Hai, Deers. Makasih udah bersama Hana dan Abas selama 21 hari ini. Aku putusin, Hana dan Abas bakal hadir tiap Rabu-Kamis. Ditunggu Rabu depan, 😘
💕💕💕
Masih di tempat duduknya, Hana tak bisa berkata-kata. Nama tempat makannya memang 'Terserah', tapi bukan ini maksudnya! Tapi, tapi … Hana tak bisa menjawab Abas yang memberikan ekspresi kebanggaan seolah telah memenangkan event e-sport.
"Ayo, turun." Abas membuka pintu mobil dan keluar lebih dulu.
Sementara itu, Hana masih menata hatinya. Dia meremas celananya dan menggeram tertahan seolah ingin mencabik suaminya yang … entahlah … apakah terlalu polos atau tak peka. Seharusnya Abas tahu, Hana tidak ingin makan di tempat ini. Semestinya suaminya mengerti kalau dia suka makan di resto berkelas dengan tenderloin steak medium rare yang juicy.
Abas membuka pintu di bagian kiri. "Ayo, Yang. Kita makan sesuatu yang lain. Nasi bakar, sundukan, gorengan. Makan sampai perut kenyang, nggak bikin kantong bolong."
Hana melongo, melihat tingkah Abas yang seperti mahasiswa yang ngekos di akhir bulan. "Mas … Mas ini CEO, 'kan?"
"Iya. Kenapa?"
"Terlalu …." Hana turun dengan kasar. Berhubung cacing perutnya sudah berdemo meminta kesejahteraan, Hana akhirnya menurut saja. Lagipula kali ini dia tidak bisa berkutik ketika dihadapkan dengan papan besar bertulis "Terserah Bakaran dan Lesehan".
Begitu kakinya menapak paving parkiran, aroma khas bebakaran dari anglo arang semerbak menyapa penciuman Hana. Seketika ludahnya terstimulasi dan perutnya berbunyi dengan kencang. Saking kencangnya, Hana sampai meremas bajunya berharap Abas tidak mendengarnya. Tentu suaminya itu akan semakin bersorak kegirangan.
Lesehan 'Terserah' yang dipilih Abas ini menampilkan suasana kekeluargaan. Selain ada meja dan kursi, di sudut lain terdapat lesehan yang nyaman untuk bercengkeraman dengan keluarga atau teman-teman. Setelah melihat sejenak dari ambang pintu, akhirnya Abas memutuskan untuk duduk lesehan di sudut ruangan.
Abas lalu menggandeng Hana begitu saja, membuat beberapa pengunjung menatap mereka. Ya, siapa yang tak akan menoleh ketika Abas berjalan. Figurnya yang jangkung dengan senyum menawan serta kadang menggunakan tindik untuk menutup alisnya yang belah, sukses membuat kaum Hawa terperangah. Dan, kini para perempuan melempar pandangan iri pada Hana.
Hana terkekeh. Mungkin seperti itulah dia dulu. Melongo saat melihat Abas yang rupawan. Dan setelah setahun bersama suaminya, dia bisa melihat boroknya. Susah dibangunkan. Bisa tidur kapan saja di mana saja. Tidur dengan mulut terbuka dan sering membuat Hana geregetan karena tingkah tak peka Abas. Walau begitu, jantung Hana setiap hari tetap berdetak kencang tiap melihat wajah melongo suaminya yang tidur nyenyak. Benar-benar bucin sejati!
Sejurus kemudian, Hana dan Abas sudah duduk di spot yang dipilih Abas. Lelaki itu kini bertindak sebagai pramusaji karena dia melayani pesanan Hana.
"Kamu mau pesen apa? Nggak ada menu terserah, ya?" Abas sudah memperingatkan di awal saat Hana mau membuka mulut. Akhir-akhir ini Abas bisa menebak ucapannya.
Hana berdecih miris dalam hati. Kenapa Abas hanya bisa menebak soal 'terserah', tapi bukan hal yang lain. "Aku … minum aja es lemon tea."
"Beneran nggak makan? Tadi perutmu bunyi loh." Abas menggerakkan dagunya.
Hana mendengkus. Bisa-bisanya tadi Abas seolah tidak mendengar. Dia yakin, laki-laki merasa menang karena Hana bisa menuruti kehendaknya. "Ya udah, buah aja."
"Beneran? Kamu mens … butuh—"
Hana lalu mencondongkan badannya sambil membekap mulut Abas. Dia menoleh ke kanan kiri, memastikan tak ada yang mendengar suara Abas yang cukup keras. Sungguh, Hana kadang tak kuat dengan sisi sanguinis Abas yang tak peduli jadi pusat perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovemeter (Ketika Cinta Bisa Diukur)-completed-unpub sebagian
RomanceApa yang terjadi bila kamu terjebak di dunia gim? Hana dan Abas, pasutri yang akan bercerai terjebak di dalam dunia gim 'La Personne' buatan Abas. Nyawa mereka akan terancam bila lovemeter pasangan mereka turun. Namun, bagaimana cara mempertahankan...