"Pa, berhenti sebentar." Kedua alis Pasifik berkerut. Suara Atlantik menginterupsi mereka di tengah jalan.
Yugo mengikuti permintaan anaknya lantas menepikan mobil mereka ke arah trotoar. Atlantik menatap Pasifik dan Papanya bergantian, kedua orang itu sama-sama menatapnya dengan pandangan bertanya.
"Biar aku yang gantikan Pasifik untuk perjodohan ini, Pa." Atlantik menatap Pasifik lamat. Tak hayal keputusannya itu membuat saudara dan Ayahnya tertegun kaget.
Pasifik menoleh ke belakang menatap langsung Adiknya. "Jaga omongan lo!" katanya dengan marah.
"Gue serius," tegas Atlantik dengan tatapan dingin. Atlantik menatap Papanya yang hanya diam setelah dia mengatakan keputusannya.
"Pa."
"Aku tidak butuh suaramu Atlantik." Deg
Atlantik menatap kecewa pria paruh baya itu.
"Berhenti berbual. Kamu hanya perlu duduk diam dan mendengarkan! Jangan seolah ingin menjadi pahlawan sebelum aku menyiksamu lagi disini." Deritan tajam dan nada sarkasme itu membuat Atlantik menutup rapat bibirnya.
Bayangan rasa sakit saat ia di siksa kembali melintasi pikirannya.
"Pasifik yang akan di jodohkan, titik. Jangan sekali pun kamu berani merubah ketentuanku," pungkas Yugo mencengkram stir mobil.
***
"Eh, ada Bu Rosmala." Dendi berhenti sejenak mengurungkan niatnya pergi ke toilet saat tak sengaja mendapati Bu Rosmala, guru seninya juga makan di restoran yang sama sepertinya.
Sedikit bercerita mengenai Bu Rosmala, guru itu termasuk salah satu guru muda di SMA BUDIDAYA. Parasnya cantik dan di iming-iming Dendi menyukai gurunya itu. Usia mereka hanya terpaut 6 tahun jadi Dendi merasa tidak terlalu tua untuk di jadikannya istri.
"Oh, Dendi ya? Kamu ngapain disini?"
"Cebokin kambing eek Bu," sindir Dendi mendengkus.
"Di restoran gini ya ngapain kalo gak kumpul makan bareng keluarga. Pake nanya lagi ngapain." Bu Rosmala meringis malu.
"Oh, iya, Maaf. Terus meja keluarga kamu mana?"
"Kenapa, Bu? Mau kenalan?" seloroh Dendi.
Kenalan sebagai calon menantu maksud saya Bu, lanjutnya dalam hati.
Bu Rosmala tertawa merasa pertanyaan Dendi lucu. "Mungkin lain kali." Bahu Dendi merosot lemas.
Mendapat ide menggoda guru mudanya itu Dendi kembali bersemangat.
"Bu, daripada ngomongin keluarga saya. Gimana kalo kita ngomongin keluarga kita aja?"
"Maksud kamu?" sambut Bu Rosmala. Dendi merutuk dalam hati.
Ada ga sih cewe peka di dunia ini? Sekali di kode langsung ngerti gitu, racau Dendi.
Dendi menarik salah satu kursi lalu bergabung duduk dengan Bu Rosmala. "Ibu malam ini oke deh."
"Oke gimana maksud kamu?"
Ini guru emang dasarnya gak peka apa bego sih?
"Oke, skip, aja deh, Bu. Jadi kamu eh maksud saya Ibu udah berapa lama disini?"
"Sekitar 30 menit yang lalu." Dendi mangut-mangut.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASIFIK ATLANTIK
Teen FictionPasifik itu, Atlantik itu, Satu-satu manusia yang bisa mendeskripsikannya adalah Benua. Ini kisah sederhana. Kisahnya Pasifik, kisahnya Atlantik, sekaligus Benua. Gadis periang nan lucu dan gemesin yang selalu ada bersama mereka. "Benua itu peli...