"Benua lo wajib tanggung jawab! Buku pr gue basah kena peceran setelah sepeda butot lo itu tiba-tiba jatuh ke arah gue dan buku gue jadi rusak." Salah seorang murid dari kelas XII melabrak Benua, mendatanginya ke dalam kelas."Kok bisa jatuh? Gak mungkin jatuh kalo enggak lo senggol," kata Benua realistis.
"Ya, namanya sepeda lo sepeda butot. Sepeda rongsokan yang lo beli di tempat barang bekas!" sarkas Delina.
"Kok lo ngomongnya gitu? Gue kan cuma nanya kenapa sepeda gue bisa jatuh."
"Maksud lo ngomong gitu apa, heh? Lo kira gue ngaku-ngaku?!" Suasana kelas yang tadinya hening hanya menonton perselisihan antara Delina dan Benua mendadak menjadi bising sesaat setelah Delina mendorong pelan bahu Benua, meremehkannya.
Benua memilih mengalah. Ia lantas mengambil buku Delina yang kotor terkena air lumpur.
"Biar gue kerjain ulang tugas lo, Del. Pergi sana, gue gak suka mulut lo yang bising," kata Benua tidak mengerti kalau ucapannya itu menyakiti perasaan Delina.
"Maksud lo apa bilang mulut gue bising?!" amuk Delina. Benua menarik napas dalam-dalam kembali menghadap Delina yang biasa ia sapa si penunggu ruang BK.
"Emang mulut lo bising, kan, Del? Udah, ih, pergi sana biar tugas lo cepet gue kerjain," usir Benua dengan suara menggemaskan miliknya.
"Mulut lo kurang ajar ya Be-"
"Delina penunggu ruang BK, cepetan lo pergi kuping gue karatan denger suara jelek lo mulu. Kalo mau tugas lo gue kerjain ya cabut sekarang dari kelas gue. Gue gak bisa ngerjain tugas lo selama suara cempreng lo masih kedengeran terus di telinga gue," cerocos Benua.
Skak mat, Delina terdiam.
Jangan kalian pikir Benua itu tipikal gadis miskin yang bodoh dan hanya berdiam diri saat di injak-injak rakyat kelas atas seperti mereka. Memang, Benua anak beasiswa tetapi ia menggunakan kepintarannya sebagai senjata agar tidak di pandang layas oleh orang kaya.
Itu lah sebabnya mengapa Benua mampu menjadi penopang saat sakit kedua sahabatnya, Pasifik dan Atlantik.
Sehabis perdebatan mereka berakhir tak berapa lama bel istirahat berbunyi. Zoya menarik tangan Benua mengajaknya ikut ke kantin bersama. "Benua, kita ke kantin bareng yuk," ajak Zoya.
"Tumben lo ngajak gue ke kantin bareng, ya? Ada niat lain gak?" tanya Benua asal ceplos.
"Ih, Benua lo lantus banget, sih. Pantes jadi mamah mudanya Pasifik."
"Lo kira gue istri muda bokap mereka?!" amuk Benua.
"Iya, iya, Benuanya Pasifik dan Atlantik. Ayo, yuk, ke kantin." Benua mengangguk saja. Mereka berjalan beriringan menuju kantin di selingi bisikan dan tatapan sinis dari siswi SMA BUDIDAYA yang tidak suka atas kehadiran Benua di antara Pasifik dan Atlantik.
Benua adalah musuh yang nyata bagi mereka.
"Benua! Benua!" Belum sempat Zoya dan Benua masuk ke kawasan kantin, Zio dan Dendi berlari menghampiri mereka berdua dengan napas ngos-ngossan.
"Kalian kenapa, Zi?" tanya Zoya. Zio dan Dendi mengatur napas mereka.
"Duh, kami kabur dari hukuman Bu Jimi."
"Di hukum? Terus Sifik sama Atla kemana?" tanya Benua netranya berkeliling berharap menemukan kedua sahabatnya.
"Atla, kan, tadi pagi di panggil ke ruang BK, Nua. Nah, terus gak berapa lama Sifik nyusulin adeknya kesana. Entah tuh sampe sekarang kita gak liat mereka dimana-mana," terang Zio.
Zoya yang menghadap lurus ke pintu kelas XII IPA-2, kelasnya Zio, Dendi, Pasifik dan Atlantik, matanya seketika terbelalak menatap horor Bu Jimi yang muncul dari dalam kelas.
"Eh, mati kalian! Itu Bu Jimi mau kesini!" teriak Zoya heboh membalik cepat posisi Zio dan Dendi membelakangi guru killer itu.
"Cepetan masuk kantin," bisik Benua mendorong Dendi dan Zio yang tetap di posisi membelakangi Bu Jimi seraya buru-buru masuk ke kantin dan duduk di meja paling pojok.
"Kalian liat Zio dan Dendi di sekitar sini?" tanya Bu Jimi setibanya dia di hadapan Benua dan Zoya. Mereka sama-sama cengengesan seraya menggaruk kepala bingung ingin jawab apa.
"Emm, enggak, deh, Bu."
"Serius kamu Benua?" tanya Bu Jimi melihat raut aneh Benua.
"I-iya, Bu." Benua mendelik tajam pada Zoya yang diam saja tidak niat membantunya. Sumpah, image positif Benua sebagai murid beasiswa akan rusak kalau Bu Jimi mengetahui ia tengah berbohong.
"Kalau kalian melihat 2 kutu itu segera laporkan kepada saya!" titah Bu Jimi memperingati mereka dengan tegas. Benua dan Zoya kompak mengangguk. Huft, akhirnya mereka bisa bernapas lega saat Bu Jimi beranjak pergi.
"Gara-gara kalian gue terpaksa boong!" cetus Benua mendatangi tempat di mana Zio dan Dendi duduk untuk bersembunyi.
"Boong demi kebaikan itu baik loh, Nua," kata Dendi.
"Jadi kabur dari hukuman lo sebut kebaikan?" heran Zoya dengan suara melengking.
Plak
Benua menampar pelan bibir Zoya. "Lo diem, deh, Ya. Lo kan gak bantuin gue jadi jangan sok-sokkan ngamuk!" Sorakan Zio dan Dendi menyambut perkataan Benua pada Zoya.
"Kasian ya mereka."
"Setiap orang yang punya kelebihan pasti punya kekurangan contohnya kaya mereka."
"Ih, serem banget bokapnya njirrr."
"Kalian tadi liat sendiri, kan? Masa Sifik sama Atla di tampar bokapnya di ruang BK. Padahal itu masih kawasan sekolah kan ya?"
Bisikan-bisikan itu terdengar sampai ke telinga Benua, Zoya, Zio dan Dendi. Alis mereka menyatu kebingungan dengan topik pembicaraan yang mengaitkan nama Pasifik dan Atlantik di dalamnya.
"Permisi." Meski Benua tahu banyak yang tidak menyukainya di sekolah, ia tetap memanggil 4 orang siswi yang kebetulan melewati mejanya.
Mereka berhenti namun respon mereka pada Benua sangat menunjukkan rasa tidak suka dan cemburu.
"Gue denger kalian ngomongin Sifik sama Atla, mereka kenapa?" tanya Benua.
"Ohhh lo belum tau ya kalo Sifik sama Atla di bawa pulang paksa sama bokap mereka setelah di tampar?" sarkas mereka bernada songong.
Benua mematung. Bokap mereka? Itu artinya.. Om Yugo! Pria kejam itu.
Zoya, Zio, dan Dendi yang masih kebingungan semakin di buat bingung lantaran melihat raut tak biasa pada Benua.
"Benua lo mau kemana?!" teriak Zoya kaget ketika Benua tahu-tahu bangkit dari kursinya dengan gerakan yang terkesan buru-buru.
"Benua harus selamatin mereka," gumam Benua pada dirinya sendiri. Pelipisnya berkeringat dan terus berlari menuju tepat parkiran dimana ia meletakkan sepedanya disana.
***
follow
diviafrky
benuakiyowo
atlannntik
pasifik.sifik
KAMU SEDANG MEMBACA
PASIFIK ATLANTIK
Teen FictionPasifik itu, Atlantik itu, Satu-satu manusia yang bisa mendeskripsikannya adalah Benua. Ini kisah sederhana. Kisahnya Pasifik, kisahnya Atlantik, sekaligus Benua. Gadis periang nan lucu dan gemesin yang selalu ada bersama mereka. "Benua itu peli...