"Terkadang, manusia akan menjadi makhluk paling kejam di bandingkan iblis."
Derasnya hujan mengguyur kota. Malam ini Christy sedang terbaring lemah di atas kasur, ia sempat pingsan tadi, untungnya ada Zee disana, dan membantunya. Setelah kejadian di marahi oleh sang ayah, Christy masih tak mau keluar dari kamar, ia takut kejadian tadi akan terulang kembali. Terlebih lagi sekarang ia sedang lemah lesu, pasti sang ayah akan memakinya karena bertindak lebay.
Ceklek.
Pintu kamar gadis itu terbuka, menampakkan Zee sedang berjalan menghampiri dirinya. Christy tersenyum tipis, ia menunggu sang kakak menghampirinya.
"Minum obat dulu, terus tidur." Ujar Zee menyuruh, ia memberikan obat tersebut kepada adiknya. Christy hanya mengangguk kecil, ia meminum obat itu, dan setelah meminumnya, Christy kembali berbaring.
"Maaf. Gue selalu gagal ngelindungin lo," Zee tertunduk, tangannya mengepal keras.
"Gak apa apa, Zoy. Lagian juga, kalo lo dateng ngelindungin gue, semuanya bakal jadi lebih parah.." Jawabnya seraya tersenyum manis, guna menenangkan kakaknya yang sedang berperasaan tak karuan.
"Lo tetep bertahan, ya?" Christy mengangguk ragu. "Gue bakal bertahan. Tapi, gue gak janji.." Zee menghembuskan nafasnya pasrah ketika mendengar jawaban sang adik, memang, jika di fikir fikir nasib adiknya begitu suram di banding dirinya dan sang anak pertama. Christy selalu di siksa, di maki, di hina, di kucilkan hanya karena masalah sepele. Terkadang ia kasihan, namun disisi lain ia bingung, dirinya harus berbuat apa? Rasa sayangnya sangat kecil di banding rasa benci ayahnya dan Chika kepada Christy.
"Masih sakit kepala lo?"
"Nggak, udah mendingan." Zee hanya ber oh ria.
"Papa kemana?" Tanya Christy. Zee mengkerutkan dahinya, sempat sempatnya ia masih menanyakan pria yang telah menyakitinya itu?
"Kenapa lo nanyain Papa? Dia udah jahat sama lo, malah jahat banget." Zee di penuhi akan kebingungan, namun adiknya marah tertawa kecil.
"Gitu gitu juga, Papa gue sendiri. Gue masih punya perasaan, gue masih sayang sama dia. Ya, walaupun dia benci sama gue, seenggaknya gue gak benci sama dia." Balas Christy dengan senyuman tulusnya. Zee membalas senyuman adiknya itu, Christy memang tipe yang tak suka menyimpan dendam, namun jika ada rasa marah ataupun emosi itu wajar, tapi ia tak akan pernah membenci sang ayah, karena sejahat apapun, sehina apapun sang ayah, Christy tidak akan membenci maupun dendam terhadapnya. Karena itu perbuatan yang tidak baik.
"Okay. Tapi lo sayang dia?"
"Siapa?"
"Ah, i mean.. Kak Chika." Zee sedikit ragu ketika menyebutkan nama si anak pertama itu. Wajah Christy terlihat kebingungan, perasaan aneh muncul di hatinya. Ia tak tahu, apakah dirinya menyayangi Chika, atau sebaliknya?
"Haha, gue udah tau jawab-- humph.."
Christy menutup mulut kakaknya dengan jari telunjuknya.
"Gue sayang sama dia."
"What.. lo, serius?"
"Setelah apa yang dia lakuin ke lo, setelah beribu ribu kak Chika ngelakuin hal yang gak wajar ke lo, lo tetep sayang sama dia?" Tak habis fikir dengan adiknya ini, apakah yang dikatakannya itu benar? Yang benar saja.
"Gue tau. Tapi, dia salah satu orang yang pernah sayang banget sama gue setelah Papa dan Mama. You know what, Zoy? Gue orang yang gak suka nyimpen dendam atau rasa benci, terlebih lagi sama keluarga gue sendiri." Setelah mengatakan itu, Christy membalikkan badannya membelakangi Zee dan memejamkan matanya. Zee masih terdiam memandangi punggung adiknya itu, ia tersenyum tipis, sangat tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Angel | END
Teen FictionKarya ditulis di tahun 2022, harap maklumi penulisan yang kurang memenuhi kriterianya.