11

64.7K 1.3K 14
                                    

Pagi ini Kim tengah bersiap untuk ke kantor. Tadi malam ia mendapat telfon jika harus ikut dalam rapat ini. Sebenarnya bisa saja ia diwakilkan oleh Christ hanya saja Kim tidak membebani suaminya itu. Apalagi akhir-akhir ini Christ disibukan dengan beberapa berkas dan pembangunan yang harus terealisasikan tahun ini.

"Sudah siap?" tanya Christ ketika masuk ke dalam kamar.

Kim mengangguk, ia berbalik untuk menatap suaminya.

"Nanti sehabis rapat aku mau mampir ke cafe ya." ujarnya sekaligus meminta ijin.

Christ menatap tubuh istrinya tanpa berkedip, sungguh sempurna.

Christ menatap tubuh istrinya tanpa berkedip, sungguh sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Tidak ada baju lain?" tanya Christ dengan berjalan menuju ke almari.

"Ada.. " jawab Kim seadanya.

"Ganti ya."

Kim menaikan alisnya, bingung.

"Terlalu ketat."

Kim mangut-mangut mengerti, padahal sudah sering kali ia memakai pakaian ketat.

"Udah terlanjur dipakai tapi, cuma sebentar aja kok. Nanti juga pakai blazer." mengangkat tinggi-tinggi blazer yang ia pegang tadi.

Christ menghembuskan nafasnya kemudian mengangguk. Ia tidak mau berdebat.

"Ya sudah, ayo turun. Anak-anak udah di bawah."

Kim mengangguk, tangan nya ia kaitkan dengan pergelangan tangan suaminya. Mereka bergandengan saat menuruni tangga. Membuat semua maid tersenyum senang. Mereka sempat mengira jika majikan nya itu tidak benar-benar mencintai istrinya.

Biarlah nanti cinta tumbuh diantara mereka, untuk kali ini mereka bebas menikmati sesuka hati mereka.

Saat tiba di meja makan, Kim dengan telaten mengambilkan makanan untuk suaminya, setelah itu dilanjut anak-anaknya dan yang terakhir adalah dirinya.

Mereka makan dengan tenang disana.

"Syasia sama Kei mau berangkat dulu ya Mom, Dad.. "

Kim mengangguk dan tersenyum. Berbeda dengan Christ yang termenung memikirkan sesuatu.

"Kalian ikut di mobil Mommy aja." tawar Christ kepada kedua anaknya yang tengah berdiri.

Kim yang mendengar penuturan suaminya itu menatapnya meminta penjelasan.

"Mommy mau berangkat ke kantor." jelas Christ yang langsung diangguki kedua anaknya.

"Kita tunggu di mobil ya Mom." ujar Syasia sebelum pergi keluar.

Kim masih menatap suaminya dengan wajah cemberut.

"Berangkat sama anak-anak ya.. " ujarnya dengan mengusap pelan kepala istrinya.

Kim menghembuskan nafasnya pasrah, setelah menyelesaikan sarapan nya. Ia berdiri dari duduknya. Disusul Christ yang juga sudah selesai.

Mereka berjalan beriringan dengan Christ yang memeluk pinggang istrinya.

"Hati-hati.. "

Kim mengangguk di dalam mobil, ia segera melajukan mobilnya. Setelah mencium punggung tangan suaminya.

"Bilang aja kalau takut gue digodain cowok-cowok, pakek harus nganterin  anak-anak pula. Padahal biasanya juga di antar sopir. Belum lagi nanti jemput. Padahal pengin me time." dumel Kim dalam hati.

"Kalian belajar yang benar, jangan nakal." peringat Kim ketika mereka sudah sampai di sekolah.

Syasia dan Kei mengangguk patuh, ia mencium punggung tangan Kim sebelum berlalu pergi ke dalam sekolah. Dengan melambaikan tangannya membuat Kim juga ikut melambaikan tangan nya.

Kim tersenyum menatap anak-anaknya.

Ia masuk mobil untuk melajukan kembali menuju kantor nya.

"Rapat nya sudah dimulai?" tanya Kim ketika sudah sampai diruangan nya.

Kevin menggeleng sebagai jawaban.

Mereka berdua berjalan bersisian menuju ke ruang rapat.

Semua pemilik saham ada disana. Hari ini adalah penetuan untuk pembagian saham. Ada anggota yang meninggal jadi saham tersebut belum ada yang memiliki.

"Ada 25% saham yang belum dimiliki." tutur Kim menatap semua orang yang ada disana.

Tampak ada satu laki-laki paruh baya mengangkat tangan. Semua mata tertuju padanya.

"Saya ambil." ujarnya, membuat Kim menaikan alisnya sebelah.

Kim tersenyum smirk seperti meremehkan.

"Bukan kah anda masih banyak hutang diluar sana Tuan? Lalu kenapa anda mengambilnya? Itu justru akan memberatkan mu." ujar Kim. Memang benar adanya. Orang itu dulu membeli saham di perusahaan nya saja dengan berhutang dan belum lunas. Tapi mau membeli lagi.

Laki-laki itu menatap tajam Kim, tidak terima dipermalukan.

Dengan wajah sangar nya, ia berdiri dari duduknya. "jaga bicara anda nyonya."

Kim tersenyum tidak begitu takut dengan orang di depannya, walaupun lebih tua darinya.

"Sebaiknya anda memikirkan matang-matang sebelum mengambil, ada yang mau mengambil saham ini?" ujar Kim mengalihkan.

Semua diam menatap Kim dan juga laki-laki paruh baya itu.

"Wanita tidak tau diri!" decih laki-laki itu, menatap jijik Kim.

Kim menoleh dan menatapnya, meminta penjelasan.

"Apa maksud anda?" tanya Kim masih sopan.

"Wanita seperti anda ini yang harusnya tau malu, bukan malah cari muka." ujar laki-laki paruh baya itu membuat Kim semakin bertanya-tanya.

"Jalang!" desis nya dengan tampang mencemooh.

Kim mengerutkan dahinya, menahan amarah.

"Bisakah anda sopan tuan." peringat Kevin.

Karena di ruangan itu ada banyak orang. Dan perkataan laki-laki tadi sangat tidak pantas.

"Jangan membela atasan mu, kalau tidak mau dipanggil jalang, jangan pakai pakaian seperti ini di saat kerja, mengerti nyonya?" dengan menaikan salah satu sudut bibirnya.

Kim menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya, ia tidak mau marah kali ini. Biarlah ia dihina sesuka hati.

"Sudah puas? Kita lanjut ke pembahasan kita di awal."

"Kalau tidak ada yang mau mengambil, biar saya yang mengambil. Jadi saham saya 55% di perusahaan ini. Sekian dari saya. Kurang lebih nya mohon maaf. Terima kasih." setelah mengatakan itu Kim berdiri dari duduknya dan segera meninggalkan ruang rapat itu.

Kim berjalan dengan tergesa gesa, ia menahan air matanya untuk tidak jatuh membasahi pipinya.

Saat sudah sampai di ruangan nya, Kim mengunci pintunya dan meluruhkan badan nya dibalik pintu. Ia menangis disana. Dengan nafas tersengal sengal.

Mengusap pipinya yang basah akibat airmata nya.

"Jangan cengeng Kim.. Hiks hiks.. " dengan senyum tipis nya menguatkan dirinya.

Padahal ini bukan sekali ia mendengarnya, sudah sering sekali ia disebut jalang atau sebagainya. Apalagi dengan pernikahan nya dengan duda, yang menimbulkan fitnah bahwa ia merebut suami orang.





Tap tap vote nya yauww.

Happy reading! 😉

Duda CeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang