11. Runtuh

918 51 2
                                    

🌸🌸🌸

~𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰~

•••

Sebelumnya, aku saranin buat mutar lagu :
[ Runtuh - Feby Putri feat. Fiersa Besari ]

Biar lebih ngena aja gitu hehe.

So, happy reading all ♡

•••

"Lo tanpa aba-aba sih narik gu--"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo tanpa aba-aba sih narik gu--"

Baru saja Lea hendak mengomel, namun ucapan gadis itu langsung terhenti seketika saat melihat wajah pria paruh baya yang sangat ia kenali rupanya tersebut.

Netra Lea membola sempurna, bersamaan dengan air matanya yang mulai keluar dan mengumpul di pelupuk mata.

"Ngga... ngga mungkin," Lea menggeleng-gelengkan kepalanya kuat. Berusaha menepis berbagai spekulasi yang mulai muncul di kepalanya tanpa pernah ia minta.

"Papa, Kakak tantik itu taya mau nanglis!" suara cadel yang keluar dari bibir seorang anak perempuan yang berada tidak jauh darinya itu berhasil membuat tangis Lea pecah seketika.

Lea pun mengulum bibirnya kuat agar tidak mengeluarkan suara isakan sedikit pun. Opini yang sedari tadi berusaha ia sangkal seketika menerobos secara paksa lalu masuk ke dalam pikirannya untuk dicerna.

Kejadian di depan Lea saat ini merupakan sebuah fakta yang berhasil menamparnya sangat kuat. Memberikan Lea akan sebuah kesadaran hingga tidak ada lagi celah untuk munculnya sebuah keraguan di dalamnya.

"Shutt... Lyly ga boleh ngomong kaya git--"

Wijaya menghentikan ucapannya di saat menyadari kehadiran Lea, sang putri sulung. Pipi Lea telah basah dengan bahunya yang juga bergetar hebat. Tetapi, gadis itu tetap saja berusaha mati-matian untuk terlihat tegar.

"Lea...." Wijaya dengan cepat berjalan menghampiri Lea dan langsung menggenggam pergelangan tangan anaknya tersebut.

"Lea, maaf... maaf... Ayah bisa jelasin semuanya."

Pria paruh baya itu mengangkat tangan kirinya yang menganggur untuk menghapusi air mata yang telah mengalir di pipi putri kesayangannya.

"Lea, maafin Ayah...." lirih Wijaya dengan tatapan penuh rasa bersalahnya.

Mendengar suara sang ayah nyatanya berhasil membuat air mata Lea semakin deras merembes keluar.

"Ayah ga perlu minta maaf sama Lea. Pulang Ayah! Minta maaf langsung sama Mama," lirih Lea dengan suara seraknya.

Gadis itu pun menepis tangan sang ayah dari wajahnya. Lea menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengusapi sendiri air matanya yang masih tetap keluar. Ia turut berusaha keras mengontrol air matanya agar tidak lagi keluar.

Hey, Alpha! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang