"Daddy belum pulang Bi?" tanya Syasia kepada asisten rumah tangga.
"Belum Non, mungkin sebentar lagi." jawab Bi Arum.
Syasia memanyunkan bibirnya kedepan. Sering sekali Daddy nya pulang larut sampai ia hanya bisa bertemu saat pagi hari saja. Itu saja bisa terhitung jari.
Syasia mengerti akan kesibukan Daddynya itu sebabnya ia tidak pernah menuntut macam-macam. Ia tidak ingin membebani.
"Belum pulang kan Kak?"
Syasia mengangguk membenarkan perkataan adiknya.
"Udah yuk kita tidur, udah malam juga." ujar Kei mengajak Kakaknya untuk ke kamar mereka.
Bi Arum mengikuti mereka hingga sampai di dalam kamar, memastikan anak majikan nya itu tertidur karena hari sudah larut malam.
Sudah sering sekali Bi Arum mengingatkan majikan nya untuk pulang lebih awal, karena anak-anaknya rindu atau barangkali mereka ingin bercanda atau sekedar mengobrol. Tapi tidak pernah digubris.
Bi Arum sudah bekerja disini sebelum majikan nya menikah. Pernikahan bisnis.
Orang tua Christ sudah meninggal dan hanya Bi Arum lah yang sudah dianggap keluarga sendiri oleh keluarga Gerg.
"Kalian anak-anak yang baik, pengertian dan tidak pernah menuntut." ujar Bi Arum sebelum menutup pintu kamar.
Dilain tempat, Christ saat ini sedang berada di club. Club langganan nya. Setiap pulang kerja ia selalu singgah kemari hanya untuk minum. Tapi bisa juga ia akan menyewa jalang lagi jika ia ingin. Atau jalang itu menggoda nya.
"Sudah malam bro!" mengingatkan Christ.
Christ menoleh ke meja bar disana ada teman nya, pemilik bar ini. Stev.
"Nanti.. " jawab Christ singkat. Membuat Stev mengendikan bahu acuh.
"Anak lo kasihan dirumah." ujar Stev lagi menasihati bapak dua anak ini.
"Lo diem deh!" sentak Christ meneruskan meminum bir nya yang telah ia pesan.
"Tambah lagi.. " pinta Christ di depan meja bar.
Stev menghembuskan nafas kasar, untung teman nya jika tidak sudah ia tinju sedari tadi.
"Satu gelas lagi habis itu lo pulang, deal?" tanya Stev membuat penawaran.
Christ tertawa meremehkan, "okey!"
Tepat pukul 02.00 pagi Christ baru sampai di rumahnya. Rumah mewah, terlalu mewah jika hanya dihuni 7 orang saja. Dia, kedua anaknya, dua maid, satu sopir dan satu security.
Menuju ke kamar nya yang berada di lantai 2.
Sesampainya disana ia segera melepas semua pakaian nya. Menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
"Huft!"
Christ berjalan santai menuju ke ranjangnya. Menatap wajah nya dari pantulan cermin.
Sungguh menyedihkan, ia tidak memiliki semangat sama sekali untuk menjalani kehidupan. Kalau ia tidak memiliki anak mungkin lebih baik ia memilih bunuh diri. Dunia nya sangat hampa.
Kesenangan yang ia lakukan, itu semua hanya untuk menutupi dan menghilangkan kesedihan nya dalam kesendirian.
Kadang Christ juga berpikir jika ia ingin mencari istri yang benar ia cintai, bukan hanya pemuas nafsu nya saja. Tapi Christ menutup mata akan hal itu. Semua wanita rata-rata mengincar hartanya saja. Tidak lebih dari itu. Membuat Christ muak akan hal itu.
Christ berdiri dari duduknya ia berjalan menuju kamar disebelah nya. Kamar anak-anaknya.
"Maafkan Daddy sayang.. " lirih Christ berada di samping telinga Syasia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Ceo
Storie d'amoreChristian Ander Gerg Pria matang dengan berbagai pesonanya membuat semua wanita terpikat. Ketampanan, kekayaan dan terpandang paket lengkap yang dimilikinya membuat para pria iri kepadanya. Ceo dan pemilik perusahaan yang bergerak dibidang teknolog...