15. Serius

1.1K 185 122
                                    

Haiii! Jangan lupa vote sama komen ya! Makasih :))

Seneng banget kalo banyak yang komen, berasa kayak ada yang nungguin, jadi semangat nulisnya. Kalo gaada yang komen jadi males gitu haha..

Kalo udah 60 komen baru lanjut lagi. Okay?

.


.

"Gue mau serius sama Lili

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue mau serius sama Lili."

"Uhuk!"

"Hah?!"

Ardan dan Junev yang awalnya sedang bercanda sambil melihat tayangan televisi langsung kaget mendengar ucapan Handra. Bahkan Junev yang baru saja menelan kacang langsung terbatuk saking kagetnya.

"Gimana-gimana? Gimana Ndra?" tanya Ardan.

Handra menghela nafas. "Gue bener-bener mau seriusin Lili." kata pemuda itu.

Ardan dan Junev mendekati Handra. Mereka berdua duduk menatap pemuda itu. Aneh sekali, kenapa Handra tiba-tiba berkata seperti itu?

"ANJIR! LILI GAK HAMIL KAN? LO GAK HAMILIN DIA KAN NDRA?!" tanya Junev langsung menatap Handra.

Handra berdecak kesal dan melempar bantal sofa di sampingnya pada Junev. Buruk sekali pikiran pemuda itu. "Sembarangan banget lo kalo ngomong."

Junev memegang bantal sofa yang tadi Handra lempar padanya. "Ya abisnya gak ada hujan gak ada badai, tapi lo tiba-tiba ngomong gitu. Satu-satunya yang langsung konek ke otak gue ya lo hamilin Lili lah."

"Kotor emang otak lo, koneknya ke sana." kata Handra.

Ardan menggaruk kepalanya. "Tapi sumpah gue tadi juga mikirnya gitu Ndra."

Handra mendengus. Kedua temannya ini memang benar-benar tidak ada yang pikirannya bersih. "Ya enggak lah. Mana mungkin gue hamilin Lili. Gila kali."

"Ya terus? Kok tiba-tiba lo mau seriusin Lili? Kemaren-kemaren aja lo insecure parah Ndra. Bandingin lo sama si itu lah, si ini lah. Ngerasa gak pantes buat Lili. Takut Lili dihujat kalo sama lo. Terus ini kenapa kok tiba-tiba lo mau serius?" tanya Ardan.

Junev mengangguk. "Nah iya, itu."

Handra menghela nafas pelan. Pemuda itu terdiam sebentar. Selama hampir sebulan dia tidak bertemu Lili karena gadis itu selalu saja sibuk. Entah itu di dalam atau luar negeri. Dan selama itu Handra menyadari sesuatu.

Dia sadar bahwa Lili lebih dari sekedar itu. Lili benar-benar sudah merasuk ke dalam otak dan juga hatinya. Dia benar-benar merasa gelisah dan tidak nyaman karena tidak bisa melihat dan bertemu gadis itu.

Hanya bertukar kabar lewat chat atau telepon tidak cukup, dia benar-benar harus menemui gadis itu langsung. Dan dia harus bersama Lili. Dia sampai curhat kepada kedua orangtuanya mengenai hal ini dan nasihat yang diberikan oleh mereka adalah, jika memang Handra serius dengan Lili ya jalani saja.

Public Figure | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang