Who Owns It?

270 46 0
                                    

Setelah kepulangan Nicho dari rumah Vicky beberapa minggu yang lalu membuat mereka menyadari banyak perubahan yang terjadi pada Nicho, mulai dari gaya berpakaiannya yang terlihat urakan, irit bicara, hingga bagaimana cara ia memandang pun berubah, tidak cerah seperti dulu. Walaupun sebenarnya Jevan pun mengalami perubahan pada tubuhnya yang terlihat sedikit lebih bongsor karena hampir setiap malam ia menanyakan nama kue yang ia makan ketika di rumah Vicky yang berakhir Vicky sendiri yang membelikannya.

Walaupun ia berada di lingkungan yang sama tapi Nicho memiliki perubahan yang lebih drastis. Tak jarang pula ia menatap kakak kelasnya dengan tatapan tajamnya. Bahkan Vicky pun pernah mengalaminya sekali, membuat Vicky menyadari ada yang salah pada Nicho sehingga ia berubah seperti itu. Apakah ini efek dari kejadian waktu itu, ya? Vicky juga tidak tau.

"Lu pada sadar nggak sih, Nicho sekarang jadi dingin banget? Gue sempet kaget karena dia pernah natap tajam gue, kayak nggak biasanya ni anak begitu." Ucap Lizy membuat ketiganya mengangguk.

"Gue juga nggak tau sejak kapan, tapi perubahannya lumayan signifikan. Walaupun kita di tempat yang sama tapi dia kayak bukan bagian dari kita." Ucap Jihye membuat yang lain mengangguk kecuali Vicky.

"Mungkin lagi mencari jati diri, wajar aja sih. Atau ya mungkin juga dia merasa ada hal yang nggak sesuai sama dia makanya dia sampe begitu, kan? Kayak lu nggak suka sama kecoa aja pasti lu kayak menghindari berdekatan sama kecoa bahkan nyemprotin obat anti serangga." Ucap Reyna membuat semuanya mengangguk.

"Selagi masih dalam jangkauan, harusnya masih aman. Ya semoga aja perubahannya nggak berdampak buruk buat dirinya sendiri." Ucap Vicky yang diaminkan ketiganya.

--

Sekarang kelas Vicky sedang free karena Miss Disya sedang menghadiri rapat di luar yang membuat kelasnya selama 3 jam pelajaran terakhir pun kosong. Vicky yang merasa bosan dan haus pun pergi ke kantin seorang diri karena Reyna sedang menonton ASMR membuat kue, sedangkan Lizy dan Jihye sudah tidur sejak tadi. Setelah membeli dua bungkus coklat, satu susu kemasan, dan satu botol air mineral pun Vicky berniat ingin ke rooftop untuk menikmati semilir angin.

Tapi tak disangka, disana ada Nicho yang sedang merokok seorang diri. Vicky pun segera menghampirinya membuat Nicho langsung menginjak batang rokoknya yang masih menyala itu. Ketika hendak menyembunyikan satu bungkus rokok beserta pemantiknya, Vicky langsung merebutnya kemudian menyalakan satu lalu mengisapnya dengan enteng seperti sudah biasa melakukannya membuat Nicho melotot kaget.

"Kakak ngerokok juga?!" Tanya Nicho masih dengan wajah terkejutnya, setelah berdiam diri beberapa saat. Harusnya Vicky yang terkejut melihat Nicho merokok tapi malah Nicho yang terkejut.

"Nggak kok." Balas Vicky setelah menghabiskan setengah batang rokok kemudian menginjaknya.

"Mending makan ini dari pada rokok, mahal." Ucap Vicky menyodorkan coklat yang dibalas kekehan Nicho karena Vicky mengucapkan kata mahal disaat semua barang di rumahnya berlabel merk ternama.

"Biar orang lain aja yang nyakitin kamu, jangan sampe kamu ikut nyakitin diri sendiri. Karena harusnya cuma kamu yang bisa menyelamatkan diri sendiri, Nic." Ucap Vicky sembari mengunyah coklatnya dengan pandangan lurus ke depan.

"Aku juga nggak pengen kak, tapi butuh pengalihan. Karena kondisi rumah juga udah nggak kondusif bikin aku bingung dan tertekan disaat yang bersamaan. Tempat yang aku anggap rumah pun udah bukan rumah lagi buat aku, semuanya terasa asing walaupun masih dengan anggota yang lengkap." Ucap Nicho membuat Vicky mengangguk.

"Nggak selamanya rumah itu bakal tetap sama, Nic. Kadang yang kita sebut rumah juga bukan tempat kita bisa pulang lalu tenang karena ada di dalamnya. Begitu juga keluarga, nggak selamanya apa yang ada di pikiran kita tentang indahnya keluarga itu beneran nyata." Ucap Vicky.

"Mama yang aku pikir tempat paling benar buat aku pulang pun nyatanya nggak begitu. Aku merasa nggak punya rumah dan tempat pulang lagi, sekarang. Rasanya aku bakal terus sendirian kedepannya. Sedih, kaget, kecewa, semuanya jadi satu." Ucap Nicho dengan nada lirih menahan tangis membuat Vicky merengkuhnya.

"Kalau kamu merasa begitu, kamu harus lebih kuat karena kedepannya cuma ada kamu tanpa mama, papa, atau yang lain. Kakak juga yakin, kamu pasti bakal nemuin tempat pulang yang tepat dimasa depan atau mungkin tempat singgah yang pas buat merehatkan pikiran. Everything will be fine." Ucap Vicky membuat Nicho tenang. Memang sejauh ini hanya Vicky yang mengerti perasaannya dengan dalam tapi bukan berarti ia tidak menyayangi teman-temannya yang lain, hanya saja cara mereka menunjukkan rasa sayangnya berbeda dari Vicky.

--

Vicky yang baru turun dari rooftop tak sengaja berpapasan dengan Travis membuatnya buru-buru ingin melewatinya begitu saja karena sekali lagi, Vicky tak ingin menjadi bahan pembicaraan orang-orang. Ia juga tak ingin Maya menjadi semakin kesal padanya karena pasti Maya akan menyakitinya lewat orang-orang terdekatnya seperti Bahenol. Pokoknya Vicky harus menghindari si akar masalah, setidaknya di sekolah.

Namun Travis yang melihat Vicky ingin melewatinya begitu saja langsung menahan bahunya membuat Vicky melemparkan tatapan tajamnya disertai dengusan keras. Sengaja sekali ya, membuat Vicky selalu dalam masalah karena kebencian fansnya.

Tunggu, ada yang aneh. Travis mencium ada yang lain dari tubuh Vicky, ini bukan wangi parfum yang biasa Vicky gunakan, kan? Ia seperti kenal sekali dengan bau ini, baru rokok? Travis pun mendekatkan dirinya ke Vicky untuk memastikan hal tersebut yang langsung dicegah Vicky.

"Lo ngerokok?" Tanya Travis dengan tajam tak lupa dengan tatapannya.

"Nggak." Balas Vicky singkat ingin buru-buru pergi dari sini.

"Ini apa? Punya lo?" Tanya Travis setelah mengambil sekotak rokok dan pemantiknya dari dalam saku baju Vicky.

"Bukan urusan lo." Balas Vicky lalu merebut kembali benda itu.

"Sejak kapan?" Tanya Travis sembari mencium rambut Vicky yang ia pegang dan benar saja, bau nikotin sangat menyengat. Setahunya, teman-teman Vicky tidak ada yang merokok. Lalu jika bukan milik Vicky, milik siapa?

"Apasih, mending lo pergi." Ucap Vicky lagi membuat Travis naik pitam dan langsung menguncinya ditembok.

"Rokok itu punya siapa, Victoria Jang?" Tanya Travis dengan tajam membuat Vicky terganggu apalagi ia menyebut namanya dengan lengkap.

"Bukan punya gue. Minggir." Ucap Vicky sembari mendorong dada Travis agar menyingkir walaupun tidak berefek banyak.

"Kalau bukan punya lo kenapa bisa ada disitu? Lo coba bohongin gue?" Ucap Travis membuat Vicky mengernyit.

"Apasih? Gue yang ngambil dari pemiliknya. Puas?" Ucap Vicky sambil menatap tajam Travis yang juga menatapnya tajam.

Akhirnya Travis pun mengalah karena Vicky pasti tidak akan memberitahu yang sebenarnya, Travis mengambil kembali rokok dan pemantiknya dari tangan Vicky kemudian menatap Vicky dengan tatapan berbeda dari yang tadi. Travis menatapnya dengan tenang membuat Vicky semakin mengernyit bingung, apalagi sekarang?

"Ganti seragam lo, pake parfum yang banyak." Ucapnya sebelum pergi kemudian mengusak rambut Vicky singkat membuat Vicky mengangguk sebelum akhirnya meninggalkan tempat.

Tak jauh dari sana, ada Nicho yang masih setia berada di tempatnya. Menyaksikan adu mulut antara Travis dan Vicky yang sebetulnya tidak perlu jika Vicky memberitahu kalau rokok tersebut miliknya. Lagi-lagi, ia harus berterimakasih pada Vicky yang sudah menjaga rahasianya di depan teman-temannya yang lain. Walaupun ia tak yakin Travis akan melarangnya merokok seperti Vicky jika tahu.

***

Rouz's Note:

Halo! Terima kasih sudah membaca chapter #29 Interconnected and Opposite. Mohon dimaklumi jika ada kesalahan dalam pengetikan seperti typo, dsb.

Silahkan untuk ketik komen, vote, dan share ke teman-teman, sebagai bentuk dukungan pembaca untuk Rouz.

Sampai bertemu di chapter selanjutnya!

Mon, 09/01/22

Interconnected and OppositeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang