Hari ini matahari cukup terik, sang surya sedang berada dipuncaknya, sinarnya begitu menyengat kulit sampai ke tulang-tulang. Wirya langsung masuk ke Asrama, ia tak tahan dengan panasnya sinar matahari yang ingin matahari menyegat tubuhnya lama-lama. Menaruh bjku serta penanya ke atas meja belajarnya yang terbuat dari kayu menhadap ke jendela, rabhkannya badan ke kasur kapuk yang membuatnya tidur nyaman tiap hari.
Mengerjapkan matanya sebentar, sayup-sayup terdengar suara ketukan pintu serta suara salam dari pintu utama Asrama. Tak lama kemudian ketukan pintu terdengar jelas sekali di pintu kamarnya, segera ia membuka pintu terlihat Mbak Jum sedang berdiri.
"Ada yang cariin kamu, Wirya," sahut Mbak Jum, setelah menyampaikan pesan segera ia kembali ke dapur. Wirya berpikir, siapa yang datang bertamu siang-siang seperti ini.
Wirya baru ingat bahwa kemarin atau hari ini A Suharyanta akan datang. Ia bergegas berjalan menuju ruang tamu yang cukup lengkap disana terdapat meja dan kursi kayu, Wirya segera suguhkan air putih serta beberapa roti dari dapur.
"Aku ingin menginfokan sesuatu jepada kalian," sahutc Suharyanta saat mereka sudab duduk.
"Apa itu?" tanya Wirya. " Kenapa kau tidak memberitahukan lewat pesan saja A?" tambahnya.
"Aku ingin membicarakan secara langsung," ucapnya, ia meminum segelas air putih karena haus perjalanan sampai ke Asrama Perlindoengan. "Dimana Hardi?"
"Tidak tahu, ia tidak bilang hendak kemana." Wajah Wirya seudah menandakan sedikit kekesalannya, karena beberapa akhir ini Hardi sering sekali pergi tanpa
"Kalu begitu kita tunggu sebentar lagi ya sampai Hardi datang, karena ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan kalian," sahut Suharyanta, meminum teh yang sudah di sediakan oleh Wirya dan beberapa camilan kecil.
Beberapa jam Hardi tak kunjung datang, kemana perginya Hardi. Ia bilang hanya ingin mengantarkan Henzie sebentar, tetapi sampai saat ini pemuda itu tak kunjung datang.
"A Suharyanta tunggu sini ya, Wirya ingin menyusul Hardi sebentar," ucap Wirya, ia berdiri dan ancang-qncang ingin melangkhkan kaki ny keluar Asrama tetapi di tahan oleh Suharyanta.
"Tidak perlu Wirya, spertinya aku akan infokan ke kamu ya. Nanti kamu info ke Hardi,"
"Apa yang ini Aa bicarakan?" tanya Wirya yang kini sudah menunggu penjelasan dari Suharyanta.
"Seminggu lagi tepat tanggal 28 ada kongres sumpah pemuda di Batavia. Kau ingin ikut kesana?" Wirya sedikit terkejut sekaligus senang, ia memang ingin sekali ikut ke sana.
Wirya mengangguk. "Aku ingin ikut."
Suharyanta tersenyum, kenyataannya sesuai dengab apa yang sudah di harapkannya. "Tgl 28 Aa akan kembali ke Surabaya untuk menjemput kalian. Kamu jangan lupa kabari Hardi ya, Wir," sahut Suharyanta, ia bangun dari kursinya dan beranjak keluar Asrama.
"Iya A, Wirya akan sampaikan kepada Hardi." Wiryapun ikut berdiri berjalan mengantarkan Suharyanta ke depan teras.
"Sehat-sehat kamu disini ya, kalau ada apa-apa segera kabari Aa." Wirya mengangguk mengerti.
Setelah Suharyanta pergi, Wirya kembali ke kamar, ia mulai kembali ke kegiatan yang sempat tertunda walaupun ia sedikit kesal dengan Hardi yang tak menempati janjinya bahwasanya Hardi pergi sebentar tetapi sampai saat ini ia belum kembali dan membuat Suharyanta menunggu terlalu lama.
Matahari mulai begelincir kearah barat, sayup-sayup terdengar jangkik yang mulai berkicau tetapi tanda-tanda keberadaan Hardi tak kunjung datang.
Wirya yang sedang memebaca buku sambil meminum teh yang sudah di taruh diatas meja ruang tamu.
"Tumben tak masuk kamar ?" tanya pemuda jawa berkulit sawo matang dengan alis tebal serta mata yang tajam menepuk pundak sebelah kanan bernama Seno.
•••••
Mohon maaf jika banyak typo bertebaran semoga masih bisa kalian ngerti, akan dilakukan revisi saat sudah tamat 🙏
Dan dimohon jika ada kekeliruan bisa langsung komen ya teman, aku akan sangat terbuka untuk saran serta kritik dari teman-teman aku ❤
Terima kasih sudah mau baca sampai akhir, semoga kalian suka🥰
Selalu dukung aku ya 🖤🖤
![](https://img.wattpad.com/cover/320816641-288-k146272.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Soerat Terakhir Raden Mas
Fiksi SejarahRaden Mas Hardiyata Adhikusumo adalah pemuda keturunan priyayi Jawa yang bertekad ingin mengusir penjajah dari tanah kelahirannya. Tapi, siapa sangka Hardi justru jatuh dalam perangkap cinta seorang Henzi Van Dekken, noni Belanda yang juga teman se...