Plak!
"SAMA AJA GAK ADA GUNANYA!"
"Pa...?" Chika memegang pipinya yang terasa nyeri dan panas akibat sang ayah tiba tiba menamparnya tanpa sebab. Wajah ayahnya terlihat sangat di penuhi oleh kemarahan, tetapi Chika tak tahu apa penyebabnya.
"Kamu memang sama saja seperti adikmu, tidak bisa di percaya. Saya sudah seratus persen percaya bahwa kamu dapat di banggakan dan lebih unggul daripada kedua adikmu. Ternyata salah, kamu sama saja seperti sampah!" Sentaknya seraya mendorong bahu Chika dengan kasar, Chika menatap ayahnya bingung. Sebenarnya salah dia apa? Perasaan akhir akhir ini dirinya hanya diam dan melakukan hal yang ia mampu.
"Papa hanya ingin kamu lebih pintar dan lebih cerdas lagi, apa itu susah bagimu? Bahkan nilai Christy saja lebih besar daripada kamu, Chika."
"Kau terlalu menuntutnya, sedangkan kau sendiri lebih bodoh daripada dia!" Ayahnya, atau Gracio itu terus saja nyerocos memaki anaknya. Chika hanya diam dan tak melakukan perlawanan, perasaannya sedang campur aduk.
"Penyesalan yang Papa buat adalah memiliki anak yang tak berguna seperti kalian! Dan salah satu anak Papa adalah pembunuh, memalukan!"
"PAPA BISA DIAM?!" Timpal Chika dengan suara yang mengeras hingga menggema ke seluruh ruangan. Ia mengepal kedua tangannya dengan kuat, menatap sang ayah dengan tajam.
"Pergi, PERGI DARI KAMAR CHIKA SEKARANG!"
"DASAR KURANG AJAR!" Gracio mengancang ancang akan memukul Chika dengan tangan besarnya, sontak ia langsung memejamkan matanya.
Tap... tap.. tap...
Grep!
Saat tersadar tidak ada pukulan yang melayang ke wajahnya, Chika langsung membuka wajahnya. Matanya terbuka lebar saat melihat Christy sedang menahan tangan sang ayah yang akan memukul Chika, Chika mengerjapkan kedua matanya berkali kali, ia bingung, kapan adiknya datang? Kok gercep..
"Jangan main tangan sama anak sendiri." Ujar Christy dengan wajah datar. Gracio menepis tangan mungil itu, pria itu mengangkat dagu Christy.
"Psikopat cilik yang tak berguna, enyah lah dari muka bumi ini." Crhisty mendapati perkataan yang aneh lagi dari sang ayah, gadis itu melepas tangan ayahnya dengan kasar dari dagunya.
"Kalo aku Psikopat, aku udah bunuh Papa dari dulu. Keren, kan? Ngebunuh iblis yang bisa di lihat sama indra penglihatan." Christy tersenyum miring. Gracio, rahang pria itu mengeras.
"Nuntut anak buat pinter tanpa adanya tanggung jawab sebagai orang tua. Papa udah gila, ya? Dikiranya kita sesempurna itu?"
"Oh ya, Pa. Kalo Papa gak mau punya anak kayak kita, Papa gak usah nikah, gak usah buat anak, mending ngemis di kolong jembatan, lumayan kan?" Lagi lagi ucapan Christy membuat Gracio murka, pria itu menendang dads Christy hingga terdorong jauh kebelakang, untungnya ada Chika disana, Chika menangkap Crhisty dengan dekapannya.
"Akh.."
"GUE SEBENERNYA ANAK LO APA BUKAN, SIH?!" Pekik Christy emosi, ia memegangi dadanya yang terasa sesak akibat tendangan keras dari ayahnya. Chika menatap sang adik yang tengah sesak, ia sedikit khawatir, namun ia buang jauh jauh rasa khawatirnya.
"KALO EMANG MAU GUE MATI, BUNUH AJA! GAK USAH BASA BASI PAKE ACARA NYIKSA SEGALA!"
"Karena ini.. Akh..."
"Sakit, lo tau?" Christy melepaskan dirinya dari dekapan Chika, ia menghampiri ayahnya lagi dengan langkah pelan.
"Apa yang akan kamu lakukan, Christy?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Angel | END
Novela JuvenilKarya ditulis di tahun 2022, harap maklumi penulisan yang kurang memenuhi kriterianya.