48. Belanja

956 140 77
                                    

Haiii! Jangan lupa vote sama komen ya! Makasih :))

Seneng banget kalo banyak yang komen, berasa kayak ada yang nungguin, jadi semangat nulisnya. Kalo gaada yang komen jadi males gitu haha..

Kalo udah 60 komen baru lanjut lagi. Okay?
.

.

"Baby kol lagi apa? Sibuk gak?" tanya Handra.

"Sibuk pa, lagi ngitung keungan negara ini." sahut Lili cuek. Gadis itu tengah asik memakan kue bolu yang kemarin diantar Hanin untuknya. Spesial buatan Bunda.

"Gaya banget ngitung keuangan negara, mama kamu aja gak hafal perkalian hahaha.." kata Handra sambil tertawa.

"Kan pake kalkulator pa. Modern dong." sahut Lili lagi.

Handra masih tertawa. Pemuda itu seperti biasa, duduk di bawah sambil menidurkan kepalanya di paha Lili.

"Iya deh iya.." sahut Handra.

Pemuda itu menatap perut Lili yang terekspose bebas di depannya karena dia yang tadi membuka kancing piyama yang gadis itu kenakan. Perut Lili sudah terlihat besar. Dia tidak sabar menunggu kelahiran anak mereka.

Handra menyentuh perut Lili, menaruh tangannya disana dan diam untuk beberapa saat.

Dug!

"Eh? Li, kok gerak?" tanya Handra panik. Pemuda itu langsung menarik tangannya dari perut Lili.

Lili mengusap perutnya. "Udah berasa ya? Baby kol lagi nendang itu, dia lagi aktif banget sekarang."

"Ne— nendang?" tanya Handra.

Lili mengangguk dan terkekeh. "Iya, gue lupa bilang ke lo. Sebenernya dari beberapa minggu lalu sih gue udah mulai ngeras ada gerakan di dalem, tapi belum aktif banget. Tapi kata Dokter Ria minggu-minggu sekarang pasti bakal lebih berasa kalo si baby nendang." jelasnya.

"Hah? Serius?"

Lili mengangguk lagi. "Iya, coba diem lagi. Nanti pasti nendang si baby."

Handra langsung mendekat lagi. Kali ini dia menempelkan pipinya pada perut Lili menunggu gerakan dari sang buah hati yang masih nyaman bergelung di dalam perut Lili.

"Kok diem sih Li?" tanya Handra mendongak menatap Lili.

"Sabar, nanti juga nendang. Lo ajak ngobrol deh coba.." kata Lili.

Handra menatap perut Lili dan kembali menempelkan pipinya di sana. "Baby kol? Kok diem sih? Ayo dong tendang lagi, papa pengen liat kamu nendang loh.."

Lili terkekeh pelan. Dia masih asyik menikamti bolunya.

"Baby kol, kok malah diem sih? Kamu sibuk ya?"

"Dibilang dia lagi ngitung keuangan negara ish." sahut Lili.

Handra mendengus. "Gausah ngitung-ngitung, mending kita bikin lagu aja ya? Ribet ngitung gitu. Enakan bikin lagu sama papa. Beneran deh.."

"Pengen jadi model kayak mama aja." sahut Lili.

"Enakan nulis lagu, gak capek loh. Diem doang mikir lirik." kata Handra.

"Males mikir pa, nanti pusing."

"Yaudah kamu gausah mikir, tulis apa aja. Biar nanti papa nyuruh  om Ardan yang benerin? Okay?"

Dug!

"Eh— eh nendang Li! Baby kol nendang!" kata Handra berteriak senang.

Lili terkekeh. "Gara-gara lo nyebut Ardan tuh."

Public Figure | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang