12. Dilarang bengong!

2.8K 315 13
                                    




"Rasa sayangku melebihi rasa bencimu kepadaku, ingat itu."









Happy Reading.













"Zoy... gue kangen banget sama lo," Christy mengusap perlahan fotonya bersama kakak keduanya, Zee. Gadis itu tak kunjung pulang ke rumah, mungkin ia ikut bersama Gracio entah kemana. Setelah masalah kemarin, Zee tak menghubungi Christy, maupun Chika. Walaupun Christy sudah tau bahwa Zee sudah sangat membenci dirinya, namun ia tetap menyayangi Zee sepenuh hati. Zee adalah penopang semangatnya, Zee adalah pembela yang baik, penasihat yang baik baginya. Namun berputarnya waktu, satu persatu orang yang ia sayang pun pergi, termasuk Zee.

Tes.

Darah.

Ya, darah itu menetes dari hidungnya. Beberapa minggu kebelakang ia juga pernah mengalami hal ini, dan sekarang terjadi lagi. Christy langsung menapakkan kakinya ke atas lantai, membawa Tissue yang berada di atas sofa. Ia menghapus darah itu menggunakan tissue. Dirasa sudah selesai, ia kembali menidurkan dirinya di atas kasur, namun matanya belum terpejam. Ia melirik ke arah jam, menunjukkan pukul lima pagi. Biasanya Chika sudah teriak teriak di depan kamarnya, namun sampai sekarang ia tak mendengar suara gadis itu. Apakah ia masih tidur?

"Christy!" Ah.. baru saja di fikirkan, sudah muncul suaranya. Christy mencoba mengerjai kakaknya, ia berpura-pura tertidur kembali.

Ceklek.

Pintu itu terbuka, menampakkan seorang gadis pemilik mata coklat yang indah. Gadis itu menghembuskan nafasnya, menghampiri sang adik yang masih tertidur lelap itu.

"Christy, heh! Bangun..!" Ia menggoyang goyangkan tubuh sang adik, namun gadis itu sama sekali tak terusik. Chika mulai bingung, tangannya menyentuh kening Christy, mengecek suhu badannya. Takut takut gadis itu masih sakit.

"Baaa kekok!" Christy membukakan matanya sambil tertawa kecil. Sang kakak yang tadinya bingung pun mendelik sinis, bisa bisanya pagi pagi begini sudah jahil. "Nerbener ya kamu.. mandi sana!" Titahnya. Christy menggeleng, ia menjulurkan lidahnya pertanda meledek.

"Lidah kamu mau kakak tarik, hah?"

"Atau mau kakak cium pake sendal?" Chika hendak mencopot sendalnya, mengancang ancang akan mengadukannya dengan wajah Christy. Karena takut, ia ngacir berlari terbirit-birit menuju kamar mandi, tak lupa dengan tawanya. Chika menggeleng gelengkan kepalanya melihat kelakuan Christy yang semakin ngadi ngadi, namun di sisi lain ia juga senang bisa melihat Christy kembali tertawa seperti dulu.

Chika membalikkan badannya, hendak pergi keluar dari kamar adiknya. Namun tak sengaja pandangannya menangkap satu buah tissue, dan di tissue itu terdapat... darah? Chika memungut benda pipih itu, meneliti apakah itu darah sungguhan, atau bukan?

Tetapi ini memang sungguhan darah. Tapi milik siapa? Apakah milik Christy? Tetapi jika begitu, mengapa Christy tak memberi tahu dirinya? Mengapa ia simpan sendiri? Fikiran Chika penuh akan tanda tanya, tangannya membuang Tissue itu di tempat sampah yang berada di kamar adiknya. Chika berusaha tenang, ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar.

"Kok dia gak bilang apa apa ke gue?"


0o0

Little Angel | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang