20. Varsha

554 39 3
                                    

🌸🌸🌸

~𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰~

•••

Bagai mendengar petir yang begitu kuat, dada Lea seolah berhenti berdetak beberapa saat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bagai mendengar petir yang begitu kuat, dada Lea seolah berhenti berdetak beberapa saat. Tubuh gadis itu melemah dengan kedua kaki yang tidak dapat lagi menumpu berat badannya.

Brak

Lea terjatuh. Bersamaan dengan harapan kepada sang ibunda yang runtuh. Lea, merasa menyesal telah menaruh harapannya kepada wanita paruh baya yang biasa ia panggil dengan sebutan mama tersebut.

"Lea juga ga minta dilahirin kok Ma...." lirihnya yang terdengar begitu pilu. Membuat siapa saja merasakan sesak jika mendengarkannya.

Seolah tidak peduli dengan keadaan sang putri, Tiara semakin menggertakkan giginya kesal. Wanita itu terus mengamuk, hingga menghancurkan beberapa barang yang berada di sekitarnya.

"Kamu mau nyerah kan? IYA KAMU MAU NYERAH? SILAHKAN NYERAH! GA ADA YANG NGELARANG!"

"SEKARANG JUGA KELUAR DARI RUMAH INI LEA!"

Tanpa aba-aba, Tiara dengan kasar menarik lengan sang putri. Wanita itu terus menarik Lea dengan kuat seakan memaksa gadis itu berdiri dan keluar dari rumah tersebut di detik itu juga.

Dengan kedua kaki yang melemah, Lea akhirnya berdiri sesuai kemauan sang ibunda. Gadis itu mulai diseret oleh ibunya hingga menuju pintu utama.

"PERGI LEA!"

Tepat di depan pintu yang terbuka, tanpa perasaan Tiara mendorong Lea hingga terjatuh di depan teras rumahnya.

"PERGI! JANGAN PULANG SEBELUM KAMU BISA BAWA AYAH KAMU KEMBALI!"

Setelah memberikan peringatan untuk sang putri dengan membentaknya. Wanita paruh itu pun menutup pintu rumah dengan membantingnya cukup kuat.

Dari tempatnya duduk terjatuh, sebisa mungkin Lea mengangkat kedua telapak tangannya untuk menghapusi aliran air mata yang membanjiri pipinya.

"Lea jangan nangis...."

"Lo cengeng banget sih! Mama cuman lagi lepas kontrol kok...." lirihnya yang sedang berusaha menguatkan dirinya sendiri.

Dengan langkah gontai, Lea pun berjalan pergi. Berusaha menjauhkan dirinya dari kediamannya sendiri. Gadis itu terus melangkah tanpa tau akan kemana ia bawa kakinya berjalan pergi.

-19:00 WIB-

Sudah tiga puluh menit Lea berjalan tanpa arah. Kini gadis itu berada di pinggiran trotoar. Jalanan yang biasanya ramai kini mulai sepi. Angin menderu begitu keras disertai suara petir yang mulai terdengar bergemuruh.

Lea memakai penutup kepala hoodienya di saat merasakan rintik-rintik hujan mulai turun setetes demi setetes.

Suara petir yang begitu kuat mulai terdengar membelah perkotaan. Bersamaan dengannya, tetesan air hujan mulai turun dengan begitu lebat. Tidak ada lagi kompromi teruntuk hujan menahan jatuhnya agar tidak membasahi setiap insan yang masih berada di tempat terbuka.

Hey, Alpha! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang