1. Ramen.

6.9K 500 25
                                    

"Jimin, bangun."

Yoongi merengek. Mencubit pipi dan telinga suaminya berkali-kali. Tetap tidak bangun juga, Jimin hanya menepis tangan jahil yang berada di wajahnya lalu tertidur lagi. Untuk kali ini Yoongi mencari cara yang ekstrim. Menutup wajah Jimin dengan bantal sembari menahan tawa.

"Park Yoongi!"

Sontak Jimin mengerjap bangun, kelabakan sebab tidak bisa bernafas. Matanya mengedip memfokuskan pada cahaya yang masuk dan menemukan seorang pria dengan perut tengah membesar duduk tepat di pinggangnya. Cengiran gusi terlihat dari si pelaku.

"Bangun, Jimin."

Jimin menoleh ke samping meja nakas. Jam menunjukan pukul dua pagi. "Jangan sekarang. Hari ini aku harus berangkat pagi." Mengusap paha dalam Yoongi yang mana pria itu hanya mengenakan atasan piyama dan celana pendek. Aset mulus Jimin terlihat kemana-mana. "jika sedang ingin nanti hari Sabtu saja. Aku juga tidak sabar mengunjungi anakku."

Mendengar Jimin merocos tidak jelas-masih mengantuk-Yoongi mencubit bibirnya.

"Mau makan bukannya mau itu, Jimin."

Menghela nafas panjang sebelum memindahkan Yoongi ke samping. Mengecup perut berisi janin enam bulan sekilas sebelum turun dari kasur. Meski berat rasanya meninggalkan kasur hangat tapi lebih memilih menjadi suami siaga.

"Mau makan apa?"

Yoongi tampak senang. Bertepuk tangan riang lalu satu tangannya ditaruh di dagu seakan sedang berpikir. Jimin yang jengah sebab lamanya Yoongi menentukan makanan apa yang ingin dimakan kembali membuka suara.

"Jangan lama, sweet." Jimin ingin menaiki kasur lagi seraya bersiap-siap menurunkan celana trainingnya. "Makan aku saja, sini."

"Mesum!" Otomatis Yoongi melayangkan guling tepat ke wajah Jimin. "Mau ku kunyah tututmu, Jimin?"

Jimin meringis ngilu dan menjauhkan guling dari Yoongi. Takut ia dilempar lagi. "Lalu mau makan apa?"

"Ramen."

"Jangan terlalu sering makan mie instan."

"Mau ramen, Jimin."

"Oke."

Tidak mau berdebat. Jimin berpikir itu juga kemauan anaknya. Ia segera beranjak pergi menuju dapur meski rasa kantuk masih tertinggal beberapa persen.

"Jimin, kakiku sakit."

Suara dari dalam kamar membuat Jimin memutar arah. Mendapati Yoongi berdiri di depan pintu, terengah seperti menahan beban berat. Wajahnya dibuat lelah. Padahal ia baru berjalan delapan langkah dari kasur.

"Tunggu saja. Nanti ku bawa ke kamar."

"Tidak mau. Mau ikut." Yoongi memegang ujung piyama Jimin. Dan tentu saja Jimin tidak bisa menolak, ia dengan sigap menaruh kedua tangan di leher belakang dan lutut belakang Yoongi. Menggendong ke arah dapur lalu mendudukan di kursi meja makan. Yoongi menepuk-nepuk bahu suaminya seolah berterimakasih ditambah dengan cengiran di bibir.

Memperhatikan dalam diam, mata Yoongi menyorot pada punggung lebar Jimin saat pria itu sedang memasak mie. Tangannya terangkat membuat gestur seolah sedang meraba-raba. Ia pernah membuat cakaran di sana, tidak sadar saat Jimin menggempurnya habis-habisan.

"Selesai."

Jimin meletakan panci kecil berisi ramen matang yang ditambah telur juga potongan kimchi. Menyodorkannya pada Yoongi.

Rupanya ada hal yang lebih menarik hingga Yoongi teralihkan. Tangan kanannya menyelusup ke bawah meja lalu meremas keras pantat Jimin. Tentu saja suaminya mendelik terkejut dan segera mengusap bekas remasan Yoongi.

"Apa-apaan, Yoon?"

"Kau menyukainya?" Yoongi menggaruk pelipisnya. Kedua alis menukik. "kau suka meremas pantatku dan aku suka. Jika kulakukan hal itu padamu juga, apa kau suka?"

Jimin hampir menyemburkan tawa. Bagaimana bisa Yoongi mengajukan pertanyaan yang kelewat vulgar tapi dengan ekspresi polos. Dan juga pertanyaan macam apa itu?

"Iya, suka." Jimin mendudukan diri di sebelah Yoongi. Ia mencondongkan wajahnya kemudian setelah berbisik. "tapi aku lebih suka jika kau meremas yang lain." Diakhiri dengan kedipan menggoda.

"Sekarang makan saja." Menaruh sumpit di tangan kanan Yoongi.

Yoongi menatap mie panas dengan kepulan uap. Tidak tertarik. Padahal sebelumnya ia merengek meminta ramen. Menggeserkannya kembali ke hadapan Jimin.

"Kau saja yang makan."

Sudah bisa Jimin tebak. Ini ketiga kalinya Yoongi membangunkannya di tengah malam atau saat hari hampir pagi untuk dibuatkan sesuatu namun berakhir ia yang harus menghabiskannya.

Menundukan kepala mengarah ke depan perut Yoongi, Jimin bergumam. "Kau sengaja membangunkanku ya?" Lalu mengecupnya lama. "dasar anak nakal."

"Ya. Salahkan saja anakmu."

"Dia anakmu juga. Kita membuatnya bersama jika kau lupa."

Yoongi merotasikan bola matanya jengah. Menopang dagu menatap Jimin memasukan ramen banyak-banyak ke dalam mulut. Tanpa sadar Yoongi tersenyum. Ada maksud tertentu.

"Besok aku mau ikut ke kantor."

Kunyahan Jimin terhenti. Wajahnya terlihat bingung dengan dahi mengerut. "Untuk apa? Di rumah saja. Nanti ku hubungi Jungkook membawa anaknya ke sini untuk bermain bersamamu. Ah, iya, jangan berkelahi lagi kalian." Jimin mengingat kejadian dua minggu lalu dimana Yoongi hampir menangis sebab cokelat miliknya dimakan habis oleh seorang bocah tiga tahun. Perpaduan Jungkook dan Taehyung terlihat jelas di wajahnya yang menjulurkan lidah, meledek Yoongi. Tapi setelahnya dua orang tersebut akur kembali, terlelap sambil berpelukan di karpet ruang tamu.

"Anakmu yang meminta."

Jika sudah membawa-bawa buah hati mereka sebagai alasan Jimin tidak berucap kembali. Biarkan sajalah. Meski ia menebak pasti Yoongi akan bosan di sana terlebih jika dirinya fokus pada pekerjaan.

"Baiklah."

Yoongi menjentikan jarinya. "Oke." Bangun dari kursi, menunjuk panci isi ramen dan wastafel secara bergantian. "jangan lupa bersihkan bekas makanmu ya." Setelahnya ia pergi begitu saja. Berjalan santai sambil sesekali mengusap perut padahal setengah jam yang lalu merengek sakit hanya karena kakinya melangkah delapan kali.

Meninggalkan Jimin yang menggelengkan kepala sebab tingkah Yoongi. Semakin besar angka kandungannya semakin ada saja tingkah mengesalkan yang terkadang membuat Jimin ingin memasukan Yoongi ke kantungnya saja. Seperti didalam dongeng, dimana ia menjadi bawang putih yang harus sepenuh jiwa raga juga kesabaran tinggi saat melayani Yoongi si bawang merah versi bawang bombai yang tubuh di perutnya.

Tapi bagaimanapun Jimin menyayangi keluarga kecilnya.

[]

My (lil) Family [MINYOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang