Dua hari telah terlewati dan selama itu, Jena tak bertemu Jungkook. Gadis itu sempat menanyakan kabar pada Mingyu saat di kelas musik. Mingyu mengatakan jika Jungkook sedang di apartemennya. Sahabatnya itu masih enggan bersekolah. Lagipula tangannya masih sakit, jadi Namjoon memintanya beristirahat dulu.
Jena berada sendirian di ruang kelas musik. Sejak 5 menit yang lalu kelasnya selesai. Hari itu dia mengajarkan bagaimana menulis lirik yang indah dan bermakna. Hal itu mengingatkannya pada abangnya, Suga.
"Masih ada 1 jam sebelum kelas tari, kenapa miss Jena masih di sini?" Tanya seseorang membuyarkan lamunannya.
"Ah, kau mengejutkanku, Bang."
"Sorry, sorry. Kekekeke."
"Bang Jin, baru selesai ngajar?" Jena berdiri dan mengambil tasnya lalu berjalan pelan menuju Seokjin yang berdiri di tengah pintu masuk.
"Yoii, ini abang baru mau nyari J-Hope. Dia kalo udah ngajar sastra apalagi puisi cinta gak akan kelar-kelar. Sampai sore pun, betah banget ngajar."
"Wuih, bang Hobi keren sekali." Kagum Jena yang dari tadi setia mendengarkan ocehan Seokjin dan mereka berjalan beriringan menuju kantor, bukan kantor guru melainkan kantor Namjoon.
***
Namjoon sudah merapikan lembaran-lembaran kertas yang telah ia tanda tangani. Kini mejanya bersih dan rapi. Namjoon akan kena omelan J-Hope dan Seokjin jika meja kerjanya berantakan bahkan kantornya selalu dicek kebersihan dan kerapiannya oleh dua sahabatnya itu.
"Holaa Namjoon sayang...!!" Teriak Seokjin merentangkan kedua tangannya mengharap Namjoon menerima pelukannya.
"Bang, Lo gak usah mulai deh. Lebay! Ck!" Ucap Namjoon tak menatap Seokjin dan masih mengatur berkas" terakhirnya.
"Helloo everyone.. J-Hope gantengs datang nih.." Seru J-Hope memasuki ruangan itu sambil mengibaskan rambutnya ke belakang. Sesekali ia membenarkan kaca matanya
"Bang Namjooon!!! Gue kangen, huuuhuuuu!" Kini suara berasal dari Taehyung yang berlari dan menghampiri Namjoon, memeluk lengan kekarnya dan menyenderkan kepalanya.
"Ckk, bisa gila gue lama-lama kalo seruangan sama kalian. Emang bener cuma gue sama bang Suga yang bisa normal di sini, ya gak bang Joon?" Sahut Jimin menaikkan kedua alisnya pada Namjoon.
"Menurut Lo gue gak normal, Jim?" Timpal Namjoon dan dibalas kekehan Jimin.
Tanpa mereka sadari seorang gadis masih berdiri di sudut ruangan dan melihat sikap random kelima lelaki itu. Gadis itu cukup terkejut, khususnya saat Jimin menyebutkan nama abangnya.
"Bang Suga? Apa mereka saling mengenal?" Tanya Jena dalam hati. Gadis itu melamun, sampai suara Taehyung yang berteriak histeris membangunkannya.
"Miss Jena?!!" Taehyung kaget melihat sosok perempuan yang beberapa hari terakhir membuat jantungnya tak karuan berdetak. Kini ia melepas pelukannya pada lengan Namjoon.
"Woi, Tae. Lo jangan teriak-teriak!" Pekik Namjoon menyentil jidat Taehyung.
"Miss Jena, ngapain di sini?" Jimin ikut bertanya dan memandang heran pada guru musik itu.
Jena yang merasa menjadi pusat perhatian kini canggung dan bingung harus menjawab apa. Seokjin yang menyadari bahwa gadis kecil itu merasa tidak nyaman lalu menghampirinya dan mengajaknya duduk di sofa. Semuanya kini duduk dalam meja yang sama.
"Gue sengaja ngajakin Lo - Lo pada ke sini dan maaf buat Miss Jena harus ikut juga.." Ucap Namjoon mengabsen keempat kawannnya lalu tersenyum saat giliran matanya menatap Jena.
"Gue mau bahas Jungkook. Kita harus ngomongin masalah bocah nakal itu. Miss Jena gue ajak ke sini karena ada sangkut-pautnya sama Jungkook." Tekan Namjoon lalu diam sebentar dan menarik nafas sebentar
Selama hampir 30 menit, Jena benar-benar dilanda kebimbangan dan tekanan saat mendengarkan semua hal tentang Jungkook, entah dari Namjoon, Seokjin, J-Hope, Taehyun dan Jimin.
Jena berusaha kuat dan mempercayai setiap ucapan yang ia dengar. Tapi hatinya melawannya. Air matanya menetes pelan, membasahi pipi. Meski tak terdengar isakan, tapi kelima lelaki yang berada di ruangan itu tahu bahwa Jena sedang tidak baik-baik saja mendengar fakta yang menyakitkan untuknya.
***
Guru tari itu masih mengajar meski kelas telah usai. Jena masih sabar dan telaten mengajar beberapa gerakan tari untuk siswanya yang masih belum paham. Kini tersisa 3 siswa yang masih belum menyerah mempelajari koreagrafi tarian yang telah ia ajarkan.
"Miss Jena istirahat dulu. Kita liat dari tadi miss gak sekalipun berhenti mengajar." Ujar Hera, murid perempuan yang memandang khawatir pada gurunya. Gadis itu menyodorkan sebotol air mineral untuk sang guru.
"Iya miss, kita cukup sampai sini aja latihannya. Makasih miss Jena udah mau nambahin jam ngajar buat kita." Tambah Ken, siswa laki-laki yang mengambil handuk kecil dan memberikan langsung pada Jena.
"Baiklah. Kita akhiri sampai sini ya. Untuk Minji, tetap semangat ya!" Jena tersenyum. Setelah menerima minum dan handuk, ia memeluk satu per satu muridnya dan menepuk-nepuk pelan bahunya.
"Kalian murid yang luar biasa! Ingat! Usaha gak ada yang sia-sia. Rasanya bangga sekali aku jadi guru kalian." Jena mengacungkan kedua jempolnya di depan ketiga muridnya yang dibalas dengan senyuman lebar.
Kelas pun selesai, ketiga muridnya sudah keluar menyisakan guru yang masih enggan keluar.
Bahunya kembali terasa sakit, belum lagi lututnya yang mulai nyeri. Tapi sore itu bagi Jena, kedua bagian tubuhnya yang cedera itu tak sesakit hatinya saat mengetahui alasan Jungkook membencinya.
Ya, saat di ruangan tadi Jena akhirnya paham bahwa Jungkook membencinya bukan karena ia seorang guru baru. Muridnya itu membencinya karena yang menyebabkan kakak perempuannya meninggal adalah dirinya.
***
Satu tahun yang lalu, Jeon Nara kakak perempuan Jungkook sedang melaju kencang dengan mobilnya menuju Bandara karena ia harus mengejar kekasihnya yang tak lain adalah Suga, abang dari Jena.
Di tengah jalan itu, seorang gadis berjalan dengan penuh senyuman karena sedang dilanda bahagia. Ya, Jena. Gadis yang tak sabar sampai di panggung impiannya menjadi profesional dancer.
Sayangnya, Nara yang tak memperhatikan jalan dikejutkan dengan sosok perempuan di depannya, hanya berjarak 100 meter yang membuatnya tak bisa mengerem mendadak hingga memaksanya membanting stir ke samping.
Mobil Nara memang tidak menabrak tubuh gadis itu, tapi bagian tepi mobilnya tetap menabrak tubuh samping Jena. Gadis itu tertabrak dengan keras. Membuatnya terpental, menghantam aspal. Sedangkan Nara yang tak mampu menguasai mobilnya berakhir dengan tabrakan keras ke pembatas jalan.
Nara mendapat luka parah di kepalanya yang membuatnya kehilangan nyawa. Sedangkan Jena, ia harus merasakan sakit pada tubuhnya. Bahunya retak dan tempurung pada lututnya hampir hancur. Hal itu membuatnya tak bisa berjalan selama 3 bulan. Cedera pada keduanya mengakhiri impiannya dan melarangnya untuk menari.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Bad Student
FanfictionJena adalah mantan dancer. Dia harus menghentikan impiannya untuk menjadi profesional dancer akibat kecelakaan mobil yang membuat cedera pada bahu dan kakinya. Kini dia mengajar di SMA Hybe bidang music and dance. Sayangnya Jena harus memiliki stok...