1. COWOK GAK PUNYA HATI!

425 30 18
                                    

Halo semuanya!
Selamat datang diberbagai imajinasi pikiranku!

Alur dan ide yang ada di dalam pikiran aku tuangkan di dalam sebuah karya yang berjudul “Garis Waktu” ini.

Dan ini adalah first story aku. Semoga kalian suka dan enjoy dengan terjun ke dalam fiksi ceritaku ini.

Sebelum baca, follow dulu yuk!

Kalian sedang baca? Bantu vote aku yuk!

Terimakasih atas perhatian kalian!

I love youuu kalian!

-------------------

Note :

Sebelum lanjut ke chapter pertama, jika di dalam cerita ini banyak kata-kata kasar atau tindakan yang negatif jangan dicontoh, ya! Semoga kalian antusias dan bijak dalam membaca!

Happy Reading! >_<

1. COWOK GAK PUNYA HATI!

“Eh, kamu yang minggu lalu jailin temen aku, kan?!”

Seorang gadis menggebrak salah satu meja yang berada di kelas XII IPS 2 dengan kencang. Gadis itu mampu membuat pandangan siswa-siswi mengalih kepadanya, termasuk sekumpulan orang dengan nama Elanggar.

Walaupun gadis itu terus berceloteh, orang yang menjadi tujuan Vania malah tetap diam menatap layar ponselnya. Seperti, tidak ada yang terjadi.

“Kamu budek?”

“Kamu denger aku nggak sih?”

“Kamu punya telinga nggak?”

Perlahan, kedua telinga orang itu ternyata panas juga jika terus-terus diteriaki dengan bocah cerewet seperti Vania. Ia menarik nafas lalu memasukan ponselnya ke dalam saku.

“Kamu bu—”

“Siapa temen lo?” Dafa Sanjaya. Laki-laki itu bangkit dan mendekati Vania. Perlakuannya kini dapat membuat seisi kelas berdiam diri.

“Athena! Kalo gak tau suka di panggil Thea! Tuh yang suka dikejar-kejar sama Kak Dazel!” jawab Vania berjalan mundur kala cowok itu berjalan di depan nya. Tangannya menunjuk kepada Dazel yang langsung cengar-cengir.

“Terus, apa urusannya sama lo?” tanya Dafa lagi.

“Ya ada lah! Aku nggak suka lihat kamu jailin orang lain. Apalagi itu temen aku. Jangan cuma karena nama kamu terkenal, kamu bisa seenaknya jailin orang lain!” jawab Vania dengan lantang. Jawaban Vania membuat Dafa menaikkan sudut bibirnya.

“Lo nasehatin gue?” Kedua mata Dafa seolah menajam menatap Vania. “Lo mau gue tendang dari sekolah ini?”

Vania kelabakan, “Ya ... Jangan dong! Kamu nggak mikir apa? Dasar cowok nggak punya hati!”

“Percuma nilai kamu bagus. Kalo adabnya gak dipake!” ujar Vania. “Gak guna banget ngomong sama kamu!”

Dafa mencekal pergelangan tangan Vania lalu mendorong tubuh gadis itu ke dinding kelas. Ia mendekati Vania, lalu mengurung nya dengan kedua tangan kekar miliknya itu.

“Lo siapa? Berani-beraninya ngusik kehidupan gue kayak gini,” Tatapan Dafa menghunus bak pedang menatap Vania.

Vania membalas tatapan itu. Hembusan nafas Dafa membuatnya menahan nafasnya sejenak. Vania mendorong dada bidang Dafa dengan kasar. “Bisa nggak jangan deket-deket? Kamu bau!”

GARIS WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang