya, Suharyanta kini bekerja di pemerintahan Belanda yang berada di Surabaya, bekerja untuk Belanda. tetapi tidak dengan pemikiran dan jiwanya, ia akan mati-matian membela bangsanya untuk memperjuangkan kemerdekaannya.

"Ya, nama tanah ini Indonesia," Jawab Suhayanta sambil mengambil zecangkir teh yang berada di atas meja.

"Kenapa di namakan Indonesia, A?" tanya Wirya penasaran.

"Dalam bukunya Indonesien Oder Die Inseln Des Malayischen Archipels dan Die Volkev des Ostl Asien pada tahun 1884, yang ditulis oleh etnolig Jerman, Adolf Bastian, di populerkan Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu dengan penelitiannya dan membuat semakin popular istilah 'Indonesia'. " Wirya tercengang mendengar penjelasan dari Hardi, bagaimana bisa dia tahu tentang asal usul tanah ini.

"Dan yang mencetuskan pertama kali adalah dua orang berbangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl, seorang etnolog, dan James Richardson Logan, seorang sarjana hukum, yang menyatakan bahwa sudah saatnya Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu perlu diberi nama tersendiri dalam artikel Journal Of The Indian Archipelago and Eastern Asia tahun 1850," tambah Hardi. Ternyata buku yang di berikan oleh Kakaknya berguna sekali untuk menambah pengetahuan dengan apa saja yang ada di dunia ini, tertama yang berbau dengan Hindia Belanda dan seisinya.

"Lebih menarik lagi, yang mencetuskan dengan memakai bangsa kita dengan kata Indonesia adalah Suwardi Suryaningrat atau yang sekarang dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara. Tuan Suwardi yang memakai nama 'Indonesia' sebagai dan mendirikan Biro Pers di Belanda saat beliau sedang masa pembuangan disana," ucap Suharyanta melanjutkan dan diberi anggukan oleh Hardi sebagai pembenaran.

"Aku baru menyadari bahwa kau sepintar ini, Hardi," takjub Wirya, ia tidak bisa berkata-kata dari ekspersinya ia merasakan terkejut sekaligus takjub dengan pemikiran Hardi.

Yang di puji hanya tersenyum ramah, ia merasa berterima kasih dengan kakaknya yang telah meminjamkan buku yang sangat banyak entah dari negeri Eropa atau dari negeri sendiri.

••••

Mohon maaf jika banyak typo bertebaran semoga masih bisa kalian ngerti, akan dilakukan revisi saat sudah tamat 🙏

Dan dimohon jika ada kekeliruan bisa langsung komen ya teman, aku akan sangat terbuka untuk saran serta kritik dari teman-teman aku ❤

Terima kasih sudah mau baca sampai akhir, semoga kalian suka🥰

Selalu dukung aku ya 🖤🖤

Soerat Terakhir Raden Mas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang