Sapa yang gedeg banget sama lolanya Abas?☝️
Emang, Si Abas ini kurang gercep ya, Deers. Kuy, mari baca lanjutan kisah mereka.💕💕💕
Jam menunjukkan pukul 19.00 ketika Abas sudah sampai di rumah sakit. Sejak melihat kedekatan Hana dengan Dirga, otak Abas dipenuhi oleh rasa cemburu yang selama ini tidak pernah Abas rasakan. Awalnya dia ingin segera menemui Hana siang tadi. Tapi berhubung Abas sudah mengagendakan jadwal meeting, maka dia terpaksa menyelesaikan pekerjaannya sebelum menjemput Hana.
Suasana poli anak malam itu masih ramai seperti hari yang lalu. Beberapa anak berlari dan tak sedikit pula yang duduk lesu atau digendong ayah ibunya. Abas menoleh ke kanan kiri, mencari tempat duduk kosong. Kursi di sudut itu sepertinya tempat yang pas untuk menunggu Hana.
Namun, pekerjaan menanti bukan perkara mudah bagi Abas. Berulang kali dia mendesah, melirik jam rolex hadiah Hana saat ulang tahunnya. Tak ada tanda-tanda Hana akan keluar dari ruang periksa setelah Abas menunggu satu jam. Sementara, pasien yang terhitung di depan ruangan masih ada sekitar delapan. Baik bayi, balita, dan yang paling besar sekitar sepuluh tahunan.
Dari semua orang yang duduk di kursi logam itu, hanya Abas sendiri yang tak membawa anak. Di sebelahnya, ada ibu muda dengan bayi dan di depannya sepertinya ada suami yang menggendong anak balita. Di sudut lain, ada laki-laki mungkin seusianya, sedang berjalan di sebelah perempuan yang menggendong bayi, sambil menenteng tas bayi.
Embusan udara kasar keluar dari mulutnya. Dalam hati, dia ingin merasakan kerepotan mempunyai anak. Bangun tengah malam untuk mengganti popok, menepuk punggung bayi setelah disusui, menggendong buah cintanya dengan Hana sambil mencangklong tas perlengkapan bayi. Tak dimungkiri, Abas iri sekali dengan laki-laki yang mampu membuahi istri mereka. Sementara Abas, hanya bisa bertahan lama saat bergumul di ranjang tapi benihnya tak ada yang bernas.
Abas tak habis pikir apa yang membuat pembuahannya gagal? Padahal dia tidak merokok. Hanya saja dia memang senang minum kopi, begadang, dan tak jarang lupa makan. Mungkin kebiasaannya hidupnya yang kadang tak sehat itu membuat benihnya tidak berkualitas.
Namun, sesaat kemudian Abas menggeleng. Dia yakin benihnya tokcer. Buktinya pada bulan kedua pernikahan mereka, Hana langsung dinyatakan positif, walau pada akhirnya janin itu diambil kembali. Seandainya saat itu Hana tidak keguguran, pasti sekarang Abas sudah dipanggil “Bapak”, atau “Ayah”, mungkin “Papa”, dan bisa saja “Papi”. Sebutan itu sungguh sangat Abas nantikan.
“Mas Abas?” Panggilan serta guncangan di tubuh Abas membuatnya terjaga. Lamunan tadi membawanya terlelap ke alam mimpi. Tubuhnya sudah lurus dengan kaki panjang yang terjulur menghalangi jalan, sementara lehernya disandarkan pada ujung sandaran punggung.
“Udah?” Abas mengusap wajahnya untuk menghilangkan rasa kantuk yang masih mendera.
“Kok di sini?” Alis Hana yang terbentuk rapi mengernyit. Dia lalu duduk di sebelah Abas dengan mengenakan scrub polos warna merah marun dan celana. Sepatu sneaker putih melengkapi penampilan casual yang membuatnya terlihat manis.
“Mau jemput kamu.” Abas mengembangkan senyuman di wajah dengan mata yang masih berat.
Hana berdecak. “Buat apa? Aku bawa mobil. Heran deh, akhir-akhir Mas nggak biasa banget.”
Abas memandang berkeliling, tanpa memperhatikan respon Hana. “Dirga praktik di sini juga?”
“Ih, nggak nyambung banget sih? Mas ini ngapain pakai jemput segala?” Hana gusar.
“Dirga praktik di sini juga?” Abas masih bertanya hal yang sama.
“Iya. Ada apa emang?” Wajah Hana mulai kusut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovemeter (Ketika Cinta Bisa Diukur)-completed-unpub sebagian
RomantizmApa yang terjadi bila kamu terjebak di dunia gim? Hana dan Abas, pasutri yang akan bercerai terjebak di dalam dunia gim 'La Personne' buatan Abas. Nyawa mereka akan terancam bila lovemeter pasangan mereka turun. Namun, bagaimana cara mempertahankan...