Jeno hanya bisa menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa dengan mata terpejam. Sudah seminggu sejak ia terakhir kali bertemu Jaemin di rumah sakit dan memutuskan mengakhiri hubungan mereka, dia terus uring-uringan.
Segala perasaan berkecamuk dalam dirinya saat ini. Niat hati memberikan teguran pada pria itu agar mempertimbangkan keputusannya, tapi justru membuat frustasi sendiri.
Dia terlalu mencintai Jaemin, meskipun kalimat perpisahan itu keluar, dia tetap menyimpan kekhawatiran pada Jaemin.
Dia tak perduli bahwa sudah seminggu ini setelah menyelesaikan pekerjaannya, dia langsung pulang dan mencari alkohol sebagai teman untuk menghilangnya risaunya.
Dia mencoba egois dan keras kepala, mencoba tak perduli pada Jaemin, tapi yang ia rasakan justru kepalanya berdenyut nyeri karena memikirkan pria itu.
Sekarang Jaemin sedang apa? Bagaimana calon anaknya?
Lalu tentang bayangan yang muncul apabila Jaemin berubah pikiran. Bibirnya mengulum senyum kecut membayangkan akan sebahagia apa dia setelah menikah dengan Jaemin dan menjalani hidup dengan keluarga kecilnya.
Dan impian itu, berhasil meluluhkan keras kepala Jeno.
Dia raih ponselnya dan menghubungi sang manager, untuk meminta nomor Yeri.
Meski sedikit ragu, tapi akhirnya Jeno putuskan menghubungi Yeri lewat pesan singkat.
“Bagaimana Jaemin? Aku, Jeno”
Yeri menghela nafas berat membaca pesan Jeno. Dia ambil gambar Jaemin yang masih dalam pengaruh antestesi lalu mengirimnya pada Jeno.
“Dia belum sadar, operasinya sudah selesai” Balas Yeri.
Bak disambar petir di siang bolong, balasan Yeri langsung menusuk hatinya membuat dirinya terasa seperti remuk tak berbentuk. Wajahnya memerah dengan mata berkaca-kaca, dia remat ponselnya hingga urat-urat di tangannya tercetak jelas.
Kepalanya tertunduk dengan setetes air mata yang jatuh. Dia tahan dirinya untuk tak terisak. Tak perduli jika dia terlihat cengeng sekarang.
Jaemin tetaplah Jaemin yang egois dan keras kepala.
Tak tahu bagaimana hancur hati Jeno mengetahui bahwa Jaemin benar-benar menggugurkan buah cinta mereka. Bahkan sebelum Jeno memiliki kesempatan untuk melihat.
Kemarahannya sudah sampai pada puncak. Dia mengutuk Jaemin dalam hatinya dan membuang segala rasanya untuk Jaemin saat itu juga.
Ditengah Jeno yang sibuk meredam emosinya, suara bel rumahnya berbunyi membuat dia mau tak mau beranjak. Saat dilihat, ada seorang pria pengantar paket berdiri didepan rumahnya.
“Paket untuk Tuan Lee Jeno” Ucapnya, dengan alis bertaut Jeo menerimanya.
Setelah membubuhkan tanda tangan, Jeno bawa paket berupa kotak mungkin besarnya hanya 10cm, ke dalam rumah. Dia dudukkan tubuhnya pada sofa dan membuka kotak itu.
Dadanya bergemuruh saat melihat potret USG didalam kotak itu, dengan gemetar dia raih lembaran itu. Wajahnya memerah lagi dengan mata berkaca-kaca. Ada selembar surat hasil tulisan tangan Jaemin dan dia membacanya.
“Maaf jika mimpimu untuk melihat buah cinta kita harus pupus. Aku harus mengambil langkah ini. Aku memang egois, maka dari itu, kau benar. Tak ada gunanya jika hubungan kita diteruskan. Terima kasih untuk cintamu yang besar selama ini, maaf sekali lagi, menghancurkan perjuanganmu. Yang terakhir, aegi kita yang lucu sudah berbahagia di surga. Semoga kau juga berbahagia setelah ini, Jeno”
Jeno meremat lembaran kertas kecil itu lalu membuangnya asal, seolah kalimat dalam kertas itu hanyalah omong kosong. Dia tatap lagi hasil USG yang dikirim Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract Lover [NOMIN]✓ READY PDF
Fanfic[COMPLETED] [SUDAH TERBIT] "Dua aktor ternama yang dikontrak untuk menjalin hubungan demi karir mereka" Inspired by douyin video. This is nomin. M-preg! Homophobic? Go away If you don't like this book, go away. Thanks. #4 mark (24/07/2022) #1 jenjae...