45. Bangunkan Ayam Tidur!

1.3K 169 27
                                    

Jika diingat-ingat lagi, Jimin pernah mengalami sleep paralysis atau dikenal masyarakat dengan istilah ketindihan dan terjadi saat seseorang sedang tidur. Si pemuda ikut meyakini kalau kondisi itu kerap kali dikaitkan dengan hal mistis seperti diduduki oleh makhluk halus. Agak menyeramkan atau sangat menyeramkan. Beberapa orang percaya dan demikian dirinya juga untuk tidak membuka mata saat kejadian tersebut sedang berlangsung, sebab—mungkin saja—apa yang akan dilihat selanjutnya bukan sesuatu yang bagus. Beruntung dari pengalaman sebelumnya ia tidak melihat sesuatu yang membuat bulu kuduk merinding. 

Sayangnya di sana, pada ambang kesadaran yang mulai terjaga, Jimin lantas menahan napas begitu menyadari kedua pahanya terasa berat. Sekelumit penasaran membuatnya mengintip dan mendapati siluet menghalangi pandangannya, ia nyaris loncat dari kasur, tetapi tertahan bobot di kaki. Berbekal ayat-ayat alkitab yang melintas di kepala, Jimin membacanya dalam hati dengan separuh gemetar. 

Namun secara bersamaan, sentuhan-sentuhan di sepanjang dadanya yang terbuka menjadikan pemuda itu mengernyit. Terasa sangat lembut dan tidak asing. Ia sering mendapatkan perlakuan itu dan berpikir, apa hantu zaman sekarang memang mesum? Tentu saja perihal tersebut mengingatkannya kepada ... Min Yoongi. Sepersekon yang singkat, Jimin membuka kedua mata lebar-lebar. Bayangan yang dikiranya semacam setan buruk rupa justru menjelma seorang manusia di temaram lampu tidur yang berperawakan tambun, berambut legam sepanjang bahu, dan yang paling manis adalah senyuman jenaka bak tengah mengejek. 

"Jimin?"

Si pemilik nama yang jantungnya hampir melorot ke betis hingga kembali lagi ke tempatnya, seketika mengembuskan napas panjang. Bayangkan saja menemukan satu sosok duduk di pangkuan dalam kegelapan dan Jimin perlu menyesuaikan pandangannya agar tidak salah melihat. "Jangan mengagetkan kalau aku sedang tidur. Jantungku hanya satu, Yoongi."

"Begitu, ya?"

Begitu, ya? katanya. Jimin kembali memejam. Ia malas meladeni bahkan sudah menebak jika langit belum berganti menjadi pagi dan waktu tidurnya masih panjang.

"Ayo, bangun." Itu Yoongi. Ia berusaha membangunkan Jimin dengan menekan-nekan pelan perut pemuda itu. Merasakan tekstur dari otot yang berbentuk hasil olahraga rutin termasuk kesenangannya tersendiri.

"Mau apa?" Jimin membalas seadanya. 

"Aku harus ke kamar mandi."

"Iya."

Yoongi terdiam. Memperhatikan suaminya melanjutkan tidur, ia mencebik sedih. Sesaat membenahi posisi duduk yang sejujurnya terasa tidak nyaman—paha Jimin keras, kekurangan lemak dan kelebihan musculus, tidak cocok untuk pantatnya—Yoongi lalu mendekatkan wajah sambil menahan agak perutnya tidak terimpit. Tanpa aba-aba ia menyedot iseng pipi Jimin sebelah kiri, kemudian berbisik, "Aku harus ke kamar mandi."

Jimin sontak mengerjap. Perlahan membuka mata setelah merasakan pipinya basah karena air liur. Jorok, tetapi karena pelaku itu Yoongi sendiri ia tak ambil pusing. "Sakit perut, hm? Kau mual?"

"Tidak, sih."

"Kenapa?"

"Pipis," sahut Yoongi. Lantas tersenyum lebar begitu menyadari pemuda di bawahnya menatap sepenuhnya.

"Iya, silakan ke kamar mandi. Aku kan tidak mengantungi kloset."

"Antarkan aku."

"Sayang, kau lihat pintu berwarna cokelat di sudut tembok? Itu kamar mandi dan masih berada di dalam ruangan ini juga."

Menanggapi Jimin yang banyak bicara, Yoongi berdecak jengkel. Ia beringsut turun dari pangkuan dibantu sepasang netra yang masih memperhatikannya lekat. "Gelap. Aku tidak bisa lihat," rengeknya tak mau kalah.

My (lil) Family [MINYOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang