"Woi!" Atlantik terjengkit kaget. Seseorang menepuk punggungnya dari arah belakang.
"Lo di cariin dari tadi gak keliatan darimana, Ta?" Zio yang bertanya.
"Dompet? Lo habis copet dompet orang?" tanya Zio melihat ada dompet di tangan Atlantik.
Atlantik memukulkan dompet itu ke wajah Zio. "Tampang seganteng gue gak mungkin jadi tukang copet."
"Ini dompet cewe sialan yang tadi nyuruh gue cariin dompetnya yang di copet anak kecil."
"Cewe sialan? Siapa? Nua?" Zio bertanya asal.
"Benua bukan cewe sialan anjir!" Atlantik menggeram rendah.
"Terus siapa?" Zio gemas sendiri.
"Gue gak tau namanya."
"Ciri-cirinya?" Atlantik terdiam memikirkannya untuk sejenak.
"Ciri-ciri?" tanyanya ulang.
"Iya, ciri-ciri! Kurang jelas gue ngomong, Ta?" sembur Zio. Atlantik mendengkus.
"Cantik."
***
"Nua, lo serius? Gue masih belum percaya." Benua mengangguk setelah Zoya bertanya dari sambungan telepon genggamnya.
"Serius, Ya. Bahkan demi beasiswa gue, Sifik rela nerima perjodohan itu." Nihil sambutan dari Zoya. Mungkin masih terlalu syok perihal Pasifik yang di jodohkan serta Benua yang menghubunginya sambil menangis seperti saat ini.
"Sifik rela ya ngorbanin dirinya sampe sejauh itu demi lo Nua."
"Gue terkadang mikir, lo emang gak beruntung soal ekonomi dan status. Tapi lo cukup beruntung punya Sifik dan Atla disisi lo."
"Jujur sampe sekarang gue masih belum bisa buat gak iri sama lo Nua." Benua menyerngit. Nada suara Zoya kedengaran parau seperti menahan sesuatu.
"Ya?"
"Gue boleh jujur gak sama lo?" Benua tidak menjawab menunggu Zoya sendiri yang melanjutkannya.
"Sebenarnya gue beneran suka sama salah satu sahabat lo, Nua."
"Siap-"
"Pasifik," papar Zoya dengan lugas. Benua berhenti bernapas untuk sejenak.
"Pa-Pasifik..?"
***
"20 menit kita duduk diam disini tapi satu pun dari mereka tidak juga berkenalan," sindir Nayla, Mamanya Naina. Menatap Naina dan Pasifik bergantian.
Yugo menatap Putra sulungnya itu dari lirikan tajam ekor matanya. Mengerti peringatan halus Papanya, Pasifik mendengkus mengulurkan terpaksa tangannya lebih dulu tanpa menatap gadis berparas cantik di hadapannya.
"Pasifik." Naina tersenyum canggung. Apalagi kala tatapan mereka bertemu dan Pasifik langsung melemparkan tatapan dingin.
"Naina," sambut Naina menggenggam tangan Pasifik dengan ramah.
"Boleh saya panggil kamu Cipik?" Baru saja Pasifik ingin melepaskan genggaman mereka laki-laki itu mematung di tempat dan secara tidak sengaja mencengkram tangan Naina.
Naina berdesis menahan sakit dari tangannya yang di cengkram olehPasifik.
Deheman keras dari Papanya membuat Pasifik tersadar dari perbuatannya.
"Tentu saja kamu boleh panggil Putra saya dengan sebutan apa saja. Dan saya juga setuju kalau kamu memanggilnya Cipik." Kedua orangtua Naina tersenyum mendengar persetujuan dari calon besan mereka.
"Tapi Om nama Cipik punya Be-" Dendi yang akan bicara membungkam suaranya saat tatapan tajam Papa Yugo mengarah padanya. Sementara Pasifik, lelaki itu tidak memutuskan tatapan kecewanya pada pria paruh baya itu.
Papa udah rebut aku dari Benua, Pa. Belum cukup sampai disitu, Papa juga rebut Cipik dari Benua?
Pasifik menunduk dalam. Tangannya terkepal ketat serta rahangnya yang mengeras. Semua ini sungguh menyesakkan di dadanya.
"Raka!" Naina melambaikan tangannya memanggil seseorang yang kelihatan bingung mencari keberadaannya di tengah lautan manusia pengunjung restoran.
Atlantik berjalan mendekati meja mereka bersama Zio dengan kebingungan besar di kepala mereka. "Makasih ya bantuannya." Naina beranjak mengambil alih dompet miliknya lantas tersenyum lebar memperlihatkan senyuman lembut pada Atlantik.
"Ma, Pa, kenalin. Dia cowo baik yang mau tolongin Naina." Atlantik masih belum bisa mencerna semua ini. Sama hal nya dengan Zio yang menatap Pasifik, Atlantik, Papa Yugo, 3 orang asing yang bersama mereka serta Dendi dengan ekspresi keheranan.
"Kenalin ya, Naina." Gadis sopan itu mengulurkan tangannya pada Atlantik yang tidak langsung di balas. Yugo terdiam kaku menonton interaksi antara Putra bungsunya bersama calon Putra Sulungnya itu.
Tidak tahu kenapa tetapi Atlantik bergerak membalas uluran tangan itu. "Atlantik. Adiknya Pasifik," ujarnya membuat kelopak mata Naina melebar sempurna.
***
Benua tengah melamun di tempat tidurnya setelah percakapannya bersama Zoya. Hal itu masih membuatnya syok hingga sekarang. Selama ini, ia kira Zoya hanya berpura-pura menyukai Pasifik cuma untuk bahan lelucon gadis itu saja. Namun, ucapan Zoya tadi di telepon membuktikan kalau selama ini ia salah.
Zio
lo tau Sifik di jodohin Nua?
Dahi Benua berkerut setelah membaca pesan dari Zio. Kenapa tiba-tiba laki-laki itu bertanya?
Benua
lo udah tau?
Zio
gue sama Dendi tau semuanya
Benua
semuanya?
Zio
termasuk siapa cewe yang di jodohin sama Sifik
Zio
dendi kebetulan ada acara keluarga di restoran yang sama tempat Sifik dan Atla buat janji sama bokap mereka. gue kesana buat jemput Atla. gue rasa ada sedikit masalah makanya Atla mutusin buat pulang, menurut gue. tapi gue ngechat lo gini cuma mau mastiin kalo lo tau sifik di jodohin. gue takut lo kecewa
Benua
siapa namanya?
Zio
Naina. hampir sama kaya nama lo. tapi Nua..
Benua
kenapa?
Zio
Dendi bilang dia bakal rebut Cipik dari lo
Deg
Benua merasakan jantungnya bergetar. Ketakutan mulai melanda dirinya saat pikiran mengenai Pasifik yang akan pergi darinya muncul begitu saja.
Zio
dan mungkin juga Atlantik
***
maaf kalau part ini gak maksimal. lagi stres soalnya HAHAHAHA
KAMU SEDANG MEMBACA
PASIFIK ATLANTIK
Teen FictionPasifik itu, Atlantik itu, Satu-satu manusia yang bisa mendeskripsikannya adalah Benua. Ini kisah sederhana. Kisahnya Pasifik, kisahnya Atlantik, sekaligus Benua. Gadis periang nan lucu dan gemesin yang selalu ada bersama mereka. "Benua itu peli...