"Mau jadi pacar kamu." Perkataan itu nyaris membuat jantung siapa saja yang mendengarnya hampir copot. Pasifik dan Atlantik tidak bisa menyembunyikan raut terkejut di wajah mereka.Saga tersenyum lega perlahan bergerak mundur menjauh dari pembatas rooftop membuat Benua yang melihatnya bisa bernapas lega. "Berarti hari ini kita sah pacaran," ucap Saga. Benua terhenyak baru saja menyadari apa yang telah diputuskannya.
"Saga-" Saga memeluk Benua sebelum selesai ia bicara.
"Mulai sekarang lo cewe gue, Nua. Lo punya gue." Atlantik menggesekkan gigitan gusinya menatap tangan Saga yang bertengger pas di pinggang Benua.
"Awasin tangan lo bajingan!" seru Atlantik di luar kendalinya.
"Atla lo?!" Zoya berbalik arah diikuti Gagak mereka sukses di buat kaget dengan keberadaan Atlantik dan teman-temannya.
"Sifik? Zio? Dendi? Kalian.. disini juga? Sejak kapan?" tanya Zoya heran. Atlantik mengacuhkan Zoya lantas memaksa Saga melepaskan pelukannya.
"Siapa lo berani meluk dia sialan?!" Atlantik menolak kasar dada Saga.
"Lo tanya siapa gue? Lo gak denger barusan Benua bilang dia mau jadi pacar gue? Itu artinya,"
Satu alisnya terangkat tersenyum meremehkan. "Lo sendiri tau jawabannya."
Atlantik mengepalkan kedua tangannya tatapannya menusuk memandang bergantian Saga dan Benua.
"Kenapa lo mau jadi pacar dia, Nua? Lo terima orang baru dan percaya sama orang yang gak sama sekali lo kenal?!" seru Atlantik.
"Cuma karena dia bantuin lo dan nyokap lo malam itu dan lo terima dia hari ini?"
"Cuma?" ulang Benua membalas tatapan menusuk Atlantik.
"Bantuan Saga malam itu bukan sekedar kata cuma Atla! Setidaknya dia manusia yang gak cuma diem liat orang lain di perlakukan kasar dan di tindas!" teriak Benua.
"Perlu gue ingetin, lo gak berhak ikut campur apalagi marah dengan keputusan yang gue ambil."
"Kalo lo sahabat gue lo masih pantas ngomong kaya gini."
Benua berdecih. "Tapi sayangnya itu dulu sebelum lo jadi terlalu asing buat gue." Atlantik terpaku menatap kebencian, kekecewaan, dan rasa takut dari mata Benua yang berkaca-kaca untuknya.
***
Naina berjalan terburu-buru di halaman rumahnya ingin segera menjumpai kedua orangtuanya yang berada di rumah saat ini.
"Pa, Ma!" teriaknya begitu melihat mereka di ruang tamu.
"Ada apa, sayang?"
"Kita perlu bicara."
"Soal apa?" tanya Papa Naina.
"Saga, kenapa kalian gak bilang kalo dia bakal menetap di jakarta? Dia juga satu sekolah denganku."
"Kalau soal itu Mama dan Papa memang tidak bilang kalau Saga datang kesini bukan sekedar ingin tahu calon suamimu tapi ikut pindah ke Jakarta. Mengenai kalian yang satu sekolah itu di luar pengetahuan Mama dan Papa."
"Awalnya dia bilang padaku ingin masuk ke SMA CAKRAWALA tapi semalam dia mengubah keputusannya," imbuh Papanya menjelaskan.
"Kenapa kamu khawatir, sayang?"
"Ayolah, Pa! Saga itu bandel, urak-urakkan, gak jelas! Aku takut dia buat masalah yang akan merugikan aku nantinya. Lagi pula waktu dulu kami di Bandung dia memang sering membuat masalah dan aku selalu kena imbasnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
PASIFIK ATLANTIK
Teen FictionPasifik itu, Atlantik itu, Satu-satu manusia yang bisa mendeskripsikannya adalah Benua. Ini kisah sederhana. Kisahnya Pasifik, kisahnya Atlantik, sekaligus Benua. Gadis periang nan lucu dan gemesin yang selalu ada bersama mereka. "Benua itu peli...