41. MOMEN MANIS

53 11 0
                                    

Dan per-sekian kalinya aku jatuh cinta kepada netranya, walaupun tak mampu untuk menjadi pemilik hatinya.” — Nazila Belvia Isabella.

41. MOMEN MANIS

Malam ini Sintia sudah mengatur jadwal untuk pertemuan keluarganya dengan keluarga Fernanda. Untuk apalagi jika bukan membahas soal perjodohan Dafa dan Nazila? Saat ini mereka tengah menyantap hidangan-hidangan yang sudah di sajikan dengan spesial di kediaman keluarga William. Makan malam itu berjalan dengan lancar dan hangat.

“Nazila semakin cantik aja ya. Lelaki mana sih yang gak tergila-gila sama kamu?” Sintia semakin mengeluarkan kata-kata manis. Padahal itu semua hanya bual-bualan semata untuk meyakinkan keluarga Fernanda.

“Makasih, Tante.” Nazila tampak merona dengan pujian Ibu dari Dafa.

“Dafa, sekarang kamu sama Nazila ke toko cincin ya? Pilih cincin yang cocok buat kalian berdua. Kamu mau kan?” Casandra membuka suara.

Sejak pertama kali menempatkan diri di meja makan besar itu, Dafa hanya berdiam diri. Menatap makanan di depannya yang menggugah serela namun sama sekali tidak berlaku bagi Dafa. Perkataan Casandra kini membuatnya diam-diam menggerutu, padahal sejak tadi ia mengharapkan pertemuan ini secepatnya selesai.

“Nggak bisa hari lain, Tante?” Raisya membantu Kakak laki-lakinya untuk berbicara. “Keliatannya Kak Dafa kelelahan deh, Tante,” lanjutnya.

Nazila memancarkan tatapan tajam pada Raisya. Gadis itu pasti berniat menggagalkan semuanya. Tak akan Nazila biarkan itu semua terjadi. “Nggak, Sya. Orang daritadi Dafa keliatan bahagia kok,” ujarnya.

Dafa memandangi Raisya yang selalu mati-matian membelanya. Raisya seperti mampu membaca apa yang ada di dalam hati Dafa. Setitik rasa bersalah seakan muncul karena mengingat perlakuannya tadi siang.

“Kakak nggak liat makanan Kak Dafa? Dia sama sekali gak nyentuh apalagi makan,”

Mendengar penuturan Raisya kedua keluarga itu lantas memusatkan perhatian pada Dafa. Laki-laki itu hanya bisa tersenyum penuh kepalsuan. Sudah terjebak ia sekarang, jika seandainya ia menolak, Sintia pasti akan kembali berbuat macam-macam padanya.

“Gih, keluar sekarang. Ajak Nazila,” Kepala keluarga dari Fernanda itu mengajak Dafa berbicara.

Raisya memperhatikan Dafa yang sama sekali tak berdaya. Ingin sekali ia mencakar wajah Nazila yang langsung bergelayutan di lengan Dafa kala kedua remaja itu keluar dari rumah ini. Raisya hanya mampu menarik nafas, usahanya kembali gagal.

“Lo gak romantis banget. Bukain pintunya kek!” cibir Nazila ketika sudah di dalam mobil.

“Gak usah manja,”

“Kok lo gitu terus sih?” Nazila cemberut. “Gue kan calon lo!”

Dafa memutar bola matanya. “Lo gak bisa seenaknya sama gue. Gue cuma terpaksa,”

“Gue bisa kok bikin lo cinta sama gue,” Nazila semakin mendekatkan duduknya dengan Dafa yang kini mulai menyalakan mesin mobil. “Lo percaya nggak?”

“Gak,” Singkat, padat dan jelas.

“Kenapa gak percaya?”

GARIS WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang