"ANJING! Atla sama Benua mesum!!" pekik Zoya menjerit kaget refleks menutup matanya melihat Atlantik dan Benua berciuman.Benua sontak berdiri seketika menjaga jaraknya bersama Atlantik. Zoya salah paham, mereka tidak berciuman melainkan tidak sengaja Benua mencium bibir Atlantik.
"Zoya ini gak kaya yang lo liat," ucap Benua mendekati Zoya dengan jantung ser-serran.
Sementara Atlantik? Laki-laki itu malah diam saja seperti tidak terjadi apa-apa antara Benua dan dirinya barusan.
"Jelas-jelas gue liat bibir lo nempel sama Atlantik, Nua. Iyu, kalian kok mesum banget sih sampe ngelakuin itu di sekolah?!" Sumpah ingin rasanya Benua menggampar mulut Zoya yang suka asal bicara.
"Udah gue bilangin kalo tadi tuh gak kaya yang lo liat, Ya. Gue gak sengaja cium Atlantik!" tukas Benua bersikeras.
Zoya menjauhkan tangannya gantian menatap pada Atlantik. Orang yang di tatap seperti itu menaikkan satu alisnya sebagai reaksi.
"Benua jujur," ujar Atlantik bicara mengenai fakta.
Zoya terdiam sesaat tengah sibuk dengan isi kepalanya sendiri. "Kok bisaa?" tanyanya bego.
"Kalo gak sengaja ya intinya gak sengaja, Zoya. Masa gue mesti jelasin sih gimana kejadian awalnya!" jengkel Benua.
"Lo ngapain?" tanya Atlantik mendekati mereka berdua.
"Zio tadi nyuruh gue buat cari Benua. Pasifik uda sadar dan Abang lo itu terus nanyain dimana Benua," tutur Zoya.
"Nua, masih ngambek?" tanya Atlantik melirik Benua suaranya selembut kain kafan.
Benua ikut melirik Atlantik. Zoya mendengkus sebal lantaran mengapa harus di hadapkan 2 orang yang saling lirik-melirik tersebut.
Benua menghela napas panjang. "Nua gak betah ngambek lama-lama sama Cipik atau Antik jadi ayo kita ke Uks liat Cipik," papar Benua mengajak Zoya dan Atlantik lebih dulu.
Zoya mencegat Benua sebelum pergi. "Gimana rasanya pernah cium bibir Atlantik, Nua?""
***"Nua habis nangis?" tanya Pasifik mendongak menatap Adiknya Atlantik begitu sadar jejak air mata di pipi Benua.
"Iya, Sifik, Benua abis nangis. Gak itu aja tadi dia sama Atlantik juga-"
Bugh
Dengan teganya Atlantik menginjak kaki Zoya. "Aw!" Ia meringis menggigit bibir dalamnya menahan rintihan kesakitan.
"Juga?" tuntut Pasifik menelisik ekspresi Zoya gadis itu tengah meringis kecil-kecil.
"Engg, hehe, gue lupa mau bilang apa," alibi Zoya menyingir ala Uniqorn.
"Apa kata dokter?" tanya Benua pada Pasifik juga teman-temannya.
Pasifik mengulas senyum hangat. "Gue cuma kecapean," jawab Pasifik seadanya.
"Bohong, dokter uks bilang badan Sifik melemah. Sebabnya itu tadi dari luka-luka di mukanya," sosor Dendi tidak sopan.
Pasifik melirik gelas di atas nakas berniat melemparkannya ke kepala Dendi.
"Beneran Cipik gak papa? Jangan bohongin Benua lagi!" tebas Benua tidak santai.
Bohongin lagi? Racau Pasifik dalam hati. Lantas ia menatap Adiknya. Atlantik yang mengerti arti di balik tatapan Pasifik pun mengangguk. Ah, rupanya Benua sudah tau kalau ia sempat menyembunyikan kondisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASIFIK ATLANTIK
Teen FictionPasifik itu, Atlantik itu, Satu-satu manusia yang bisa mendeskripsikannya adalah Benua. Ini kisah sederhana. Kisahnya Pasifik, kisahnya Atlantik, sekaligus Benua. Gadis periang nan lucu dan gemesin yang selalu ada bersama mereka. "Benua itu peli...