Sifik
temenin gue ke clubDendi ee
buset fik! ngapain lo kesana heh?!Zio calon ustadz
mabok la anjirr
sok polos lo den gak asik!Dendi ee
lah bangke emang di club cuma bisa mabok doang?Zio calon ustadz
astagfiruAllah ya Allah kukira polos ternyata keroposDendi ee
gak nyambung huuuuuuAtla
ngapain?Dendi ee
eh eh potongan salju elsa nongolZio calon ustadz
ntah ni atla
lo nanya siapa sih samsudin?Dendi ee
harus banget nama bapak gue lo bawa bawa Zi?Sifik
gaada yang mau nemenin?
oke, gue cabut sendiriDendi ee
loh gabisa woii fik! ntar lo pulang pulang gak perjaka gue yang nanges***
Atlantik, Zio, Dendi mereka sedang cekcok di dalam mobil yang hanya berisi mereka bertiga. Pasalnya Pasifik lebih dulu pergi sebelum mereka sempat menyusul laki-laki itu.
"Lo yang salah!" tuduh Zio pada Dendi.
"Lo bego! Pake acara numpang boker di rumahnya Benua. Untung Nyokap tu cewe gak di rumah. Kalo gak di kira ngapain-ngapain lagi kita bertiga!" sembur Dendi.
"Eits, Ta. Dendi pikirannya jorok sama Benua. Ayo lo, Den, ngaku!" Melihat tatapan Atlantik berubah tajam padanya Dendi lantas melempar Zio dengan sepatu yang di lepas langsung dari kakinya.
"Jangan bawa-bawa gue yang bangke. Noh, si Atla tadi ngapain coba pas kita dateng di rumah berduaan sama Benua?"
"Lah, iya anjirrr."
"Gue sama Benua gak ngapa-ngapain!" tukas Atlantik.
"Minimal cium pasti ada lah! Ya gak, Den?" Dendi mengangguk dengan semangat. Atlantik mendengkus. Zio dan Dendi memang gemar menjahilinya.
"Gue emang sempat cium Benua, so what's the problem?" tanya Atlantik dengan santai.
Zio yang duduk di samping Atlantik yang mengemudi lantas merapatkan jarak mereka lalu berbisik, "cium pipi, kening atau... bibir, Ta?"
Gedebug
***
Malam ini bermodalan nekat Pasifik pergi sendirian ke club malam. Sebelumnya ia akan ke tempat neraka dunia itu bersama kembaran dan teman-temannya agar mereka bisa saling menjaga dari kaum jalang pemakan perjaka. Namun, untuk malam ini Pasifik tidak peduli akan hal itu.
Pikirannya buntu. Hanya ingin bebas dari beban yang menimpa hidupnya dari ia kecil sampai remaja.
Kenapa penderitaannya tidak kunjung usai?
"Hai, ganteng." Baru seteguk beer lolos di tenggorokan Pasifik sapaan hangat nan manja menghampiri telinganya tanpa aba-aba. Lengan putih tanpa bulu alias mulus bertengger manis di bahunya. Membiarkan aksi jalang itu sambil menikmati minumannya tanpa memerdulikan 2 wanita hiburan yang kini mulai menggelayuti badan kekar Pasifik.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASIFIK ATLANTIK
Teen FictionPasifik itu, Atlantik itu, Satu-satu manusia yang bisa mendeskripsikannya adalah Benua. Ini kisah sederhana. Kisahnya Pasifik, kisahnya Atlantik, sekaligus Benua. Gadis periang nan lucu dan gemesin yang selalu ada bersama mereka. "Benua itu peli...