17. Misi Konyol

193 61 11
                                    

Hana kemudian teringat dengan lovemeternya dan membeliak saat mendapati meterannya tinggal satu setrip. "Mas ... Mas!" Hana menepuk pipi Abas.

Abas menggeliat sesaat. Dia mendongak dengan mata setengah terpejam. "Yang ... lovemetermu ...." Abas meringis hingga deretan gigi putih yang rapi terkuak hingga geraham.

Hana mengecek nadi Abas, dan segera menarik tubuh kekar Abas di lantai saat mendapati nadi Abas yang melemah. "Mas? Mas?"

Abas bergeming. Hana lalu menunduk untuk mendengar dan merasakan embusan napas dari hidung Abas.

Hana lalu memosisikan diri berlutut. Tangan kanan Hana sudah ada di atas punggung tangan kiri, siap memberi resusitasi jantung paru.

Hana memompa beberapa kali sambil menghitung. Perasaannya kalut, takut peristiwa di Kaliurang kembali terjadi. "Mas! Bangun! Mas!" gumamnya kalut

Setelah beberapa pompaan, Hana kembali mengecek pernapasan Abas. Dia memosisikan kepala Abas sedikit mendongak dan tangan kirinya menutup hidung Abas sementara tangan kanannya membuka mulut. Dia menghirup napas dalam dan menyatukan mulutnya dengan mulut Abas untuk menyalurkan udara.

Abas terbatuk. Ada desah lega keluar dari mulut Hana. Namun, saat Hana ingin menegakkan tubuh, Abas meraih tubuh mungil itu sehingga Hana rubuh di dadanya.

"Yang, kamu cemas?"

"Siapa bilang?" Hana memungkiri.

"Lovemetermu naik satu setrip." Abas masih terbata.

Hana mendengkus, berusaha mengurai pelukan Abas. Namun, kekuatan Abas yang tidak menunjukkan pria itu barusan pingsan dengan nadi yang sangat lemah itu membuat Hana tak berkutik.

"Yang ...." Abas semakin mengeratkan lengannya sehingga tubuh mereka menempel. "Maaf ... jangan bilang benci lagi."

"Aku nggak akan bilang, kalau Mas lepasin aku."

"Nggak. Biar aja aku mati meluk kamu. Aku rela." Abas mengecup pelipis Hana.

"Apaan sih? Cheesy banget tauk!" Hana memukul pundak Abas. Dia kesal tapi tak menolak lagi dipeluk Abas. Jelas Hana tidak akan melakukan hal bodoh itu, dengan mengatakan benci karena akan membuat lovemeternya turun drastis. Namun, bukan berarti juga kekesalan Hana pada Abas bisa terhapus begitu saja.

Abas terkekeh. "Aku ... nggak ngerti kenapa, ngerasa bersyukur kita ada di dunia gim."

Hana menggigit bibir bawahnya sambil mendengarkan Abas. Matanya terpejam sementara hidungnya menghidu aroma maskulin yang menguar dari tubuh Abas.

"Yang ...."

"Ehm?" Hana berdeham. Matanya sekarang semakin berat untuk membuka. Terlebih feromon Abas yang menenangkan membuat Hana semakin ingin terlelap.

"Maaf. Selama ini aku justru membuat kamu jengkel. Parahnya aku nggak ngerti." Abas mendekap Hana dengan erat.

Dekapan itu mengalirkan kehangatan yang membuat Hana terbuai. Dia bahkan tak mendengar lagi kalimat lanjutan yang diucapkan Abas. Akhirnya masih dalam pelukan Abas, Hana tertidur di lantai yang dilapisi karpet bulu yang halus.

***

Alarm pukul 04. 30 memekik, memecah kesunyian pagi. Mata Hana seketika terbuka, dan otaknya merangkai kejadian semalam. Alih-alih dia tidur di lantai, sekarang dia berbaring di ranjang dengan selimut tebal. Padahal Hana ingat sekali kalau Abas membelenggu tubuh mungilnya sehingga dia ketiduran di dada bidang sang suami. Kepala Hana menoleh ke kanan kiri, tapi tak mendapati Abas. Dalam hati Hana mendengkus karena masih saja mengkhawatirkan suaminya.

Hana menegakkan tubuh, dan turun dari ranjang. Misi pagi ini dia harus memasakkan sarapan untuk suaminya. Padahal, selama ini, dia tidak pernah bangun pagi untuk memasak. Yoga atau jogging menjadi pilihannya untuk memulai hari. Dengan langkah malas, Hana keluar dari kamar sambil membuat cepolan rambut di atas kepala. Saat menuruni tangga, alis Hana mengernyit karena mendengar keriuhan dari dapur. Seingat Hana, dia sudah memberitahu Mbak Tri supaya tidak memasak pagi ini.

Begitu sandal kamarnya menapak lantai satu, Hana berseru, "Mbak Tri kok—"

Seketika mata Hana membeliak. Mulutnya menganga lebar, melihat Abas memakai apron plastik biru bergambar Doraemon. Hana kemudian mengerjap, dan menggosok mata lalu memicing untuk membaca jarum jam dinding di ruang makan.

"Bener jam 04.40 ...," gumam Hana.

"Udah bangun?" Suara bass itu membuat Hana terkesiap. Abas menoleh sejenak memberi senyuman lebar.

Dengan langkah waspada, Hana mendekat. "Mas Abas ngapain?

"Masak." Abas menggoyangkan wok dengan lapisan granite cokelat muda untuk mengolah sayur brokoli.

"Tapi—"

"Kamu duduk aja ...," potong Abas.

Tapi, Hana justru memberengut. Lovemeter Abas pagi ini turun. Walau tak tampak, tapi Hana menyadarinya. Hana lantas menarik Abas begitu ca brokoli matang.

"Mas Abas dapat misi apa? Bangun pagi?" tanya Hana dengan tatapan menyelidik. Kegusaran tak bisa ditutupi lagi, terlebih melihat lovemeter Abas yang semakin menipis.

Abas menggeleng. "Nggak, Yang. Aku kepikiran bantuin kamu aja. Sapa tahu ... lovemetermu bisa naik lagi."

Ah, rupanya dengan motif itu. Abas Nugraha itu berusaha membuat kadar cinta Hana meningkat supaya nyawanya selamat!

Bagus sekali! Seru Hana dalam hati. Rasanya wanita itu ingin bertepuk tangan menyelamati kebodohannya yang hampir tertipu. Padahal dia berharap, bukan lovemeter yang menjadi alasan. Tak bisakah Abas menjawab dengan kalimat lain, seperti 'Aku ingin bantuin kamu karena aku lihat semalam kamu tak nyaman. Bukankah suami istri harus saling melayani?'.

Mungkin Hana yang terlalu berharap banyak ...

Kini, Hana hanya bisa menatap nanar Abas dengan segala ketidakpekaannya. Ibarat tower penangkap sinyal, mungkin tower Abas pernah tersambar petir sehingga tak mampu menangkap sinyal Hana.

"Yang, kamu duduk ...."

Hana menghela napas panjang. Gara-gara misi konyol itu, Hana harus mengubah keteraturan hidupnya dari melakukan meditasi di taman belakang, menjadi seorang istri yang harus memasakkan sarapan suaminya yang hobi molor. Dan, kini ... hanya karena misi bodoh itu, Abas bangun pagi agar nyawanya selamat.

"Mas duduk aja. Aku juga nggak pengin moodku kacau dan lovemeter Mas turun sehingga aku bisa sekarat."

Tubuh Hana berbalik, menyembunyikan kecewa yang mengikis pelan kadar lovemeternya. Entahlah, kali ini Hana tak peduli. Mau mati, mau selamat ... pada akhirnya dia dan Abas akan berpisah.

Ya, keputusannya sudah bulat! Tak bisa lagi diganggu gugat! Hana terlalu lelah menebak hati Abas.

💕Dee_ane💕

Diklik bintangnya kuy, sama kasih jejaknya ...

Diklik bintangnya kuy, sama kasih jejaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lovemeter (Ketika Cinta Bisa Diukur)-completed-unpub sebagianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang