CL - 37

13.8K 1.9K 253
                                    

Jeno duduk dengan tenang setelah kembali ke mobilnya, dia letakkan cappucinonya pada tempat yang tersedia di dalam mobilnya lalu membawa tubuhnya duduk bersandar.

Selama mobil melaju, dia hanya diam menatap keluar jendela. Menikmati indahnya pemandangan sungai Han sembari memikirkan pertemuannya dengan Jaemin.

Luka yang susah payah dia sembuhkan kembali berdarah setelah melihat wajah itu. Netra hitam Jaemin yang berbinar bak anak anjing tampak berkaca-kaca tadi. Dia tahu seberapa dalam kerinduan Jaemin padanya, mengingat perpisahan keduanya begitu tiba-tiba.

Tapi mengingat hubungan mereka juga membuatnya teringat betapa keras kepala dan kejamnya Jaemin pada janin tak berdosa hasil buah cinta mereka.

Jeno menepis pikirannya tentang Jaemin kala mengingat hari dimana dia paling hancur. Dia tak ingin mengingat apapun tentang pria itu, biarlah semuanya hanya akan menjadi kenangan.

“Jeno, Minggu depan kita akan melakukan pers untuk perilisan film mu dengan Seungmin” Ucap Shindong yang tampak sibuk di kursi belakang.

Jeno hanya menoleh sekilas lalu mendehem, dia ambil cup minumannya dan meneguknya. Mungkin bisa sedikit melupakan sakit hatinya dengan Jaemin.


‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙


Jaemin masuk ke dalam ruang rapat sendiri, dia sedikit terkejut melihat Haechan dengan Renjun disana. Dadanya tampak naik saat melihat dua rekannya juga menoleh kearahnya lalu dia putuskan menghampiri mereka.

“Hai...” Sapa Renjun dengan senyum.

“Hai, sedang apa?” Tanya Jaemin sekenanya.

“Tidak ada. Hanya berbincang sebentar sebelum melanjutkan jadwal. Bagaimana kondisimu?” tanya Renjun lagi yang di balas dengan kendikan bahu oleh Jaemin.

“Ya, begitu” Jawab Jaemin sekenanya.

“Tak apa, awalnya mungkin sulit bagimu. Tapi lama kelamaan kau akan terbiasa. Aku juga dulu seperti itu dengan Mark” Celetuk Haechan.

“Haechan, lalu kenapa kau tidak memakai kontrasepsi saja seperti Renjun. Itu lebih baik dari pada kau menggugurkannya” Oceh Jaemin membuat Haechan berdecak.

“Santai Jaemin, kau harus tahu bahwa banyak teman kita di luar sana melakukan itu juga. Aish, masih polos padahal kau sudah bukan rookie” Gerutu Haechan di akhir kalimatnya membuat Jaemin menggeleng tak percaya.

“Kau sudah bertemu Jeno?” Tanya Haechan kemudian.

Mendengar nama itu di sebut, entah kenapa membuat ekspresi wajah Jaemin berubah, aura wajahnya tampak turun yang mana menggambarkan kesedihan yang mendalam.

“Aku bertemu dengannya kemarin di cafe. Dia baik-baik saja”

“Kami juga sudah jarang bertemu dengannya. Dia selalu menolak setiap di ajak bertemu Guanlin” Sahut Renjun.

“Mark bilang, dia lebih sering menghabiskan waktu di apartemen. Sepertinya dia juga terpukul” Gumam Haechan membuat Jaemin kian merasa bersalah.

“Nana...”

Ditengah pembahasan yang menusuk hati itu, Yeri masuk dan langsung menghampiri Jaemin. Ketiganya menoleh saat Yeri mendekat.

“Kau di panggil Presidir” Ucap Yeri.

“Ah, baiklah... Haechan, Renjun, aku duluan” Pamit Jaemin seraya beranjak.

Keduanya hanya mengangguk dan melihat kepergian Jaemin dari ruangan itu.

Tak lama ia tiba di ruangan sang kakak, dia bawah tubuhnya untuk duduk di sofa tamu melihat wajah Hyungsik yang nampak serius. Kepalanya tertunduk lalu tangannya menyodorkan sebuah undangan.

Contract Lover [NOMIN]✓ READY PDF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang