16. Pendapat yang sama

2.6K 300 5
                                    

Happy Reading.






















Sejauh ini, kondisi Chika mulai membaik. Namun ia masih tak di perbolehkan sekolah oleh adiknya, sebab ia tahu bahwa Chika belum sembuh total. Pagi ini Christy sedang berkumpul bersama teman temannya di kantin, seperti biasanya, memakan makanan yang mereka pesan sebelumnya. Sambil melontarkan beberapa topik pembicaraan yang sedang hangat di perbincangkan.

"Yang abis jadian, mana pj nya?" Ucap Olla menyindir, gadis itu melirik Christy. Yang di lirik pun menatapnya tajam.

"Berisik, La! Jangan keras keras!" Tegur Christy kesal. Olla pun menutup mulutnya, lalu ia nyengir tanpa merasa bersalah sekalipun.

"Ngel. Gimana kondisi kakak lo?" Jessi bertanya seraya mengambil satu bakwan di sana. Christy pun tersenyum tipis, "Sejauh ini baik. Makasih, ya, Jess. Udah nganterin," Jawabnya. Yang lain pun celingak celinguk karena tidak mengetahui apa yang terjadi. Freya mendorong pelan bahu Jessi.

"Kalian, mah, mainnya rahasia rahasia an!" Ucap Freya yang di setujui oleh pihak lainnya.

"Bener, tuh. Emang ada apaan, sih? Biasanya kalo ada info langsung ngasih tahu di grup," Usul Muthe. Christy dan Jessi tertawa sejenak, lalu mereka berhenti dan berniat menceritakan semuanya. Yang menceritakan semuanya adalah Jessi, di karenakan Christy terlalu malas jika menceritakan kejadian kemarin. Yang mendengar hanya manggut manggut mengerti, mereka setia mendengarkan sang pencerita.

"Jadi, kak Chika ceritanya suka sama kak Ardhan? Apa gimana?" Sahut Olla yang masih merasa bingung.

"Katanya, sih, kagak. Gue juga gak tahu, tapi dari gerak gerik nya udah pasti banget kalo dia suka sama kak Ardhan. Makannya dia ngelarang gue pacaran sama kak Ardhan," Setelah menjawab ucapan Olla Christy meminum susu putih bercampurkan es untuk menghilangkan rasa hausnya.

"Aku rasa nggak gitu, deh, Chris. Dia cuman takut kamu di perlakukan gak wajar lagi sama ayah kamu, terus takut kamu sakit hati karena cinta juga." Timpal Freya berpendapat lain. Christy menautkan alisnya terbingung, mengapa jawabannya selalu saja sama dengan yang lainnya? Tidak ada bedanya. Lebih baik Christy tak usah bercerita saja tadi.

"Jawaban lo kenapa sama aja, sih? Jessi bilang gitu kemarin, sekarang lo. Ada apaan, dah?" Christy mendengus kesal. Freya dan Jessi melirik satu sama lain dan tersenyum, mereka ber tos karena pendapat mereka sama.

"Tapi emang bener, Chris. Gue sependapat sama Freya Jessi." Celetuk Olla menyetujui. Christy mengusap wajahnya kasar, sepertinya tidak ada yang memihaknya saat ini, teman temannya lebih memihak kepada kakaknya. Jika kalian akan memihak kepada siapa?

"Udahlah. Bahas yang lain aja, gue males kalo bahas ginian."

"Yah, lo mah pundungan, Chris. Yaudah kita bahas apaan?" Ujar Muthe menanyakan topik yang lainnya kepada mereka semua. Mereka terlihat berfikir sejenak, kira kira apa yang akan mereka bahas kali ini?

"AH IYA!" Olla berseru keras. Sontak penduduk kantin langsung menoleh ke arah suara, Olla langsung terdiam memaku, ia merasa sangat malu untuk seumur hidupnya. Yang lainnya tertawa melihat kelakuan Olla yang suka reflek berteriak tak jelas itu, setiap ada berita yang baru yang ia ketahui dan ia ingat, pasti ia akan berteriak.

"Fiks, sih. Malu banget itu," Sindir Jessi berbisik kepada Muthe. Olla hanya menatap mereka sinis, namun sesudah itu ia tertawa kembali.

"Kamu mau bilang apa, La?" Tanya Freya setelah beberapa saat. Olla pun duduk tegap, menyiapkan dirinya.

"Tadi gue lihat guru baru ngajar di kelas sebelah. Beuhh, cantik banget sumpil, dah. Terus dia kayak kelihatan lebih muda gitu, pas di depan kantor dia di godain sama abang abang kelas dua belas." Olla mulai berbisik tanda menggosip. Yang lain pun mengangguk faham, mereka gercep jika soal seperti ini. Namun jika soal pelajaran, mereka lamban. Mungkin terkecuali Christy dan Muthe, si murid pintar itu.

Little Angel | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang