29. Siaga 1.

1.9K 249 13
                                    

"Aku takut kalau di sana makanku banyak."

"Apa masalahnya? Lagi pula siapa yang akan melarang?"

"Benar juga."

"Tapi kalau ada yang melarang, akan kumarahi orangnya."

"Jangan ... "

"Kenapa?"

"Lempar saja wajahnya dengan pai."

Percakapan yang akhiri gelak. Tawa geli mengiringi deru mobil selama membelah jalan. Dinginnya malam terasa menghangat bagi dua entitas yang memadu kasih dalam dunia mereka sendiri selagi menunggu sampai di tempat tujuan. Sang supir membawa kedua berhenti persis di depan lobi hotel dan berpesan untuk berhati-hati saat turun.

Jimin melangkah lebih dulu kemudian menyodorkan tangan kanan yang langsung diraih Yoongi untuk membantunya menuruni mobil. Mereka disambut belasan pasang mata dari para media yang berkumpul di pelataran. Tatapan mengorek informasi menjadikan Yoongi berdeham kikuk, genggaman pada Jimin mengerat.

"Aku masih tampan, 'kan?"

Menurut Jimin, bisikan barusan terdengar seperti penyataan. Retorik sekali. Ia tetap menoleh, memandang Yoongi penuh kagum dan membubuhkan kecupan ringan di pipi. "Iya, Sayang. Aku saja sampai kalah tampan."

Begitu rasa percaya dirinya membumbung tinggi, Yoongi tersenyum lebar sambil mengikuti langkah Jimin di sisinya.

Acara amal yang diadakan di salah satu hotel ternama berlangsung cukup meriah, ditambah penyanyi papan atas ikut meramaikan sebagai pengisi acara. Gemerlap lampu dan dekorasi yang terkesan mahal sangat memanjakan mata. Ragu mengiakan ajakan suaminya, Yoongi tetap menemukan dirinya berada di sana. Dalam hati berharap ia tidak mengganggu atau berbuat hal yang memalukan karena takut menjadi aib bagi Park Jimin.

Kendati demikian, deretan camilan manis dan asin di atas meja panjang terlihat lebih menggiurkan dibandingkan sapaan para tamu yang hanya sekadar basa-basi. Yoongi meneguk ludah kesekian kalinya padahal sebelumnya ia sudah menghabiskan sepiring nasi beserta lauk pauk di rumah.

Tidak apa-apa, Jimin melarangku menahan lapar.

"Ingin duduk di situ," ujarnya sambil menunjuk satu titik dan menggoyangkan lengan atas Jimin. Tampak semangat dengan mata berbinar, Yoongi bahkan tidak menunggu sahutan dan langsung menarik tangan Jimin agar mengikutinya.

Menyadari curi-curi pandang yang dilakukan Yoongi pada jajaran kue kering, Jimin menghela napas singkat. Ia membungkuk tatkala suaminya duduk di kursi. "Mau kubawakan yang mana?"

Paham arti pertanyaan yang diajukan, Yoongi berdengung sejenak. Tampak menimang-nimang seakan pilihannya sangat sulit. "2 macaroon dan 1 eclair kecil itu, Jimin. Di atasnya ada krim dan sepotong stroberi, lihat, 'kan?"

Oke, itu target utamanya. Jimin sigap mengambil beberapa kudapan dan membawanya ke hadapan Yoongi. Sesaat ia berpaling ke belakang, melihat seseorang tengah bercengkerama dengan yang lain membuatnya berbisik pelan di samping telinga Yoongi. "Kalau kutinggal sebentar, tidak apa-apa? Ada investor yang kukenal, aku harus menyapanya. Tidak akan la—"

"Iya-iya, tidak apa-apa," tukas Yoongi. Ia menepuk bahu Jimin dua kali. "Kalau sudah kembali lagi ke sini, ya?"

Dibalas senyuman dan meninggalkannya bersama kecupan di pipi kiri. Fokus Yoongi kini ada pada tiga potong kudapan manis yang dipandangi lama sebelum ia merogoh ponsel di saku. Menangkap dua sampai tiga foto dirinya bergaya dan setelahnya menyuap satu macaroon utuh yang langsung memenuhi rongga mulut. Lantas kepalanya bergoyang heboh ketika manis berhasil menjalar di lidah.

My (lil) Family [MINYOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang