37. Menuju Pagi 🔞

2.2K 193 11
                                    

Wehehehe 🌚🔞🌚🔞🌚🔞🌚
Tapi jangan berekspektasi tinggi. Aku kurang legit kalo buat adegan begituan wkwk. Yaa bayangin ajalah dikit-dikit 🤤

***
Detik jam yang berputar pada porosnya menemani dini hari Yoongi dalam keheningan. Lampu utama kamar sepenuhnya mati dan tersisa cahaya temaram dari lampu kecil di atas nakas yang sengaja dinyalakan. Sayup-sayup helaan napas yang terdengar menenangkan membuat ia mendongak. Memandangi sisi wajah Jimin yang terbaring pulas dari beberapa jam lalu, Yoongi merengut sedih. Sempat merasakan haus dan menenggak air dari gelas yang memang disediakan di atas meja samping ranjang menjadikan dirinya malah terjaga dan kesulitan kembali tidur.

"Jimin, bangun," bisik Yoongi yang merapatkan tubuh keduanya. Karena jabang bayi dalam perutnya semakin membesar, ia terbaring dalam posisi miring dan sudah tidak bisa lagi terlentang. "Ayo, bangun. Jimin, Jimin."

Sepuluh menit berlalu masih tidak ada perubahan. Yoongi mengembuskan napas lesu, memilih menunggu kantuk sendirian saja. Sebetulnya ia kasihan juga membangunkan suaminya yang tengah terlelap pulas.

Salah satu tangannya diletakkan di perut Jimin yang terbuka. Pemuda itu memang tidur tanpa mengenakan atasan, menyisakan celana pendek yang kelewat longgar. Yoongi mengusap hati-hati sambil bergumam, "Sayang Jimin. Sayang Jimin. Jimin sayang aku. Kita sama-sama sayang."

Hal itu dilakukannya beberapa detik saja sebelum jari kelingkingnya menyentuh pinggiran karet celana. Ia terdiam sejenak dengan pandangan sedikit merunduk. Lantas bergerak lebih jauh sekadar membuat pola acak pada kain piyama milik Jimin. Seakan tidak puas di sana, Yoongi menyelipkan kelima jarinya masuk ke dalam—menjelajah lebih jauh.

Merasakan bulu-bulu halus menyapa telapak tangannya, ia langsung mengulum senyum. Entah bagaimana sentakan dari alam sadar secara tiba-tiba membuatnya mengangkat kepala. Terkejut sendiri mendapati tangan kirinya tengah menyodok bagian privasi milik Jimin.

Apa-apaan?

Alih-alih menghentikan, Yoongi kembali melanjutkan. Cengiran jahil terbit di bibir, melupakan betapa menggelikan tingkahnya.

Tidak apa-apa. Jimin tidak akan marah.

Maka, tatkala benda layu yang sedang tertidur di sana berhasil disentuh serta-merta menciptakan gelenyar ngilu tepat di titik vital. Reaksi normal akan rangsangan. Yoongi menggenggamnya. Tidak seluruhnya muat dalam lingkaran jari—jelas, untuk ukuran boleh dibanggakan. Tanpa gerakan berlebih ia hanya memegangnya saja dan sesekali diangkat lalu digoyangkan perlahan.

Kendati menyenangkan saat memainkannya, Yoongi lantas kesulitan menelan ludah. Kedua kakinya ikut bergerak tak nyaman. Pada sepersekon yang singkat ia mendongak guna siaga akan situasi, tetapi sepasang netra yang telak menatapnya mampu membuatnya bergidik ngeri.

"Oh, Jimin—"

"Yoon—"

Berakhir benar-benar diremas kuat. Jimin nyaris menyembur pekikan. Linu yang menyelubunyi miliknya menguapkan rasa kantuk.

"Kau mengagetkanku," celetuk Yoongi dengan raut muka tercengang. "Kenapa bangun, sih?"

"Kau yang mengagetkanku," balas Jimin serak. Melihat tangan jahil keluar dari celananya, ia menarik kepala tersangka dan menjepitnya di ketiak. "Aku harus bangun lebih pagi. Kalau sedang ingin, nanti ya? Besok kuusahakan pulang kantor lebih cepat."

Yoongi memilih diam. Hidungnya merangsek, mengendusi leher Jimin sambil memeluk dari samping.

"Tidur, Yoon."

"Tidak bisa, Jimin."

"Tapi aku bisa."

Puting yang berada di jangkauan mata Yoongi cubit tipis dan empunya terlonjak hingga menjauhkan diri.

My (lil) Family [MINYOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang