bott cepat update abisnya kalian banyak yg komen bott jadi seneng oiya part ini juga bot panjangin loh ☺
Flashback On
Saat kakinya memijak di lantai tempatnya di lahirkan dan di siksa Pasifik selalu menguatkan dirinya setiap kali masuk ke rumah itu. Bayang-bayang Papanya yang selalu menekan dan cenderung melukai fisiknya tergambar jelas di pikirannya.
Pasifik naik ke lantai dua, kamarnya. Rautnya datar dan pucat. Semenjak perbuatannya pada Benua di rumah sakit malam itu, Pasifik merasa kehilangan gairah hidup.
Tangannya menggantung di depan knop pintu mendengar suara decakan dari dalam. Pasti Atlantik, pikirnya.
"Tuan muda kamu di panggil Ayah kamu ke ruangannya," ucap salah satu pelayan yang datang setelah menyampaikan perintah yang di berikan padanya pelayan itu pergi.
Pasifik menutup mata. Pikirannya mengintruksi melakukan sesuatu lantas mengunci Atlantik di dalam sana. Ini ia lalukan semata-mata agar tidak merasa was-was Atlantik akan mendengar pembicaraannya dengan Papanya.
"Masuk." Sambut suara bariton dari pintu yang di ketuk.
Yugo duduk di kursi kebesarannya tersenyum cerah melihat kedatangan Putranya. "Kamu tidak bertanya kenapa aku memanggilmu kesini?" tanyanya. Pasifik sekedar memandang datar Pria angkuh itu.
"Ayo masuk Pasifik, kamu bukan oranglain, kamu Putraku, jangan berdiri di ambang pintu seperti pelayan." Yugo menegur Pasifik yang tetap di tempatnya.
"Apa yang mau Papa bicarakan? Aku benci basa-basi," tekan Pasifik membuka suaranya dengan memuakkan.
"Aku hanya ingin berterimakasih." Yugo bangkit dari kursinya di bibir itu ada senyuman bahagia yang jarang Pasifik temui. "Karena kamu sudah menuruti kemauanku."
Itu bukan kemauan tapi ancaman.
"Dengan kamu bersikap baik yang semestinya pada calon istrimu membuat orangtua gadis itu puas dengan posisimu yang menggantikan mereka menjaga Naina."
"Mereka menginvestasikan uang yang lebih besar ke perusahaan kita. Aku berterimakasih untuk itu." Pasifik hanya diam dan menyimak.
"Mengenai anak pembantu-"
"Namanya Benua," sambar Pasifik menekankan.
Yugo mendengkus. "Ya, Benua, gadis miskin itu. Kamu sudah cukup bersikap brengsek padanya dan membuat dia sadar dengan posisinya sebagai rumput liar di hidupmu?"
Gigitan rahang Pasifik mengeras berusaha mendorong emosinya mendengar ucapan itu. "Bahkan lebih brengsek dari Papa," ucapnya dengan berani.
"Jaga ucapanmu Pasifik!" hardik Yugo dengan kasar tangannya terkepal emosi.
Benua, nama itu benar-benar ia benci. Gadis itu membuat kedua Putranya pembangkang dan kurang ajar padanya."Kamu harus melakukan sesuatu lagi untukku." Pasifik menutup rapat matanya merasa tidak sanggup menghadapi keegoisan Papanya sendiri.
Menyakiti Benua, membentak Benua, menatap gadis itu dengan tajam, hal itu sudah sangat cukup membuat Pasifik merasakan sakit. Itu semua ia lakukan karena dorongan dan tekanan Papanya.
"Aku ingin kamu merusak perempuan itu."
Deg
Pasifik merasakan dadanya bergemuruh dengan jantung berdebar kencang.
"A.. Apa mak-maksud Papa?" tanyanya dengan suara bergetar. Yugo maju menipiskan jarak mereka menatap Pasifik dengan tatapan tajam serta menekan.
"Buat Benua kehilangan kehormatannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
PASIFIK ATLANTIK
Teen FictionPasifik itu, Atlantik itu, Satu-satu manusia yang bisa mendeskripsikannya adalah Benua. Ini kisah sederhana. Kisahnya Pasifik, kisahnya Atlantik, sekaligus Benua. Gadis periang nan lucu dan gemesin yang selalu ada bersama mereka. "Benua itu peli...