Brakh!
"Awsh.." Lirih gadis kecil dengan tubuh yang sudah terduduk lemas di lantai, lantaran sang kakak mendorongnya hingga terjatuh.
"Apa apaan nilai lo, Christy! lo mau gue aduin Papa? Hah?!" Pekiknya emosi, gadis kecil tadi, atau Christy menggeleng pelan.
"Jangan, kak. Christy bakal belajar sebisa mungkin biar kakak sama Papa seneng, please jangan aduin Papa.." Christy tertegun sejenak, ia meratapi nasibnya yang selalu sial. Hanya di karenakan nilai ulangan hariannya yang kurang dari seratus, Christy akan di kasari oleh kakak kandungnya sendiri, ataupun di bandingkan dengan kakak keduanya, Zee. Jika Christy terus saja mendapatkan nilai yang kurang memuaskan, kakaknya yang pertama, atau Chika, akan mengadukan Christy kepada sang ayah.
Mereka bertiga adalah anak piatu, tinggal di rumah ayahnya. Sedangkan sang ayah berada di Australia mengurus pekerjaannya, jadi Christy hanya tinggal dengan kedua kakaknya, pembantu di rumah itu, dan sopir pribadi mereka. Bisa di bilang, Chika orang yang pilih kasih, ia lebih memilih Zee di bandingkan Christy, bahkan jika nilai milik Zee tidak memuaskan, Chika tidak akan mengasari gadis itu. Berbeda dengan Zee, ia kakak yang perhatian terhadap adiknya, namun ia tak pernah menunjukan rasa sayangnya.
"Lihat Zee, nilainya sempurna! Lah lo? dapet delapan puluh!" Bentaknya lagi. Christy menunduk, ia tak tahu harus apa sekarang.
"Kalo besok besok lo kayak gini lagi, jangan harap kamu bisa makan lagi." Setelah itu, Chika langsung melenggang pergi meninggalkan adiknya sendiri di ruang tamu.
Christy beranjak berdiri, ia bangun dan duduk di sofa. Gadis itu menghela nafasnya pelan. "Gue harus apa sekarang? Kayaknya, dunia emang gak berpihak sama gue." Ia tersenyum tipis, matanya menatap benda mati di depannya dengan tatapan kosong.
Tak lama, ada yang menepuk bahunya, sontak Christy menoleh, dan ternyata itu Zee.
"Lagi?"
"Ya. Untuk kesekian kalinya, lo juga telat lagi." Zee tersenyum rapuh mendengar ucapan adiknya. Bukannya Zee tak mau menolong Christy, ia hanya takut kepada Chika, bisa bisa mereka berdua akan di laporkan kepada ayah mereka, dan berujung di usir dari rumah.
"Maafin gue, tapi lo tau kan? Kalo gue nolongin lo, makin nambah masalahnya." Ucap Zee seraya mengusap pelan pucuk kepala adiknya, ia ikut duduk bersama Christy.
"Lo harus bisa sabar, siapa tau hati kak Chika bakal kebuka."
"Kapan? Bahkan nih ya, kayaknya dia makin benci sama gue. Beda kalo sama lo, kak Chika muja muja lo kayak Tuhan." Zee membuka matanya lebar saat mendengar ucapan Christy, ia menggeplak pelan mulut kecil milik adiknya itu.
"Lo kalo ngomong jangan sembarangan, deh. Gue yakin, dia ngelakuin itu bukan karena benci sama lo."
"Lebih tepatnya karena dia muak sama gue," Timpal Christy seraya berdiri, ia langsung pergi meninggalkan Zee sendirian di ruang tamu. Punggung kecil itu semakin menghilang dari pandangan Zee, ia pun mengikuti adiknya.
Dan sampailah Zee di kamar adiknya, kamar berwarnakan abu abu hitam di sertai dengan stiker stiker bintang dan bulan. Terlihat Christy yang sedang menenggelamkan wajahnya di atas bantal.
"Lo ngapain?"
Christy mendongakkan kepalanya, ia berbalik mengubah posisinya menjadi berbaring. "Menurut lo?"
"Gak tau,"
"Gila." Umpat Christy kesal, Zee tertawa dan menghampiri adiknya, ia ikut berbaring bersamanya.
"Ih, ngapain sih? Pergi sono.." Usir Christy berusaha menghalingkan kakaknya, namun usahanya sia sia, badan Zee terlalu berat.
"Diem napa, elah. Gue mau tidur,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Angel | END
Teen FictionKarya ditulis di tahun 2022, harap maklumi penulisan yang kurang memenuhi kriterianya.