32. PASIFIK ATLANTIK

121 30 5
                                    

vote!
komennya jangan ketinggalan ☺

"Lo punya hubungan apa sama Pasifik?" Di kelas Naina di serbu pertanyaan dari teman sekelasnya. Kejadian di kantin semalam pasti menimbulkan pertanyaan bagi mereka. Tatapan persahabatan dari semua orang di hari pertama ia masuk sekolah kini tidak lagi ia temukan.

"Yee di tanyain malah diem. Jawab dong!" bentak mereka.

"Jangan-jangan lo yang di jodohin sama Sifik ya?!" Naina tidak berani mendongak membalas mereka semua.

"Sialan lo! Gak cukup Benua sekarang nambah lagi kutu sialan yang nempelin prince kami!"

"Jaga bicara lo!" Mereka semua menoleh ke asal suara. Mampus, batin mereka. Pasifik datang masuk ke dalam kelas mereka menengahi perdebatan yang terjadi.

"Berani ngomong kotor di depan calon istri gue, gue gak segan buat mukul lo!" amuk Pasifik.

"Ja-jadi bener anak baru ini yang di jodohin sama kamu Fik?" Rasanya mereka ingin menjerit iri dan kecewa.

Tanpa menjawab Pasifik menyentuh dagu Naina, menuntun gadis itu agar mau mendongak membalas tatapannya. Naina terisak saat tatapannya bertemu dengan Pasifik.

"Jangan nangis, aku disini lindungin kamu," ucap Pasifik mengilap air mata di pipi Naina.

Dari ambang pintu kelas Benua disana bersama Zoya. Mereka menyaksikan bagaimana Pasifik melindungi teman baru mereka itu.

"Sekarang bukan cuma Benua tapi juga Naina yang sukses buat Pasifik melunak," gumam Zoya tanpa sadar.

"Hiks, ak-aku takut.." cicit Naina.

"Hutss." Semua orang tidak mengedipkan mata mereka ketika Pasifik memeluk Naina sambil berbisik menenangkan gadis itu.

"Mereka gak akan berani ganggu kamu selama ada aku," ucap Pasifik mengelus kepala Naina.

Perlahan sudut bibir Benua tertarik ke atas melihat kedekatan Pasifik dan Naina.

Mungkin ini saatnya ia melepas Pasifik. Naina akan menggantikan posisinya yang selama ini menjadi pelindung serta tempat laki-laki itu mempercayakan rasa sakitnya.

"Sekarang gue lega, Ya. Gue lega karena gue gak egois lagi." Zoya menatap Benua.

"Gue sadar, walau kami sahabatan dari kecil, posisi gue pasti bakal di gantikan sama perempuan yang Pasifik cintai di masa depan nanti. Gue bangga bisa mengantarkan Pasifik sampai di kebahagiaannya."

***


Bel istirahat berbunyi 10 menit lalu. Zoya masih mengerjakan catatan Agama yang masih belum diselesaikannya. Di tengah kegiatan menulisnya, Zoya menatap Benua.

"Nua."

"Hah?" Benua tersadar dari lamunannya setelah Zoya memanggil.

"Lo lagi nyatet materi atau melamun? Gue liat lo melamun dari tadi."

"Nggak kok, Ya."

"Benua, Zoya, aku boleh gabung?" Suara Naina yang datang ke meja mereka mengambil atensi keduanya.

Zoya tidak yakin mengizinkan Naina duduk. Ia khawatir Benua tidak nyaman nantinya.

PASIFIK ATLANTIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang