10. Nasta

806 48 5
                                    

🌸🌸🌸

~𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰~

•••

Alpha menyatukan kedua alisnya ketika melihat Nasta yang mulai berhenti melangkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alpha menyatukan kedua alisnya ketika melihat Nasta yang mulai berhenti melangkah. Tidak lama setelahnya, gadis itu berbalik sehingga berhadapan langsung dengannya.

Padahal, tadi Alpha sedang terhanyut dengan penampilan Lea. Namun, entah mengapa tiba-tiba Nasta datang menghampiri dan mengajaknya untuk keluar.

Maka dari itu, si sinilah mereka berada kini. Taman belakang sekolah. Ya, Nasta menarik tangan Alpha dan membawanya menuju tempat tersebut.

"Apa yang mau lo bicarain, Sta?" tanya Alpha seraya melepaskan genggaman tangan Nasta pada pergelangan tangannya.

Jujur ia merasa sedikit tidak nyaman dengan suasana sekarang. Terlebih lagi,  Alpha tidak terbiasa berbaur dengan perempuan selain Lea dan Bundanya sendiri.

"Gue suka sama lo, Al. Lo mau ya jadi pacar gue?"

Detik itu juga, pernyataan dari Nasta berhasil membuat Alpha terbungkam. Netra lelaki itu bergerak tidak menentu menandakan dirinya gelisah dan tidak nyaman dengan situasi tersebut.

"Maaf, tapi gue udah punya orang yang gue suk--"

"Lea kan?" tanya Nasta memotong ucapan Alpha dengan senyuman remehnya.

"L-lo tau?" ungkap Alpha cukup terkejut.

"Cuman orang bodoh yang ga tau kalau lo sama Lea sebenarnya saling suka. But yeah, gue ga peduli!"

"Lo tau kalau Lea juga suka sama gue? Tapi kenapa lo nyatain perasaan lo ke gue?"

"Lo sahabatnya Lea kan? Lo ga mikirin perasaan dia nantinya?"

Sungguh Alpha tidak habis pikir dengan Nasta. Seharusnya, jika gadis itu tahu Lea suka padanya, maka ia setidaknya bisa memendam perasaanya sendiri agar tidak melukai perasaan sahabatnya. Bukan malah bersikap seperti ini. Bukankah ini sama saja dengan menusuk Lea dari belakang?

Nasta terkekeh pelan sembari menatap Alpha penuh kagum. "Gue memang sahabatnya Lea. Tapi, itu cuman status yang ga pernah gue anggap serius,"

"Mungkin cuman Lea aja yang nganggap gue sahabatnya. Lo tau? Selama ini, gue cuman nganggap dia sebagai alat buat ngedekatin lo!"

"Lo--!!"

Jujur Alpa tidak bisa lagi berkata-kata. Muka pria itu sudah memerah seolah menahan kekesalannya. Seandainya Nasta adalah lelaki, Alpha tidak akan pikir panjang lagi untuk memberikannya sebuah tinjuan.

"Gue kenapa? Gue pintar kan ya? Gue pandai manfaatin situasi Lea yang ga punya teman dan ya ... gue berhasil ngedekatin lo lewat dia." ujar Nasta dengan kekehan pelannya.

Hey, Alpha! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang