Jaemin berguling ke sembarang diatas ranjang kamar hotelnya, rambut merah mudanya surah berantakan tak berbentuk.
“Hiks...”
Dia angkat kepalanya yang tenggelam dibalik bantal dan memasang wajah sedih, pipinya yang sedikit tembam bertumpu pada bantal dan pandangannya kosong.
Bayangan tentang pelukan Jeno kemarin sore dipinggir pantai terus memenuhi pikirannya sejak malam hingga pagi ini.
Tangannya bergerak memegang pipinya yang terasa menghangat, kemudian dia menggelengkan kepalanya pada bantal dan menghentakkan kakinya.
“Tidaaak!” Teriak Jaemin.
“Aku pasti sudah gila” Racau Jaemin, suaranya teredam dibalik bantal dan matanya terpejam erat, menampik seluruh bayangannya dengan Jeno kemarin.
“Apa yang aku lakukan kemarin?” Racau Jaemin.
“Aaah Na Jaemin, habislah” Rengek Jaemin seraya membalik tubuhnya hingga telentang tak berdaya diatas ranjang.
“Aish Lee Jeno, berhenti muncul di kepalaku, bajingan” Umpat Jaemin seraya mengacak rambutnya frustasi.
Kakinya terus menghentak ranjang, bahkan piyama merah muda yang ia kenakan sudah terbuka beberapa kancing karena ia terlalu sibuk berguling tak menentu.
Tring!
Ditengah Jaemin yang sibuk membuang Jeno dari dalam fikirannya, ponselnya berdenting pertanda sebuah notifikasi masuk, dia kemudian meraih ponsel disebelah bantal.Matanya membulat saat mendapati pesan masuk dari Jeno.
“Kau tidak keluar sarapan, kenapa? Kau baik-baik saja kan?”
Pupil mata Jaemin membesar membaca pesan itu, bayangan kejadian sore dipinggir pantai kemarin kembali berputar dikepalanya. Jaemin yang sudah frustasi karena malu, hanya mengacak rambutnya dan memasuka nomor Jeno dalam daftar blokir.
“Berhenti muncul sialan” Umpat Jaemin membanting ponselnya diatas ranjang dan kembali menenggelamkan wajahnya.
“Harusnya aku tidak pergi ke Hawaii” Rutuk Jaemin.
Tok... Tok... Tok.
Jaemin mengangkat kepalanya saat mendengar pintu di ketuk. Dia diam beberapa saat kemudian beranjak, mungkin Yeri datang dan menanyakan kondisinya. Dia memang belum keluar untuk sarapan karena masih sibuk memikirkan Jeno.Namun dia terkejut saat membuka pintu dan menemukan Jeno berdiri disana, wajahnya langsung memerah dan tubuhnya menegang.
“Ada apa?” Tanya Jaemin dengan mata membulat.
“Aku bertanya kenapa kau tidak keluar sarapan dan kau memblokir nomorku, aku ada salah apa?” Tanya Jeno
“Hah? Aku?”
“Ya, Kau”
“Uhm, itu Jeno, sepertinya... Aku...”
“Kenapa? Kau sakit?”
“Tidak. Sepertinya tadi aku tidak sengaja”
“Kau tidak sarapan?”
“Aku akan pergi dengan Yeri Nuna sebentar lagi. Aku belum mandi”
“Ah, baiklah. Kukira sesuatu terjadi lagi padamu”
“Kenapa memangnya?”
“Tidak, aku hanya khawatir. Apakah khawatir memerlukan alasan?” Tanya Jeno yang sontak membuat Jaemin terdiam.
“Kenapa juga kau harus mengkhawatirkan ku?” Dengus Jaemin membuang pandangannya, mengusir perasaan salah tingkah yang mendadak menyerangnya.
“Kau lupa, sudah dua kali aku menolongmu. Aku tak tahu trauma apa yang kau alami, tetap kau menyusahkanku pada akhirnya” Dengus Jeno membuat Jaemin mendelik tak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract Lover [NOMIN]✓ READY PDF
Fiksi Penggemar[COMPLETED] [SUDAH TERBIT] "Dua aktor ternama yang dikontrak untuk menjalin hubungan demi karir mereka" Inspired by douyin video. This is nomin. M-preg! Homophobic? Go away If you don't like this book, go away. Thanks. #4 mark (24/07/2022) #1 jenjae...