khusus part 40 bakal ada yang baru nih! ayo bisa bacanya pelan pelan ☺
btw, mau tau ga rumus cepat update? banyak-banyak komen di setiap paragraf haha
"Nua, lo mau kemana?!" Zoya kelimpungan begitu Benua masuk ke kelas membenahi alat-alat tulisnya ke dalam tas.
"Nua, please! Lo kenapa nangis? Atlantik bilang apa sama lo?" Benua mengusap air mata berulang kali. Menepis tangan Zoya yang mencekal pergelangan tangannya.
"Gue gak sanggup, Ya. Cukup berapa hari ini gue bertahan! Gue gak sanggup kalau Ibu gue di hina sama mereka!"
"Nua, lo bisa cerita sama gue." Nada suara Zoya melemah.
"Cerita apapun yang buat lo sakit. Gapapa, Nua, gue siap dengerin lo dan bela lo di semua situasi." Benua menutup wajahnya meredam isakan pilu mengingat ucapan Atlantik.
Apa ibu lo juga jalang?
Berapa bayaran buat lo dan Ibu lo?
Gue dan bokap gue bisa kasih kalian sebanyak apapun yang lo dan Ibu lo mau. Tapi dengan syarat lo gak jual diri sama orang lain
Semua orang di kelas memandang Benua dengan pandangan puas. Senang rasanya melihat Benua, saingan terberat mereka itu, menangis tersedu-sedu sambil menutup wajahnya.
Mata Zoya berenang air mata. "Nua.." panggilnya dengan serak.
Benua menghapus kasar air matanya lalu meraih tas-nya meninggalkan kelas.
Bruk !
"Nu-" Pasifik yang baru muncul di ambang pintu bahunya ditabrak Benua tanpa mau menatap sedetik pun ke arahnya.
"Fik, gimana Benua?" Zio dan Dendi menyusul sahabat mereka mengikuti arah pandang Pasifik pada Benua yang pergi sambil menangis.
***
BUGH
"Lo ngomong apa sama Benua, bajingan?!" Pasifik datang ke kelas mereka membogem langsung wajah Atlantik yang sedang mengobati lukanya di bantu Naina.
"Lo minggir!" Zoya menarik paksa Naina menjauh dari Atlantik.
"Gue ingetin sama lo, Nai. Lo di jodohin sama Pasifik! Jangan jadi perempuan jalang dan serakah dengan lo deketin Atlantik juga sialan!" bentak Zoya. Naina tersentak menutup kelopak matanya dengan takut.
Atlantik mencengkram bahu Zoya. "Damn, lancang lo bentak dia!" umpat Atlantik menekan lantas Zio melepas cengkramannya.
"Kenapa? Lo gak suka? Urusan lo apa?" tanya Zio dengan remeh.
"Dia calon istri Abang lo, Ta! Setidaknya lo tau diri," tukas Zio membuat Atlantik terdiam. Zoya tersenyum puas melihat Naina menundukkan kepala dengan malu.
Pasifik meremat kerah seragam Atlantik. "Sekarang lo bilang sama gue, lo ngomong apa sama Benua? Kenapa dia nangis dan pergi dari sekolah?"
"Gue bilang dia murahan. Gue salah?" Gigi Pasifik bergemelatuk geram, tangannya gatal untuk membogem Atlantik lagi. Dendi, Zoya, Zio, menggeleng tidak percaya dengan jawaban Atlantik.
Melepas cengkraman Pasifik dari kerah seragamnya, Atlantik merapikan bajunya terlebih dahulu, sebelum pergi menarik Naina ikut bersamanya.
"ATLANTIK!!!" Seruan marah Pasifik mengagetkan seisi kelas pada Atlantik yang pergi begitu saja membawa Naina.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
PASIFIK ATLANTIK
Teen FictionPasifik itu, Atlantik itu, Satu-satu manusia yang bisa mendeskripsikannya adalah Benua. Ini kisah sederhana. Kisahnya Pasifik, kisahnya Atlantik, sekaligus Benua. Gadis periang nan lucu dan gemesin yang selalu ada bersama mereka. "Benua itu peli...