Hardi menepuk pelan pundak Hans. "Jika tanah ini tak menerimamu, kami yang akan membelamu dengan sekuat tenaga kami, Hans," ucap Hardi.
"Kau tak perlu khawatir," tambah Wirya meyakinkan.
Hans mendangak kepalanya mentap Hardi serta Wirya yang juga menatap pemuda berdarah indo itu. "Kau yakin?"
"Yakin," ucap Hardi dan Wirya bersamaan.
"Kau tak perlu risau, kita akan selalu berada disampingmu bagaimanapun keadaannya," tutur Wirya.
Mereka tersenyum bersamaan, memperjuangkan kebebasan untuk tetap hidup di tanah ini dengan layak.
•••
Di malam temaram suasana Asrama Perlidoengan Pelajar sangat sepi, para pemuda yang tinggal di sana mungkin sedang belajar, tidur atau bahkan tidak pulang ke Asrama. Tak terkecuali dengan Hardi dan Wirya, ditemani lampu teplok di kamar Hardi, mereka sibuk dengan tulisan yang akan mereka kirimkan ke surat kabar untuk di muat.
"Kalau tulisanmu dengan mengkritik seperti ini pasti akan langsung ditangkap, Hardi," tegur Wirya saat melihat hasil keseluruhan tulisan yang Hardi buat.
"Jadi bagaimana?"
"Benar kata bapakmu, jika kau mengirimkan tulisanmu pasti kau akan diincar oleh orang-orang Londo itu. Kau mau, Hardi?" Hardi menggeleng.
"Kita harus buat strategi dengan sindiran halus agar para Londo itu tidak curiga, tetapi dengan mempertajam bahasa keadilan kita, Di," ujar Wirya.
Hardi berpikir sebentar, ia harus mencerna kata-kata yang dimaksudkan oleh Wirya.
"Aku mengerti," ucap Hardi. "Kau pernah membaca cerita bersambung Mas Tirto Ardhi Soerjo, Wirya?"
Wirya mengangguk. "Pernah, yang berjudul Cerita Nyai Ratna, Bukan?"
Hardi mengangguk. "Aku pernah membacanya saat di Bojonegoro. Itu cerita yang sangat bagus tentang para gundik. Mungkin aku akan melanjutkan perjuangan Mas Tirto untuk cerita bersambung ini dengan pemikiran, gaya bahasa serta alur cerita yang berbeda. Tetapi dengan tetap tujuan yang sama dengan Mas Tirto."
"Itu bagus Hardi, aku akan mendukungmu," seru Wirya memberi dukungan penuh kepada Hardi.
Sementara Wirya mencari ide untuk tulisannya, sampai tengah malam, Wirya pamit untuk kembali ke kamarnya. Tulisan yang belum sempat di selesaikan akan di selesaikan esok hari.
•••
Matahari di tanah Surabaya sangat terisk, mereka telas selasai belajar dan kini saat untuk pulang. Tetapi sebelum itu Hans berbicara bahwa ia ingin mengajak Hardu dan Wirya ke suatu tempat.
"Kau ingin mengajakku kemana, Hans?" tanya Wirya.
"Kerumahku dan Henzie, Wirya," ajak Hans. Ia ingin mengenalkan teman barunya kepada sang Ibu.
"Ngapain?"
"Aku ingin mengenalkan teman baruku dari HBS, kau tak keberatan?" tanya Hans hati-hati.
"Tidak, ayo kita kesana," ucap Hardi.
"Kemarin, kau mengantarkan Henzie bertemu dengan Ibunya?" tanya Wirya memastikan, Hardi hanya menggeleng.
"Kau meninggalkan Henzie di jalan, Hardi?" tanya Hans. Karena pasti Henzie mengajak masuk kedalam betemu dengan Ibunya.
Hardi menggeleng. "Tidak, aku mengantarkan sampai depan rumah. Hanya saja aku tidak bertemu dengan ibunya, Hans," tutur Hardi.
"Di katakan Hardi benar, Hans. Ia menolak ajakanku, katanya ingin cepat-cepat bertemu dengan kalian berdua di pasar," ucap Henzie.
Wirya dan Hans hanya mengangguk mengerti. "Ayo pulang."
Mereka keluar dari pekarangan gedung H.B.S menuju rumah Hans dan Henzie menggunakan sepeda. Jarak dari H.B.S dan rumah mereka lumayan jauh.
Setelah sampai di prkarang rumah Hans dan Henzie. Mereka bertemu dengan Sulastri dengan pakai kebaya serta rok batik dengan anggun.
Sulastri terlihat bukan seperti Nyai kebanyakan umum, pakaiannya yang rapi serta wangi menandakan kehidupannya tidak sulit seperti Nyai kebanyakan.
"Siapa ini?" tanya Sulastri saat berjalan menuju Hardi, Wirya, Hans, dan Henzie.
"Perkenalkan Hardi dan Wirya, temanku di H.B.S bu." Hans memperkenalkan Hardi dan Wirya secara bergantian kepada Sulastri.
Hardi dan Wirya secara bergantian menjabat tangan Sulatri. "Sulatri, kalian boleh memanggilku Nyai. Nyai Sulatri."
Hardi dan Wirya terdiam.
"Kenapa?"
••••
Catatan :
Cerita Nyai Ratna : Cerita Fiksi bersambung yang di muat dalam surat kabar Medan Priyayi oleh penulis R.M. Tirto Adhi Soerjo.
•••••
Mohon maaf jika banyak typo bertebaran semoga masih bisa kalian ngerti, akan dilakukan revisi saat sudah tamat 🙏
Dan dimohon jika ada kekeliruan bisa langsung komen ya teman, aku akan sangat terbuka untuk saran serta kritik dari teman-teman aku ❤
Terima kasih sudah mau baca sampai akhir, semoga kalian suka🥰
Selalu dukung aku ya 🖤🖤
![](https://img.wattpad.com/cover/320816641-288-k146272.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Soerat Terakhir Raden Mas
Fiction HistoriqueRaden Mas Hardiyata Adhikusumo adalah pemuda keturunan priyayi Jawa yang bertekad ingin mengusir penjajah dari tanah kelahirannya. Tapi, siapa sangka Hardi justru jatuh dalam perangkap cinta seorang Henzi Van Dekken, noni Belanda yang juga teman se...