Sudah tak terhitung berapa hari, jam, menit, detik yang telah gadis itu lalui dengan butiran bening yang seakan tak pernah habis dari kedua sudut matanya.
Ini sudah setahun, bahkan lebih jika menengok kalender yang tergantung di dinding, sudah tergantikan yang baru. Ya. Setahun belakangan, gadis itu hanya bisa menangis dan tak banyak bicara. Ibu dan Ayahnya bahkan sudah menyerah untuk menghadapi putrinya yang seolah tak memiliki semangat hidup.
"Jena.. Besok abangmu akan pulang dari Korea. Ayah dan Ibu akan menjemputnya di Bandara. Kamu ikut ya, sayang.. Abangmu pasti sangat merindukan adik kesayangannya." Ucap seorang wanita paruh baya sambil mengelus rambut panjang anak gadisnya yang tengah berdiri di balkon kamarnya.
"Bu, Jena di rumah aja ya. Jena belum siap ketemu Bang Suga. Takut abang bakal marah dan kecewa. Hiksss." Jena kembali berurai air mata.
Ibunya yang sedari tadi di sampingnya membawa putrinya dalam dekapannya, memeluk erat dan berusaha menguatkan hati kecil sang putri yang rapuh dan terkikis hancur selama setahun terakhir
"Jena sayang, putri cantiknya Ibu. Tidak ada yang kecewa dan marah padamu, nak. Semua sayang Jena. Ayah, Ibu dan abang selalu ada untuk mendukungmu, sayang. Kamu harus bangkit dan lupakan masa lalu. Masih ada masa depan yang harus kamu raih, sayang. Jena besok ikut ya, kita udah lama banget lho gak kumpul keluarga."
Jena pun kembali menangis dan memeluk ibunya erat, sangat erat. Entah sudah berapa kali dirinya mencoba kuat dan meyakinkan dirinya bahwa semuanya baik-baik saja. Namun nyatanya Jena sekarang bukanlah Jena yang dulu yang selalu optimis, ceria dan tak kenal lelah mewujudkan impiannya untuk menjadi dancer profesional.
***
Tepat satu tahun yang lalu, saat dalam perjalanan menuju salah satu stasiun TV, Jena mengalami kecelakaan. Sebuah mobil melaju kencang dan menabrak tubuhnya yang membuat bahu dan kakinya cedera parah dan harus dirawat selama 3 bulan lamanya. Dokter pun berulang kali melarang Jena untuk menari selama 6-10 bulan agar kondisi tubuhnya dapat benar-benar pulih.
Jena yang masih berusia 21 tahun kala itu tengah bahagia karena terpilih menjadi main dancer di studio dance terbaik di Indonesia. Sejak kecil Jena suka menari, tapi dia lebih menyukai tarian modern ala K-Pop gitu. Sejak SMA, dirinya selalu memenangkan kompetisi dance baik solo maupun group. Sampai akhirnya ia mendapat beasiswa kuliah di Akademi Dance Indonesia dan lulus cumlaude.
"Bu, gimana Jena harus minta maaf ke abang karna udah gagal mengikuti langkahnya ke Korea. Kita janjian bakal ngeraih impian kita ke Korea. Bang Suga udah berhasil menjadi komposer musik, sedangkan Jena sekarang hanya bisa memimpikan menjadi dancer yang hebat, semuanya hanya mimpi Bu. Bukan Bu. Itu salah karena semua mimpi Jena udah hilang bu, tak bersisa. Jena benar-benar udah gagal bu. Hiksss.." Jena kembali menangis kencang.
"Ibu, maafin Jena.. Jena hanya jadi beban bu..."
Begitulah ucapan yang selalu Jena lontarkan setiap saat yang sebenarnya menyesakkan hati ibunya. Entah bagaimana lagi ia harus memberi kekuatan untuk putrinya ini.
***
Di Bandara, seorang lelaki tampan dan berkulit pucat tengah bosan menunggu keluarganya yang berjanji akan menjemputnya dari satu jam yang lalu.
Dia sangat tidak nyaman dengan gadis-gadis yang memandanginya tak terkecuali para ibu-ibu yang turut bergosip tentangnya."Abang...." Ucap Jena pelan tapi tetap saja terdengar oleh telinga laki-laki yang berdiri 5 meter di depannya.
"Jena...., Ayah, Ibu." Balasnya langsung berlari pelan menghampiri gadis yang memanggil namanya
"Jena, abang kangen banget sama lo. Abang minta maaf gak bisa nemenin lo saat itu. Abang sayang banget sama Jena, sayang banget."
Mereka berpelukan erat dan Jena merasa hangat dan nyaman.
"Bang Suga.... Jena juga kangen sama abang.. Maafin Jena.. Jena...hiksss Jen udah ngecewain abang..."
"Ssstt, lo gak ada salah. Inget, Jena selalu jadi adek kesayangan abang dan apapun yang terjadi abang gak akan bisa marah sama Jena. Percaya kan sama abang?"
Jena hanya mengangguk dan menenggelamkan kepalanya di dada bidang sang kakak. Hatinya merasa tidak sesak lagi. Tidak lagi kosong dan gelap. Kehadiran Suga setidaknya bisa membangunkan Jena dari keterpurukan dan kesedihannya selama ini.
***
Apakah Suga mampu membuat adiknya memiliki keberanian untuk bermimpi lagi??
Kita lihat di chapter" selanjutnya. Wkwkkw
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Bad Student
FanfictionJena adalah mantan dancer. Dia harus menghentikan impiannya untuk menjadi profesional dancer akibat kecelakaan mobil yang membuat cedera pada bahu dan kakinya. Kini dia mengajar di SMA Hybe bidang music and dance. Sayangnya Jena harus memiliki stok...