Janji Jungkook & Air Mata Jena

37 6 1
                                    

Terdengar alunan melodi yang indah dari setiap tuts piano di ruangan itu. Jemari kecilnya tak lelah bergantian menyapa si hitam dan si putih yang berbaris rapi dan menyimpan nada-nada indah dan terangkai menjadi sebuah melodi.

 Jemari kecilnya tak lelah bergantian menyapa si hitam dan si putih yang berbaris rapi dan menyimpan nada-nada indah dan terangkai menjadi sebuah melodi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu sedang mencoba menyusun nada demi nada dari alat musik yang selama seminggu ini menjadi kawan baiknya. Setiap menemukan kombinasi nada yang pas, dirinya akan tersenyum manis dan mengulangi part yang sama. Berulang-ulang sampai membuatnya yakin untuk menuliskan melodinya.

"Ciye, ada yang mau ngalahin abang nih jadi komposer, hehe." Seru Suga saat melihat adiknya begitu serius memainkan piano miliknya yang berada di ruang keluarga.

"Eh, bang Suga.. Tumben udah balik? Biasanya abang juga gak pulang." Balas Jena, adik kesayangan Suga yang tak lagi memainkan piano dan memanyukan bibirnya tanda merajuk.

"Hmm, pasti kangen kan sama abang. Baru juga 3 harian ini kamu gak liat wajah tampan abang, udah rindu berat. Haha." Suga tertawa sambil berjalan ke arah Jena dan memeluknya masih dalam posisi gadis itu terduduk di kursi.

"Maafin abang. Proyek dari Namjoon lumayan barat. Abang kangen banget sama adek. Maafin abang gak bisa antar jemput adek di sekolah, abang juga gak tau kalo semalem adek di rumah sendirian."

Suga mengecup singkat kepala Jena dan mengelus rambut panjangnya. Terlihat betapa besar rasa sayangnya untuk adik perempuan satu-satunya itu.

"Abang.. Jena bukan anak TK lagi. Jangan pikir Jena gak bisa ngelakuin apapun tanpa abang. Jena juga kangen abang. Abang gak nginep di apartemen bang Namjoon?"

Suga melepas pelukannya dan meletakkan telapak tangannya di atas kepala Jena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suga melepas pelukannya dan meletakkan telapak tangannya di atas kepala Jena. Ia lalu berjongkok dan memandang wajah polos adiknya yang selalu menggemaskan baginya

"Abang bakalan balik ke sana. Ini cuma mau ambil catatan aja sama laptop abang. Ayah sama Ibu masih di rumah Eyang karena nungguin Eyang sakit."

Jena tak membalas ucapan abangnya. Ia tahu jika Suga sangat sibuk, Eyangnya juga butuh orang tuanya. Lagipula dirinya bukan anak kecil, usia 22 tahun seharusnya sudah mandiri.

Suga pun berpamitan dan meninggalkan Jena yang masih berdiri di depan pintu, menyenderkan kepalanya ke samping dan melipat tangannya di depan dada, berulang kali menarik nafas dan mengeluarkan dengan cepat, rasanya kesal karena ia harus sendirian di rumah.

My Beloved Bad Student Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang